LIPSUS : Pemilu 2024, Tak Lagi Uang tapi Token Caleg Siapkan Serangan Fajar Pakai Cara-cara Cashless

PPATK mengungkap praktik serangan fajar Pemilu 2024 mendatang tak lagi dengan cara-cara konvensional bagi-bagi amplop berisi uang sekarang token

Editor: adi kurniawan
Handout
Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengungkap praktik serangan fajar Pemilu 2024 mendatang tak lagi dengan cara-cara konvensional seperti bagi-bagi amplop berisi uang, sembako diantar ke rumah-rumah atau cara lainnya. 

Diakuinya, serangan fajar yang dilakukan Caleg ini tentunya tidak bisa melacak itu, berbeda dengan konvensional. Ia mensinyalir para caleg-caleg yang akan bertarung nanti itu pasti akan melakukan hal-hal seperti itu.

"Ini sudah banyak beredar infonya, banyak juga beredar wacana pergerakan-pergerakan serangan fajar dan ini sangat mengkhawatirkan," katanya.

"Kami Caleg yang memang berjuang untuk rakyat, memenangkan hati rakyat, dan juga bagaimana mensejahterakan rakyat, berusaha tidak memakai hal-hal seperti itu karena memang yang itu tidak bagus menurut kami dan juga tidak baik," kata Asrul.

Ia berharap agar para Caleg bisa lebih fair dalam bertarung. Apalagi mengingat para Caleg ini ada mantan-mantan pejabat yang sudah paham betul kerja memenangkan hati rakyat.

"Sebaiknya dilakukan secara fair dan saya mengingatkan juga kepada KPU dan Bawaslu agar bermain adil sehingga mereka bisa melacak hal seperti ini. Kalau perlu kan ada tim IT yang mengatur itu. Ini yang sangat kita khawatirkan bersama. Semua Caleg pasti khawatir kalau menggunakan gara-gara seperti itu," pungkasnya.

Tak Untuk Semua Masyarakat

Pengamat Sosial Universitas Sriwijaya, Prof Dr Kiagus Muhammad Sobri, MSi mengatakan, terkait serangan fajar via token atau dompet digital, masyarakat harus diberikan edukasi agar masyarakat benar-benar melihat program kerjanya dan visi misinya para caleg untuk menentukan pilihan.

Aksi serangan fajar memang bisa terjadi terkait untuk kebutuhan-kebutuhan masyarakat saat ini.

Gencarnya isu serangan fajar melalui digital seperti pengisian token listrik dan dompet digital, menurut Prof Sobri kemungkinan hal itu tak terlalu efektif karena sasarannya kemungkinan hanya masyarakat yang memahami teknologi.

“Aksi serangan fajar digital itu pasti membutuhkan penyesuaian pemahaman teknologi kemungkinan hanya masyarakat yang paham paham teknologi yang jadi sasaran mulai dari para milenial dan masyarakat perkotaan lebih dimungkinkan jadi sasaran para caleg,” kata Prof Sobri.

Lanjut ia menambahkan bahwa yang paling bahaya itu masyarakat yang tak punya pemahaman teknologi kemungkinan money politic secara manual akan tetap dilakukan para caleg.

Namun tak menutup kemungkinan secara digital bisa jadi dilakukan karena semua media dimanfaatkan dan para caleg memiliki kreatifitas tertentu untuk melakukan itu.

Sulit Diawasi

Sementara Direktur Analisis dan Pemeriksaan I PPATK Beren Rukur Ginting mengakui, serangan fajar menggunakan platform digital akan lebih sulit untuk diawasi karena tak ada perpindahan uang atau barang melalui tangan.

"Bisa tinggal dimasukkan ke dalam daftarnya (untuk diisikan dompet digital atau token listriknya). Nanti masuk notifikasi, 'Hore, masuk (dananya).' Polisi menunggu kapan dibagi-bagi duitnya, (ternyata) nggak ada bagi-bagi duit," katanya dalam acara diskusi di Hotel Santika Bogor, Selasa (27/6).

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved