Mimbar Jumat
Kontekstualisasi Makna Perjuangan. Menjaga Hidup, Menghindarkan Diri dari Kekekalan di Neraka
Pada kasus pembunuhan yang diawali dengan pertikaian menjadikan kedua belah pihak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berada di neraka.
Oleh: Dr Hj Uswatun Hasanah MAg
Dosen Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang, Dirda LPPK Sakinah Kota Palembang
TUJUH Puluh Tujuh Tahun telah berlalu sejak kemerdekaan bangsa Indonesia diproklamirkan oleh para pendiri bangsa. Sebuah capaian yang tidak mudah, berbagai bentuk perjuangan dilakukan demi meraih kedaulatan negeri, termasuk ketika harus kehilangan nyawa yang cuma satu-satunya.
Di masa perjuangan melawan penjajah, “mati” di jalan Allah demi membela ibu pertiwi merupakan cita-cita yang sangat mulia bagi seorang anak bangsa. Ketika kedaulatan negara telah diraih, maka “mati” tidak lagi menjadi cita-cita mulia. Kontekstualisasi makna perjuangan berbalik 180 derajat yaitu “hidup” di jalan Allah.
Semangat hidup di jalan Allah yang seharusnya menjadikan setiap individu bersinergi untuk saling menjaga, menghormati, melihat perbedaan sebagai sebuah karunia dari Tuhan, dan ketika harus berkompetisi maka seharusnya dilakukan secara sehat.
Pola hubungan di masyarakat tidak hanya didasarkan kepada kesamaan akidah tetapi juga sebagai sesama manusia. Rasa kemanusiaan yang akan menjadi alasan bagi seseorang berperilaku baik, mengedepankan kasih sayang, menjauhkan rasa benci, iri hati dan dengki terlebih hasrat untuk melenyapkan orang lain.
Sebagaimana banyak diberitakan di berbagai media bahwa krisis moral menjadi penyakit kronis yang menggerogoti kehidupan manusia pada skala internasional saat ini. Hanya karena persoalan sepele begitu mudahnya memilih untuk membunuh diri sendiri, menghilangkan nyawa orang lain atau meminta orang lain untuk melakukan pembunuhan.
Sebagai contoh kasus bunuh diri yang dilakukan oleh Siska seorang siswi SMA Negeri X Borong. Sebab bunuh diri adalah depresi akibat rusaknya satu unit laptop milik seseorang yang ia sapa sebagai mama Ti.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:
Seorang pemuda berusia 18 tahun tewas di tangan sahabatnya sendiri, kehabisan nafas karena dibekap. Alasan pelaku sederhana sekali yaitu kesal karena tidak diajak melamar pekerjaan.
Tidak terkecuali kisah viral yang menghebohkan jagad maya saat ini yaitu tentang kematian Brigadir J yang masih menjadi misteri yang belum terungkap meskipun kejadian telah berlalu lebih dari satu bulan.
Setiap individu seharusnya menyadari bahwa kehidupan manusia begitu mulia di hadapan Tuhan. Dalam ranah Ushul Fiqh dikategorikan sebagai al-dharuriyah al-khamsah yaitu lima perkara yang wajib dipelihara, tidak boleh dihilangkan begitu saja, tidak peduli ia seorang muslim ataupun bukan.
Dalam upaya memelihara hidup manusia setidaknya ada tiga bentuk perilaku yang dilarang yaitu membunuh, dibunuh ataupun bunuh diri. Allah SWT berfirman: “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia lain” (Q.S.5,32).
Secara umum larangan tindak pembunuhan yang dijelaskan di dalam ayat adalah berkaitan dengan ketidak bolehan untuk mengakhiri hidup manusia. Bunuh diri, membunuh atau meminta orang lain untuk membunuh sama saja merupakan satu bentuk kejahatan. Karena hal ini tidak hanya berkaitan dengan jiwa korban tetapi seluruh anak keturunannya selanjutnya.
Apabila dibandingkan dengan sebuah bangunan mewah nan megah jika dihancurkan sehancur-hancurnya maka akan tetap bisa dibangun kembali secara persis sama dalam waktu yang tidak begitu lama oleh siapapun.
Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Namun jika manusia yang dihancurkan, dibunuh maka kehidupannya akan berakhir, terputus sudah garis hidupnya beserta seluruh keturunannya ke bawah tanpa sisa. Tidak ada seorang pun dapat menyambungnya kembali.
Secara khusus membunuh juga berdampak pada pemutusan hubungan sosial, khususnya pada keluarga korban. Sulit bagi para ahli keluarga memberi maaf, akan tetap ada dendam dan kebencian yang mendalam dan berkepanjangan, meskipun pelaku sudah memohon maaf dan mendapatkan hukuman. Di hadapan Tuhan perilaku pembunuhan terlaknat dan mendapat kemurkaan Allah. Karena manusia merupakan sebaik-baik ciptaan Tuhan (Q.S. 95.4) wajar bila Allah murka dan melaknat siapapun yang menghancurkan ciptaan-Nya. Apabila yang dibunuh seorang muslim dengan sengaja tanpa alasan yang dapat dibenarkan oleh syariat maka balasannya akan semakin berat yaitu kehidupan kekal abadi di neraka Jahannam (Q.S.4, 93).
Pada kasus pembunuhan yang diawali dengan pertikaian menjadikan kedua belah pihak mendapatkan kesempatan yang sama untuk berada di neraka. Membunuh ataupun terbunuh kedua-duanya dimasukkan ke dalam neraka Jahannam (HR.al-Bukhari,31/Muslim, 2888).
Seorang pembunuh memperoleh siksa di neraka karena telah melakukan kejahatan yang dilarang agama. Demikian pula orang yang terbunuh baginya neraka juga. Hal ini disebabkan karena ia telah memiliki niat untuk membunuh. Hanya saja kalah dalam kecepatan sehingga akhirnya dibunuh. Terbunuh dihukum karena niatnya.
Begitu pula dengan kejahatan orang yang memberi perintah untuk membunuh. Ia memiliki dosa-dosanya ditambah dosa orang lain yang melakukan perintahnya. Orang yang melakukan perintah juga menanggung dosa atas perbuatannya tanpa dikurangi sedikitpun meskipun secara bersamaan telah dibebankan pula kepada pemberi perintah (HR. Muslim,4830).
Membunuh diri sendiri juga bagian dari kasus mengakhiri hidup. Meskipun terlihat seolah masing-masing individu memiliki hak mutlak untuk mengatur dirinya, namun secara hakikat semua harus dipertanggung jawabkan di hadapan Allah.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Tidak akan bergeser kedua telapak kaki seorang hamba di hari kiamat sehingga ditanya tentang empat hal, yaitu: pertama tentang umurnya dihabiskan dimana, kedua jasadnya digunakan untuk apa, ketiga ilmunya bagaimana mengamalkannya, keempat hartanya dari mana mencari dan ke mana membelanjakannya (H.R.al-Tirmidzi,4950).
Bunuh diri merupakan dosa besar. Hanya Allah saja yang berhak memutuskan hidup atau matinya seseorang (Q.S.16,70). Perbuatan bunuh diri adalah bentuk dari ketidaksabaran seseorang di kala menghadapi ujian, berputus asa, mendahului kehendak Tuhan. Padahal Allah SWT sangat menyayangi dan memperhatikan hamba-hamba-Nya (Q.S.4,29).
Rasulullah pun sangat tidak ridho kepada orang-orang yang melakukan bunuh diri. Telah banyak riwayat yang menjelaskan ketinggian budi pekerti Rasulullah yang selalu memaafkan dan mendoakan kebaikan bagi orang lain. Sebagaimana riwayat yang menjelaskan ketika seorang sahabat meminta Rasul berdoa untuk kehancuran kabilah Tsaqif yang memusuhi kaum muslimin, Rasul justru berdoa memohonkan petunjuk bagi kabilah tersebut (al-Bhuti, 286).
Dijelaskan pula jika Rasulullah sengaja berdiri menghormati jenazah seorang Yahudi yang lewat di hadapannya (H.R. Muslim,2181). Namun dalam riwayat Jabir bin Samurah dikatakan bahwa Rasulullah secara tegas menolak untuk menshalatkan seorang pelaku bunuh diri (H.R.Muslim, 1624).
Allah dan Rasulullah SAW berharap manusia dapat membangun kehidupan yang baik dan tidak mengikuti langkah-langkah setan (Q.S.2,168). Bunuh diri bukanlah solusi dari sebuah masalah, justru azab penderitaan yang lebih berat, telah menyongsongnya di akhirat kelak.
Dalam kondisi apapun, Islam sangat melarang seseorang bersikap lemah dan larut dalam kesedihan (Q.S.3,139), apalagi melakukan tindakan bunuh diri, terlebih dengan cara mencelakakan orang lain seperti aksi bom bunuh diri. Kehidupan dunia hakikatnya tempat segala ujian dan cobaan (Q.S.90,4). Namun perlu selalu diingat janji Allah yang pasti adanya, bahwa Tuhan tidak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuan seseorang (Q.S. 2,286).
Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Jika ujian datang kepada seseorang berbaik sangka pada Tuhan, tanamkan keyakinan kuat dalam hati bahwa Allah memilihnya karena mampu, tidak perlu mendengar komentar orang lain yang menganggap sebagai ketidakadilan. Boleh jadi apa yang disukai oleh seseorang dan dianggap baik adalah sesuatu yang buruk baginya. Bisa jadi sesuatu yang menyenangkan hati merupakan keburukan sehingga dijauhkan oleh Allah dari padanya (Q.S.2,216).
Belajar ikhlas dan senantiasa berperasangka baik merupakan hal penting yang harus diterapkan dalam hidup. Sebagian persoalan hidup manusia adalah ujian keimanan. Karena Allah tidak akan membiarkan seseorang mengatakan beriman tanpa memberikannya ujian yang akan mengangkat derajatnya di hadapan Tuhan (QS.29,2). Hakikat ujian adalah untuk membedakan siapa di antara manusia yang lebih baik amalnya (QS.67,2).
Allah mengetahui apa yang ada dalam diri setiap makhluk meskipun tanpa harus memberikan ujian. Namun didatangkannya ujian adalah untuk menjadi saksi tentang adanya kebenaran, keadilan dan pelajaran bagi hamba yang mau berfikir. Saat ujian terasa begitu berat tidak ada hal lain yang harus dilakukan kecuali bertawakkal kepada Allah (QS.9,129).
Allah Maha Pengabul doa, selalu senang dan menunggu doa-doa dari hamba-Nya yang berserah diri dan memohon pertolongan. Diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Allah SWT menjelaskan: Wahai anak Adam, selama Engkau berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku ampuni semua dosa yang telah engkau lakukan dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika dosamu setinggi langit kemudian engkau meminta ampunan kepada-Ku, niscaya Aku ampuni. Wahai anak Adam, jika engkau datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau bertemu dengan-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku sedikitpun, niscaya Aku datang kepadamu dengan ampunan sepenuh bumi (HR.al-Tirmidzi,5456).

Sumbere: https://covid19.go.id/
Ingatlah selalu bahwa kematian adalah urusan Tuhan. Tidak perlu diundang, sebab suatu saat ia pasti akan mendatangi semua manusia. Karena setiap yang berjiwa pasti akan mendapatkan kematian (QS.3,185). Tidak harus menunggu tua, tidak pula mesti didahului oleh sakit parah apalagi sampai menunggu kesiapan seorang hamba. Biarkan hanya menjadi hak priogratif Allah.
Tugas manusia adalah memberikan makna bagi kehidupannya sehingga memiliki manfaat bagi akhirat dan dunianya serta masyarakat dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Tidak beriman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya (HR.al-Bukhari,9).
Senang jika saudaranya mendapatkan seperti apa yang ia dapatkan baik dalam hal-hal yang bersifat indrawi maupun maknawi. Kontekstualisai makna perjuangan adalah memaknai hidup, memberikan kebahagian pada diri dan orang lain di sekitar di atas keridhaan Allah dan Rasulullah.***