Kontroversi Panji Gumilang

Disebut Bekingan Al Zaytun, Mantan Jenderal Tepis Tudingan, Kedekatan dengan Panji Gumilang Diungkap

Beredar tudingan bahwa Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko bekingan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, begini bantahan mantan jenderal.

Penulis: Melati Putri Arsika | Editor: adi kurniawan
KolaseSripoku
Moeldoko (kiri) disebut sebagai beking Pondok Pesantren Al Zaytun, mantan jenderal langsung bantah tegas beberkan kedekatan dengan Panji Gumilang. 

SRIPOKU.COM - Beredar tudingan bahwa Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko bekingan Pondok Pesantren Al Zaytun.

Sebagai mantan jenderal, Moeldoko langsung menepis tudingan miring.

Moeldoko tak terima disebut sebagai bekingan alias orang yang melindungi Pondok Pesantren Al Zaytun.

Baca juga: Viral di TikTok 11 Tahun Menimba Ilmu, Alumni Ponpes Al Zaytun Kalah Debat tak Tahu Fardu Wudhu

Ya, akhir-akhir ini polemik kontroversi Al Zaytun semakin memanas.

Setelah pemimpin Ponpes Al Zaytun, Panji Gumilang menuai kontroversi karena pernyataan yang diungkapkan.

Ia dianggap menyimpang dari ajaran agama Islam. Hal itu lantas diusut tuntas oleh pemerintah saat ini.

Di sela-sela masalah tersebut, terkuak kabar bahwa Moeldoko sebagai bekingan Ponpes Al zaytun.

Melansir dari KOMPAS.com, Moeldoko mengungkap bantahan terkait disebut bekingan Ponpes Al Zaytun.

"Emang preman kok jadi beking?" ujar Moeldoko dikutip Sripoku.com dari KOMPAS.com, Senin (26/6/2023).

"Itu yang ngomong itu suruh sekolah dulu itu, biar pinter dikit," sambungnya.

Tak hanya meluruskan soal menjadi bekingan Ponpes Al Zaytun, Moeldoko juga menguak kedekatannya dengan Panji Gumilang.

Ia mengaku kedekatannya dengan Panji Gumilang biasa saja.

"Memang kenapa? Nggak boleh apa dekat? Ya biasa aja," ungkapnya.

Baca juga: Opini: Sangkarut Ponpes Al-Zaytun Pimpinan Panji Gumilang

Kedekatan tersebut dibangun Moeldoko lantaran adanya hubungan relasi sebagai KSP.

"Kan kita itu harus pandai membangun. Apalagi tugasnya Kepala KSP harus pandai berkomunikasi dengan siapapun. Kan begitu," jelasnya.

"Konteksnya komunikasi politik, komunikasi publik dan seterusnya. Jadi jangan terus diartikan macam-macam," lanjutnya.

Halaman
12
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved