Berita Viral
PROFIL dr Terawan Mantan Menkes yang Dipecat IDI, Imbasnya Kini Surat Izin Buka Praktik Dicabut
Kabar dipecatnya Mantan Menteri Kesehatan RI, Prof Dr dr Terawan Agus Putranto dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Penulis: Rahmaliyah | Editor: pairat
SRIPOKU.COM -- Kabar dipecatnya Mantan Menteri Kesehatan RI, Prof Dr dr Terawan Agus Putranto dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Kabar ini terungkap dari cuitan epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) dokter Pandu Riono di Twitter.
"Terawan diberhentikan secara permanen dari keanggotaan IDI, salah satu keputusan Muktamar XXXI di Kota Banda Aceh. @PBIDI, " tulisnya.
Disebut-sebut mantan Menkes itu dianggap melakukan pelanggaran etika berat.
Pemecatan itu berdasarkan keputusan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) IDI.
Imbas dari pemecatan ini, dr Terawan dikabarkan tak bisa lagi membuka praktik karena Surat Izin Praktik (SIP) tak bisa lagi diurus.
Lantas siapa sosok dr Terawan? Dirangkum Sripoku.com dari berbagai sumber berikut profilnya.
Begini rekam jejak dr Terawan dan juga profilnya.
Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prof. Dr. dr. Terawan Agus Putranto, Sp.Rad(K) (lahir 5 Agustus 1964)adalah Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada Kabinet Indonesia Maju Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Maruf Amin yang menjabat sejak 23 Oktober 2019 hingga 23 Desember 2020.
Sebelumnya ia seorang dokter militer yang juga menjabat sebagai Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto dan Ketua Tim Dokter Kepresidenan.
Ia menjadi dokter militer pertama yang menjabat Menkes sejak Mayor Jenderal TNI (Purn.) dr. Suwardjono Surjaningrat (1978–1988) dan orang dengan pangkat militer tertinggi yang pernah memangku jabatan ini.
Ia merupakan lulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dan kemudian masuk TNI AD, di mana ia ditugaskan ke beberapa daerah termasuk Lombok, Bali, dan Jakarta untuk mengemban tugas sebagai pelaksana medis/kesehatan militer.
Ia juga pernah menjabat sebagai Tim Dokter Kepresidenan pada tahun 2009 dan pernah menjabat sebagai Kepala RSPAD tahun 2015.
Terawan lahir pada tanggal 5 Agustus 1964 di Sitisewu, sebuah kawasan di Sosromenduran, Gedongtengen, Yogyakarta.
Ia menempuh pendidikan awal di SD Tarakanita Bumijo Yogyakarta (1977), SMP Negeri 2 Yogyakarta (1980), dan SMA Bopkri 1 Yogyakarta (1983).
Ia mengambil S-1 di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (1990), S-2 Spesialisasi Radiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya (2004), dan S-3 Doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar (2013). Ia juga mengambil pendidikan di Sepamilwa ABRI pada tahun 1990.
Pada tahun 2022, Terawan diangkat sebagai profesor kehormatan ilmu pertahanan bidang kedokteran militer dari Fakultas Kedokteran Militer Universitas Pertahanan Republik Indonesia
Riwayat Jabatan
Militer
Tim Dokter Kepresidenan RI (2009-2019)
Ka. RSPAD Gatot Soebroto (2015—2019)
Pemerintahan
Pada 23 Oktober 2019, ia dilantik dan dipercaya untuk membantu tugas dari presiden Joko Widodo pada posisi Menteri Kesehatan Kabinet Indonesia Maju periode 2019—2024.
Organisasi
Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia.
Ketua World International Committee of Military Medicine.
Ketua ASEAN Association of Radiology.
Kontroversi
Terawan Theory
Ia pernah merumuskan 'Terawan Theory', yakni sebuah teori yang terkait dengan metode 'cuci otak' pada penderita stroke.
Meskipun demikian, ia dipecat oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Ikatan Dokter Indonesia (MKEK IDI).
Karena melakukan metode tersebut kepada pasien sebelum melalui penelitian ilmiah.
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memecat mantan Menteri Kesehatan Dr dr Terawan Agus Putranto dari keanggotaan.
Pandemi COVID-19
Ketika Pandemi COVID-19 mulai merebak, ia bekerja mengevakuasi 188 warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak di kapal pesiar Dream World.
Ia juga mendapat kontroversi dari pemulangan dan karantina WNI dari Wuhan karena lokasi karantina terlalu dekat dengan pemukiman penduduk, meskipun pemerintah Indonesia telah meyakinkan warga bahwa WNI yang dipulangkan tidak terinfeksi. Setelah masa karantina 14 hari, seluruh WNI dideklarasikan sehat dan tidak terinfeksi COVID-19.
Terawan juga dikritik karena menyatakan bahwa flu biasa lebih berbahaya daripada COVID-19, dengan menyatakan bahwa flu biasa memiliki jumlah kematian lebih tinggi dari COVID-19.
Terawan juga dikritik karena sikap "arogan" dan "anti-sains" dalam menangani krisis COVID-19 di Indonesia.
Menurutnya percuma yang sehat pakai masker,menyalahkan pembeli masker, sebelumnya sempat menyebutkan enjoy aja terkait virus corona, dan pengangkatan duta imunitas corona.
(*)
