Liputan Khusus

Peternak Gelisah Penyakit Mulut dan Kuku Masuk Sumsel, Takut Mewabah Seperti Corona

Merebaknya penyakit hewan ini membuat para peternak sapi di Palembang menjadi resah dan gelisah

Editor: Soegeng Haryadi
DOK. SRIPO
Sriwijaya Post, Minggu (15/5/2022); Takut Mewabah Seperti Corona 

PALEMBANG, SRIPO -- Foot and Mouth Disease (FMD) atau lebih dikenal dengan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) mengancam hewan berkuku genap seperti sapi, kerbau, kambing dan domba.

Dari informasi, di Sumsel kasus suspect PMK terjadi di Kota Lubuk Linggau. Sebanyak 10 ekor sapi milik peternak di Kelurahan Margo Rejo, Kecamatan Lubuklinggau Utara I, Kota Lubuklinggau, diduga (suspect) terpapar PMK. Hal itu berawal dari empat sapi mati mendadak. Sementara lima ekor dipotong paksa karena sakit, kemudian masih ada satu ekor sapi yang masih hidup, dan mengalami sakit dengan gejala mirip PMK.

"Satu sapi itu masih sakit hingga sekarang. Yakni seperti sariawan di sekitar mulut, lidah seperti melepuh, mengeluarkan banyak lendir dan sela kuku mengalami nanah. Satu ekor sapi ini sudah diambil sampel, dan telah dikirim ke Balai Veteriner (dokter hewan) Lampung," kata Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kota Lubuklinggau, Abdullah Fikri, Kamis (12/5/2022).

Merebaknya penyakit hewan ini membuat para peternak sapi di Palembang menjadi resah dan gelisah. Seorang peternak sapi di Sako, Kenten mengaku itu takut dengan penyebaran penyakit PMK.

"Kalau ditanya gimana perasaannya jelas takut, semua peternak pasti takut," katanya saat ditemui Sabtu (14/5/2022).

Namun meski demikian ia pun berharap agar penyakit hewan tersebut tak sampai ke Sumsel khususnya ke Kota Palembang. "Alhamdulillah sampai sekarang masih aman, dan jangan sampai lah ya masuk ke sini," timpalnya.

Sedangkan di Ogan Ilir juga meski hingga saat ini belum terkonfirmasi ada kasus PMK yang menyerang khususnya hewan ternak, namun kabar penyakit tersebut bikin cemas dan resah peternak. Sebab penyakit PMK yang disebabkan virus ini bersifat akut.

"Saya dengar juga di berita soal itu (PMK). Tapi kan belum sampai sini (Ogan Ilir) ya," kata Angsoko, seorang peternak sapi di Tanjung Atap yang ditemui, Kamis (12/5/2022) petang.

Ang, nama panggilannya, berharap wabah PMK segera diantisipasi oleh pemerintah khususnya Pemkab Ogan Ilir. Ia khawatir karena puluhan ekor sapi peliharaannya memang dilepaskan setiap hari untuk mencari makan di padang rumput.

"Sapi-sapi saya ini setiap hari, pagi dilepas dan pas mau maghrib baru pulang. Kalau ternyata penyakit itu ada dan entah dari mana, repot juga," ujarnya.

Pria 63 tahun yang telah beternak sapi lebih dari 40 tahun ini mengaku telah menghadapi berbagai kondisi saat hewan ternak terserang penyakit. Namun untuk PMK, Ang mengaku tak tahu seberapa ganas penyakit ini dan seberapa besar dampaknya.

"Yang namanya hewan ternak pasti ada-ada saja saat sedang tidak fit, demam, pasti ada. Kalau penyakit yang heboh sekarang ini harus cepat dicegah. Takutnya mewabah dan heboh seperti Corona," kata Ang.

Sebagai petani tradisional, Ang hanya bisa melakukan upaya menjaga sebisa mungkin agar sapi peliharaannya dalam kondisi sehat. "Yang paling penting itu jaga kebersihan dan suasana kandang sapi karena mempengaruhi tingkat stres. Dan juga selanjutnya, saya mau lebih mengawasi makanan dan minuman hewan ternak. Paling itu," kata dia.

Perketat Distribusi Ternak
Sebagai antisipasi untuk mencegah wabah penyakit mulut dan kuku (PMK), maka Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) memperketat akses keluar-masuk pendistribusian hewan ternak di Sumsel.

"Kita sudah membuat Surat Edaran Peningkatan Kewaspadaan Penyakit Mulut dan Kuku, sebagai langkah untuk pengetatan," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumsel Ruzuan Effendi, Kamis (12/5/2022).
Menurutnya, dalam Surat Edaran tersebut menginstruksikan kepada seluruh petugas kesehatan hewan di 17 Kabupaten/Kota untuk melakukan pembatasan lalu lintas hewan rentan, produk hewan dan media pembawa penyakit yang beresiko tinggi mulai dari perbatasan antarprovinsi.

"Petugas dilapangan sudah bergerak mulai dari petugas kesehatan hewan, tim laboratorium memonitoring ke peternakan, termasuk bersama dengan aparat kepolisian mendapingi proses pemeriksaan surat kelengkapan hewan yang didistribusikan disetiap perbatasan," katanya.

Ruzuan mengatakan, hasil dari monitoring petugas di lapangan akan dipaparkan dalam rapat koordinasi terpadu seluruh instansi terkait untuk dievaluasi dan menentukan tindakan selanjutnya.

"Berdasarkan pemeriksaan dari tim di lapangan, memang menemukan hewan ternak sapi yang bergejala klinis seperti terpapar wabah penyakit PMK, yakni di Kota Lubuk Linggau," katanya.

Menurutnya, hasil temuan tersebut sedang dalam pemeriksaan uji laboratorium untuk memastikan apakah hewan ternak itu benar-benar terpapar penyakit PMK.

"Memang ada ditemukan, tapi belum dapat dipastikan. Karena sampelnya masih diperiksa di laboratorium yang ada dibawah Kementerian Pertanian untuk diuji klinis," jelasnya.

Sementara itu Ketua PDHI Sumsel Jafrizal menambahkan, Sumsel merupakan daerah transit yang mendatangkan hewan ternak sapi dari luar daerah.

"Dengan demikian masyarakat khususnya kalangan peternak diimbau untuk memperketat protokol pengendalian dan penanggulangan PMK," katanya.

Jika menemukan ternak dengan gejala klinis PMK seperti lepuh di mulut dan kaki segera laporkan ke petugas terkait. Lalu pastikan ternak yang rentan di daerah wabah untuk tetap di kandang. (mad/joy/cr41/nda)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved