Pilkada Sumsel
'Tanggung Jawab Semakin Berat akan Tetapi Wajib untuk Dijalankan'
Saya bersyukur terpilih jadi Bawaslu Provinsi Sumsel. Yang pasti tanggung jawab semakin berat akan tetapi wajib untuk dijalankan.
Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Yandi Triansyah
Laporan wartawan Sripoku.com, Abdul Hafiz
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - M Sarkani SH MH merupakan satu dari tiga calon pimpinan Badan Pengawasan Pemilihan Umum (Bawaslu) Provinsi Sumsel terpilih yang bakal dilantik di Jakarta, Rabu (21/9/2022).
Ketiga nama komisioner Bawaslu Provinsi Sumsel yang baru itu yakni Kurniawan SPd (Komisioner KPU Palembang), Ahmad Naafi SH MKn (mantan komisioner KPU Sumsel), dan Muhammad Sarkani (Ketua Bawaslu Muba) berdasarkan pengumuman hasil uji kelayakan dan kepatutan calon anggota Bawaslu Provinsi Sumsel masa jabatan 2022-2027 Nomor: 316/KP.01.00/K1/09/2022.
Tantangan tugas berat mengawal Pileg serentak dengan Pilpres sudah menanti sang wasit Pemilu ini. Berikut wawancara Sripoku.com Abdul Hafiz dengan salah seorang calon komisioner Bawaslu Sumsel yang baru;
SRIPO: Terpilih jadi komisioner Bawaslu yang baru, bagaimana komentarnya?
SARKANI: Saya bersyukur terpilih jadi Bawaslu Provinsi Sumsel. Yang pasti tanggung jawab semakin berat akan tetapi wajib untuk dijalankan.
SRIPO: Siap bekerjasama dengan Komisioner yang lama?
SARKANI: Saya sebagai komisioner yang baru harus mampu bekerja dengan komisioner yang lama karena komisioner yang lama merupakan bagian dari pimpinan Bawaslu Provinsi Sumsel.
SRIPO: Pemilu kali ini serentak, setelah Pileg, Pilpres maka dilanjutkan dengan Pilkada. Menurut Anda akankah ini berbeda dari Pemilu-pemilu sebelumnya?
SARKANI: Perbedaan pasti tetap ada, mudah-mudahan perbedaan itu menuju ke arah yang lebih baik.
SRIPO: Apakah akan jauh lebih kompleks (rumit)?
SARKANI: Masalah rumit atau tidak kita belum bisa memastikan.
SRIPO: Menurut Anda, apa yang harus menjadi pokok pengawasan dalam Pemilu Serentak 2024?
SARKANI: Yang menjadi pokok pengawasan pada saat ini adalah DPB (Daftar Pemilih Berkelanjutan).
SRIPO: Bagaimana persoalan mata pilih, hal itu terus menjadi "hantu" dalam setiap pemilihan, diributkan, dikritik karena tak akurat dll?