Siswa Tertembak di Palembang Meninggal

Sembilan Hari Dirawat Pelajar MTS 2 Muhammadiyah Palembang Meninggal, Orang Tua Ingin Pelaku Dihukum

MTS 2 muhammadiyah Palembang tertembak senapan angin milik Febriansyah (20) yang hendak menembak burung, namun nyatanya mengenai mata korban

Editor: bodok
SRIPOKU.COM/oki
Iskandar (43) ayah korban yang meninggal karena tertembak peluru nyasar saat memperlihatkan foto semasa hidup anaknya. 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Iskandar (43), orang tua korban yang tertembak peluru nyasar saat sedang bermain sepak bola, masih tak menduga anaknya meninggal dengan cara menyedihkan.

Anaknya Fahri Iskandar (14) tewas setelah selama sembilan hari melewati masa kritis akibat luka tembak yang dialami.

Siswa kelas 3 MTS 2 muhammadiyah Palembang tertembak senapan angin milik Febriansyah (20) yang hendak menembak burung, namun nyatanya mengenai mata korban.

Saat itu Fahri Iskandar sedang bermain sepak bola di komplek Griya Tanjung Wahid Jalan Talang Kepuh Kelurahan Gandus Kecamatan Gandus Palembang, yang merupakan tempatnya tinggal.

"Saat itu saya sedang bekerja bangunan, namun tiba-tiba mendapat kabar bahwa anak saya terkena tembak," ujarnya, Jumat (6/1/2022).

Mendapat kabar tersebut, Iskandar langsung bergegas menuju lapangan bola tempat anaknya tertembak.

"Saat disana saya melihat anak saya sudah terkapar, saat itu saya sangat panik karena melihat kondisi anaknya sudah mengeluarkan darah dari mulut," terang dia.

Kata dia, anaknya saat itu sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri lagi.

Ia pun langsung menggendong anaknya menuju sepeda motor untuk dibawa ke RSUD Gandus.

"Karena pelaku masih disana, saya ajak saja dia ikut saya mengantar anak saya ke rumah sakit," terangnya.

Karena kondisi Fahri yang sudah semakin parah, orang tua korban pun akhirnya membawa anaknya ke rumah sakit Mohammad Hoesin Palembang.

"Selama 9 hari Fahri di rawat di rumah sakit sebelum akhirnya meninggal dunia," ujar Iskandar.

Iskandar pun sangat sedih ketika mengingat anaknya menjalani masa kritis akibat luka tembak tersebut.

Apalagi ketika mengingat peluru senapan angin tersebut hingga anaknya meninggal dunia masih bersarang di kepala korban.

"Peluru itu masih di kepala anak saya hingga meninggal, karena saat dia dirawat tak kunjung sadar yang membuat pihak dokter tak kunjung mengangkat peluru korban," ujarnya.

Kini, Iskandar telah merasa ikhlas atas kepergian anaknya, namun ia tetap berharap pelaku tetap dihukum sesuai dengan apa yang dia perbuat.

"Saya sudah ikhlas, akan tetapi pelaku harus mempertanggungjawabkan perbuatan nya," terang dia.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved