Berita OKI

BPBD Petakan Lokasi Rawan Karhutla, OKI Mulai Siaga Kabut Asap

Pergantian musim penghujan ke musim kemarau diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat

Editor: Odi Aria
TRIBUNSUMSEL.COM/NANDO
Karhutla di Desa Cintajaya Kecamatan Pedamaran, Jum'at (24/9/2021) sore. 

SRIPOKU.COM, KAYUAGUNG -- Pergantian musim penghujan ke musim kemarau diperkirakan akan terjadi dalam waktu dekat.


Dengan begitu berbagai lapisan instansi sudah siap mengantisipasi dan menghadapi hal buruk seperti kebakaran hutan dan lahan (Karhutlah).


Seperti yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ogan Komering Ilir yang telah siap siaga dalam menghadapi musim pancaroba seperti sekarang.


"Menurut kalender, saat ini wilayah Bumi Bende Seguguk sudah masuk status siaga akibat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla)," kata Kepala BPBD OKI, Listiadi Martin saat ditemui di ruang kerjanya, Jum'at (3/6/2022) sore.


Dikatakan lebih lanjut untuk TNT-nya sudah dimulai awal bulan Mei. Dimana menurutnya, pada pertengahan bulan April telah ditetapkan status dengan keluar Surat Keputusan (SK) Bupati OKI, Nomor 262 tertanggal 21 April sampai dengan 31 Desember 2022.


"Update sampai saat ini, release BMKG menyatakan bahwa kemarau tahun 2022 itu diawali dari bulan Mei sampai dengan puncaknya pada bulan Juli mendatang.

 

Dan ada anomali, sehingga barangkali bergeser hingga Agustus," tambahnya.


Melalui aplikasi atau sistem informasi yang ada seperti Lapan dan BMKG. Diprediksi sepanjang Juni nanti masih terpantau adanya hujan, walaupun intensitasnya sedikit.


"Jadi segala sesuatu perangkat, baik SDM dan alat serta sistem manajemen yang kita terapkan.

 

Pertama status, yang kedua manajemen operasional ada 10 Posko, dimana Posko Induk terdapat disini. Dan untuk rutinitas pencegahan berupa patroli, baik secara mandiri maupun gabungan," ujarnya.


Listiadi menerangkan, berdasarkan SK Bupati OKI, ada 63 desa yang menjadi titik rawan terjadinya Karhutla.

 

Namun karena belakangan terjadi perubahan cuaca atau keadaan, maka dalam waktu dekat akan mereka evalusi kembali apakah bertambah atau tidak.


"Kalau untuk saat ini yang tedeteksi hanya titik panas, kita menghitung berdasarkan prediksi ada 11 kecamatan dari total 18 kecamatan yang tergolong rawan, rata-rata sudah memberikan sinyal titik panas, tetapi bukan titik api," tuturnya.


Masih kata Listiadi, meskipun begitu, tadinya di bulan April sempat ada insiden 15 sampai 20 hektar lahan kosong terbakar di Desa Deling, Kecamatan Pangkalan Lampam.


"Tapi sejauh ini, Alhamdulilah masih bisa terkendali. Dan memang dalam menanggulangi kebakaran lahan kita tidak bisa sendiri melainkan butuh kerjasama dari pihak lain dan masyarakat. Karena karhutla merupakan masalah kita bersama," katanya.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved