Terungkap Pemilik 1 dari 4 Nisan Kuno di Tengkuruk, Satu Per Satu Sejarah Palembang Terkuak Kembali

Satu nisan sudah bisa dibaca, yaitu bertuliskan Faqod Intiqolad Illa Rohmatullahil Abror Nyiaji Nadirah Binti Kiyai Abdul Aziz Falembani.

Editor: Refly Permana
sripoku.com/oki
Batu nisan yang diduga peninggalan setelah Kesultanan Palembang dan baru ditemukan pada Senin (17/1/2022) malam. 

Penulis: Linda

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Empat nisan kuno ditemukan di Komplek Pertokoan Tengkuruk Permai, Senin (18/1/2022) malam.

Sebelumnya, nisan kuno di lokasi tersebut secara tak sengaja tergali pegawai PT Waskita yang sedang melakukan pengerjaan IPAL.

Dari keempat nisan kuno tersebut telah berhasil dibaca satu nama, yaitu bertuliskan Faqod Intiqolad Illa Rohmatullahil Abror Nyiaji Nadirah Binti Kiyai Abdul Aziz Falembani'.

Apabila diartikan, isinya kurang lebih 'telah berpulang ke Rahmatullah Nyiaji Nadiroh Anak Kiyai Abdul Aziz orang Palembang.

Lalu siapa Nyiaji Nadiroh Anak Kiyai Abdul Aziz ini?

Kemas Andi Syarifuddin yang Merawat Naskah Kuno Kesultanan Palembang Darussalam dan juga Imam Masjid Agung Palembang mengatakan Kiyai Abdul Aziz merupakan ulama di Palembang Palembang.

"Ia merupakan khatib dan imam di masjid lama pada abad ke 19," kata Kemas Andi Syarifuddin saat dikonfirmasi, Selasa (18/1/2022).

Menurutnya, dengan ditemukannya nisan kuno di 17 Ilir menyatakan bahwa betul itu membuktikan benar adanya kalau disitu ada komplek pemakaman. 

"Abdul Aziz wafat sekitar abad 19 an juga. Kalau keturunannya yang saya tahu nggak ada lagi. Tapi saya kurang tahu kalau masih ada," ungkapnya.

Kemas Andi Syarifuddin menceritakan sejarah di 17 Ilir, lokasi itu memang dahulunya dijadikan perkuburan. Dulunya Keratonnya Bering Janggut di masa Sultan Abdurrahman.

Makam-makam raja Palembang awalnya di makamkan di Situs Makam Gede Ing Suro. Lalu ke Keraton Beringin Janggut didirikan di abad ke 17. Sultan Abdurrahman mendirikan keraton baru dan masjid, yang sering disebut masjid lama. 

Kemudian ada juga komplek pemakaman di Candi Walang yang ada di deket Pasar Cinde dan ada juga makan keluarga Sultan Muhamad Mansyur di deket Jembatan Musi VI.

Lalu adek Sultan Muhamad Manysur beranama Sultan Agung Komarudin.

Nah Sultan ini mendirikan lagi namanya Keraton Kuto Kerancang di daerah 17 Ilir dibelakang masjid lama di daerah 17 Ilir sampai Talang Jawo. 

Sumber: Tribun Sumsel
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved