Profil Rudi Nurdin Rajak, Eks Kiper Sriwijaya FC, tak Mau ke Klub Lain Hati Jika Liga 2 Digulir Lagi
Menjaga fisik Rudi Nurdin Rajak mengaku setiap hari latihan selama setengah jam sore hari pukul 17.00-17.30. Paling main skeeping, push up, dan sit up
Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Sudarwan
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Berikut profil Rudi Nurdin Rajak, mantan kiper Sriwijaya FC.
Rudi Nurdin Rajak mengaku saat ini menjalani puasa ramadan 1444 H bersama ayah dan ibunya di Tidore, Maluku Utara.
Rudi Nurdin Rajak membantu orang tuanya seperti menjual hasil tangkapan ikan dan mengambil kayu bakar.
Selain itu mengisi waktu rekreasi dengan pergi mancing di Laut Maregam.
Ini dilakukan Rudi pada malam hari sehabis menunaikan ibadah sholat tarawih hingga pukul 22.30.
"Kalau di kampung kelahiran saya yakni Maregam, Tidore suka bantu orang tua. Mancing ikan untuk dijual, cari kayu buat bakar masak nasi, bakar ikan," papar Rudi.
"Kemarin malam sudah nyoba lumayan banyak dapat ikan ukuran sedang 10 hingga 15 ekor. Saya gak tahu nama jenis ikannya," ungkap Rudi Nurdin Rajak kepada Sripoku.com, Sabtu (25/3/2023).
Untuk menjaga fisik Rudi mengaku setiap hari latihan selama setengah jam sore hari pukul 17.00-17.30. Paling main skeeping, push up, dan sit up.
Kalau pas berbuka puasa makan kue-kue dan teh atau jeruk.
Kemudian ada makan makanan khas sini Papeda dan makanan dari kebun seperti pisang dan Kasbi seperti ubi direbus.
"Saya belum mikir kalau turnamen pramusim. Yang saya pikirkan semoga liga segera bergulir kembali. Dan saya masih komit dengan Sriwijaya FC," ujarnya.
Ia juga pernah menyatakan setia dengan komitmennya bakal tetap bersama Sriwijaya FC meskipun telah ada tawaran untuk mengikuti seleksi bersama tim Liga 1 PSIS.
"Kalau tawaran lain ada sih. Tapi karena Sriwijaya FC sudah bilang duluan, jadi tetap di Sriwijaya FC. Tawaran dari Liga 1 PSIS Semarang. Masih seleksi di sana," kata Rudi Nurdin Rajak.
Apalagi seperti pernah diungkapkan Dirtek PT SOM (Sriwijaya Optimis Mandiri) Indrayadi selaku manajemen pengelola klub Sriwijaya FC jika saat ini pihaknya akan memaksimalkan potensi dua kiper yang lama, Rudi Nurdin Rajak dan Panggi Triatmodjo, sepeninggal kiper utama Yoewanto Stya Beny yang telah bergabung dengan Barito Putera.
Rudi terbilang lebih senior dan berpengalaman dan lebih lama bergabung dengan Sriwijaya FC yakni sejak 2020.
Sedangkan Panggi Triatmodjo eks kiper tim Liga 3 PS Palembang ini lebih muda darinya. Rudi mengaku akan bertekad untuk lebih bekerja keras jika nantinya diberi kepercayaan menjadi kiper di setiap laga Laskar Wong Kito.
"InsyaAllah tambah bekerja keras, tambah rutin latihannya supaya lebih maksimal. Kalau saya persiapan latihan rutin, jaga kesehatan, semualah sehingga kalau dipanggil siap," kata Rudi.
Meskipun dia lebih senior dari Panggi Triatmodjo, namun Rudi mengaku akan tetap selalu saling memotivasi.
"Lebih saling memotivasi dengan Panggih supaya satu sama lain bisa bantu. Sebagai yang lebih senior dengan Panggih fine-fine aja, saling support. Suka sharing juga," ujarnya.
Rudi yang juga menyayangkan Liga 2 terhenti dan sangat berharap agar Liga 2 segera kembali digulirkan, mengaku tetap konsisten latihan mandiri di kampungnya, Tidore, Maluku Utara.
Rudi mengaku ikut bergabung di Sriwijaya FC pada musim kompetisi 2020 diajak pelatih kiper Ferry Rotinsulu.
"Yang ngajak coach Ferry Rotinsulu karena sama-sama di Badak Lampung 2018-2019. Ikut di Sriwijaya FC pada musim kompetisi 2020. Kesannya di Palembang adem aja, cuacanya enak. Pokoknya nyaman," kata Rudi.
Sebelum bergabung dengan Sriwijaya FC, Rudi juga mengaku sudah tak asing lagi dengan Kota Palembang dan Kompleks Jakabaring Sport Centre (JSC).
"Saya ke Palembang ikut lomba O2SN 2012 waktu masih kelas 6 SD. Ikut memperkuat sebagai kiper tim sepakbola O2SN Provinsi Maluku Utara. Sempat nginap di wisma atlet. Kalau dulu seingat saya, belum ada pohon, pagar belum seindah, semegah sekarang," kata Rudi.
Rudi juga mengaku sudah sangat doyan dengan pempek yang merupakan makanan khas Palembang hingga sekali makan bisa 15 biji.
"Kalau pempek suka banget. Kalau perut kosong bisa banyak 10-15 bisa dilahap. Kalau di Maluku Utara ada makanan khasnya Papeda. Jadi sudah terbiasa lidahnya. Kuahnya bebas. Ada kuahnya bisa juga saos sambal. Dan Papeda tidak pakai campuran ikan," katanya.
Rudi Nurdin Rajak pernah bercerita masih bisa membantu orang tua memanen kelapa hingga mengambil kayu bakar untuk memasak jika pulang ke kampung halamannya di Maregam, Tidore, Maluku Utara.
Bujangan kelahiran Maregam Tidore Selatan Kota Tidore Provinsi Maluku Utara, 2 April 1999 ini mengaku sudah tidak terlalu memusingkan kapan kepastian digulirkannya Liga 2, namun ia tetap memantau informasi.
"Menurut saya itu tergantung persepsi. Kalau saya sudah gak tau mau bilang apa. Ya kita mantau terus perkembangan," ujar Rudi terlihat menutupi kesedihan atas ketidakjelasan kompetisi Liga 2.
Meski akhirnya mengakui sebagai pemain sepak bola yang dihidupnya di dunia sepakbola dirinya sedih dengan terhentinya kompetisi, Rudi tetap rutin latihan.
"Sedih juga gak jelas kompetisi belum jalan. Tapi saya tetap latihan setiap hati di Ternate barengan teman-teman di sini. Kalau main bola bareng di Lapangan Gambesi. Tapi kalau latihan pribadi buat nambah-nambah bisa di rumah. Seperti joging, skeeping. Ya sehari-hari gitu, latihan aja," paparnya.
Rudi pernah mengaku senang mudik bisa berkumpul dengan keluarga membantu keluarga jual ikan, mancing ikan di Laut Maluku Utara, Maregam, Maluku Utara Ternate.
Rudi bercerita mempunyai hobi memancing ikan di laut saja karena airnya ada gelombang. Ini pulalah yang dilakukan Rudi.
"Papa saya kan nelayan, saya ikut mancing," kata Rudi.
Berbagai pengalaman memancing telah dialami Rudi selaku warga yang tinggal di pesisir laut. Mulai dari tali pancingnya putus, hingga bagaimana menghadapi tangkapan ikan besar sekitar 1 meter.
"Sering dapat ikan Dare, umpannya bisa pakai ikan kecil-kecil. Ngalami juga tali pancing putus karena ikannya besar. Pengalaman dapat tangkapan besar ada sekitar 1 meter. Nariknya itu berat sekali. Ikan tongkol yang besar. Mancingnya sampai jam 03.00 baru pulang," beber Rudi.
Perasaan senang dan bangga dirasakan Rudi Nurdin Rajak lantaran bisa membantu papanya menjualkan hasil tangkapan ikan selama mengisi waktu liburannya.
"Senang bisa bantu orangtua setiap hari. Papa saya nelayan yang melaut dari jam 05.30 sampai 20.00. Setelah dapat ikan untuk bisa dijual. Saya kebagian bantu jual ikan ke kota Tidore yang jarak tempuhnya 15 menit;" ungkap Rudi.
Ia mengaku beragam ikan hasil tangkapan sebanyak 20-an kilogram bisa terjual ratusa ribu hingga sejuta rupiah.
"Hasil ikan saya rata-rata Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta. 20-an kilogram. Tangkapannya ada ikan tongkol, ikan dasar laut. Saya gak pernah diajak melaut. Tapi senang banget bisa bantu orangtua," ujarnya.
Barangkali lantaran postur dan gayanya mirip dengan sang kiper Timnas, makanya Kiper Rudi Nurdin Rajak dijuluki Kurnia Meiganya Sriwijaya FC.
Ketika ditanyakan langsung, kiper Laskar Wong Kito ini bengong lantaran dia sendiri mengaku tidak tahu kalau dirinya mirip dengan Kurnia Meiga Hermansyah yang juga mantan kiper Tim Arema Malang.
"Banyak nyebut Kurnia Meiga Hermansyah. Saya gak tahu juga kenapa. Biasa teman-temen juga bilang begitu Teman-teman di Ternate maupun teman yang di sini juga bilang begitu. Gak tau mirip apa gak," kata Rudi.
Rudi seperti kurang memperdulikan bermain di bawah bayang-bayang julukan nama kiper Timnas ini. Apalagi jebolan PPLP Maluku Utara memiliki kiper yang diidolakannya selama ini.
"Dari dulu saya mengidolakan coach Ferry Rotinsulu dan kiper Barcelona Marc Andre Ter Stegen. Saya sendiri dipanggil coach Ferry masuk ke Sriwijaya mungkin karena pernah sama-sama di Lampung sakti jadi bisa melihat permainan saya," kata Anak ketiga dari 4 bersaudara buah kasih pasangan Nurdin Rajak dan Jamilah Sulaiman.
Rudi Nurdin Rajak yang pada libur tim musim lalu menjadi penghuni terakhir di Mess Sriwijaya FC, Wisma Atlet Komplek Jakabaring Sport City ternyata punya kenangan dengan tempat ini di masa kecilnya.
"Saya dari kecil kelas 6 sudah ikut O2SN Tingkat Nasional 2012 tandingnya di Palembang dan nginap di wisma atlet. Saya lupa tandingnya di lapangan mana. Kita Maluku Utara kalah sama Bali," bebernya.
Mantan kiper utama Persikat Tegal tim Liga 3 berhasil membawanya naik kasta lolos Liga 2. Selama duduk di bangku SMP, Rudi mengaku fokus sekolah. Habis itu ia terjun ke PPLP Maluku Utara setara SMA 2014-2015. Pas di situ dapat juara 2 tingkat PPLP Nasional 2016.
"Saya kelas 2 SMA itu habis itu POPWIL di Papua dapat juara 2. Pada saat kelas 3 ikut Kejurnas PPLP ke Pekanbaru sampai di 8 besar Tahun 2017. Baru 2018 ikut PONAS di Semarang, kalah di 8 besar," terangnya.
Lulus dari PPLP, Rudi terjun di Persikabo Bogor langsung dilihat dipantau coach Indra Sjafrie TC di Yogyakarta sampai sebulan dan sayangnya ketika diumumkan tidak lolos dalam seleksi Timnas U-19.
"Pemain bola semua mau dipanggil timnas tapi untuk itu mesti latihan lebih serius maksimal biar bisa dilirik. Yang terpenting fokus di Sriwijaya mudah-mudahan naik kasta," ujarnya.
Ia pun hijrah ke Tim Lampung Sakti kalahnya di babak 16 besar dan bertemu coach Ferry Rotinsulu Tahun 2018.
"Di Lampung Sakti saya jadi Kiper kedua. Pada musim kemarin 2019 barulah main di Persikat Tegal sampai lolos naik Liga 2. Di Persikat Tegal saya jadi Kiper pertama," ujarnya.
Dapatkan berita terkait dan menarik lainnya dengan mengklik Google News
Profil Wais Al Qorni Asisten Pelatih Kiper Sumsel United, Eks Kiper PS Palembang & Persimuba |
![]() |
---|
Sriwijaya FC Kembali Gelar Latihan Sore ini di Jasdam Pasca Demo, David: Melihat Aman & Kondusif |
![]() |
---|
Sandang Ban Kapten Tim Sriwijaya FC vs Tri Brata 4-1, Dolly Gultom: Kemarin Gak Ada yang Mau |
![]() |
---|
Bukan Mustahil Sriwijaya FC Punya 2 Pemain Asing, Coach Azul: Persiapkan Dulu yang Ada |
![]() |
---|
Panpel Laga Home Sriwijaya FC Pegadaian Championship Sudah Disusun, Faisal: Tinggal Penugasan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.