Mimbar Jumat

Fenomena Akhir Zaman Yang Harus Jadi Renungan Umat

Para ahli sejarah menyebutkan bahwa jarak waktu antara Nabi Adam dan Nabi terakhir Muhammad Rasulullah S.AW adalah berkisar 7310 Tahun.

Editor: Bejoroy
SRIPOKU.COM/Istimewa
John Supriyanto Penulis adalah dosen Ilmu Al Qur’an dan Tafsir UIN Raden Fatah dan Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur’an Al-Lathifiyyah Palembang 

Oleh : H. John Supriyanto, MA
Dosen Tetap Ilmu Al Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Raden Fatah Palembang dan Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur’an Palembang Al-Lathifiyyah

SRIPOKU.COM -- Pergantian zaman, perjalan sejarah umat berjalan sejarah Umat berjalan dan berlalu dan bergulir tanpa bisa dibendung.

Setiap pergantian masa itu berjalan sesuai dengan kondisi pada masa itu.

Meski masih saja diperdebatkan, para ahli sejarah menyebutkan bahwa jarak waktu antara Nabi Adam dan Nabi terakhir Muhammad Rasulullah S.AW adalah berkisar 7310 Tahun.

Selama masa Itulah Allah SWT mengutus para nabi dan rasul kepada umat manusia yang kemudian melahirkan tiga agama besar, Yahudi, Nashrani dan Islam.

Rentang waktu antara Nabi Musa as dan Nabi Isa as adalah antara 1900-2000 tahun.

Selama masa inilah –menurut Al Qur’an,ia diakui sebagai agama tauhid yang shahih dan diridhai oleh Allah SWT.

Mengapa demikian? Karena Allah SWT segera mereformasi agama tauhid-Nya dengan menurunkan syari’at baru, Nashrani dengan Isa as sebagai Nabi-Nya dan Injil sebagai kitab suci.

Eksistensi ketauhidan agama Nashrani –juga menurut Al Qur’an- adalah selama lebih kurang 611 tahun dengan logika sederhana jarak yang membentang antara diutusnya Nabi Isa as dengan diutusnya Nabi Terakhir, Muhammad SAW sebagai agama terakhir,

Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

Islam hadir untuk melengkapi dan menyempurnakan bagunan tauhid yang telah terkonstruksi sejak masa Nabi Adam as.

“Agama Allah itu ibarat sebuah bangunan yang besar, lalu terdapat satu sudut yang masih menganga dan belum tertutupi batu, maka aku diutus oleh Allah Swt. membawa Islam untuk menutupi ruang yang masih kosong itu”. Demikian antara lain ujaran Nabi Saw. dalam sebuah haditsnya.

Islam hadir ke muka bumi sebagai pelengkap dan penyempurna bangunan agama tauhid dari semua syari’at yang dulu pernah Allah SAW turunkan kepada umat manusia, sejak zaman Nabi Adam as hingga Nabi Isa as, sampai menjelang diutusnya Nabi terakhir, Muhammad SAW.

Bila usia agama Yahudi adalah 1900-2000 tahun dan Nashrani 611 tahun, lalu berapa lama usia umat Islam?

Pertanyaan inilah yang seringkali dilontarkan, khususnya akhir-akhir ini.

Merujuk kepada hadits-hadits Nabi SAW yang juga disyarah oleh para ulama’ yang mu’tamad terdapat isyarat bahwa usia agama terakhir, Islam dan kaum muslimin adalah selama lebih kurang 1500 tahun.

Di antara riwayat yang sering dikutip dalam hal ini adalah hadits tentang “masa kepemimpinan umat islam di bumi yang mengalami lima pase kekhalifahan”.

Secara matematis, jika angka 1500 tahun itu dihitung sejak diutusnya Rasulullah SAW sementara tahun hijriyah dimulai sejak Rasul hijrah ke Madinah, maka ada waktu selama 13 tahun beliau berdakwah di Makkah.

Bila dikalkulasi 1500 dikurangi 1440 tahun hijrah, lalu diambil 13 tahun selama beliau di Makkah, maka didapat angka 47 tahun.

Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Logo instagram.com/sriwijayapost/

Bila demikkian, masih tersisa angka 47 untuk sampai pada usia 1500 tahun, sebagai angka “lebih-kurang” yang diprediksi sebagai batas eksistensi umat Islam di bumi.

Dengan demikian, jika hadits yang menjadi dasar prediksi dan penetapan angka tersebut adalah benar-benar shahih, maka saat ini umat Islam telah berada pada penghujung masanya.

Entah penghujung masa eksistensi Islam di bumi atau penghujung waktu kehidupan umat manusia, wallahu a’lam.

Karena setelahnya, tidak ada yang mengetahui rahasia yang tersimpan di sisi Allah SWT dan kejadian apa yang akan menimpa penghuni dunia.

Dalam banyak tulisan, kajian atau bahkan ceramah dan pengajian, para ulama’ akhir-akhir ini telah banyak mengingatkan tentang fakta-fakta ini, bahwa umat penghujung zamanakan banyak mengalami kegoncangan-kegoncangan hampir dalam semua aspek dalam kehidupannya.

Umat Islam akan mengalami banyak fitnah-fitnah, huru-hara, pertikaian dan pertumpahan darah, saling memfitnah dan saling menyalahkan.

Umat Islam pada masa itu seakan tersudut dan tidak mampu berbuat apa-apa.

Bahkan yang lebih ekstrim dalam sebuah hadits disebutkan, bahwa “umat Islam akhir zaman itu tak ubahnya seperti sebuah hidangan, lalu datang puluhan anjing liar yang masing-masing dengan buasnya memperebutkan hidangan tersebut”.

Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Logo TikTok Sripoku.com

Melihat fakta yang terjadi pada akhir-akhir ini, kondisi umat Islam diserang dari luar dan dari dalam. Mulai dari merosotnya nilai-nilai akhlak yang pada akhirnya menyebabkan hilangnya kepercayaan orang lain terhadap yang identitas “muslim”.

Islam yang dulu sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas dan akhlak al-karimah, saat ini telah semakin kabur, bahkan hilang sama-sekali.

Coba perhatikan para oknum pemangku amanah dan penyelenggara kepentingan umat -yang pada awalnya mereka dipilih dan dipercaya karena keimanannya.

Mereka justru berkhianat atas amanah yang dulu telah diberikan, karena semata-mata mengejar kenik-matan duniawi.

Berbagai kasus-kasus besar dalam masyarakat, tindak pelanggaran hukum, penyelewengan, pencurian uang rakyat secara kolektif, korupsi besar-besaran dan dilakukan secara berjama’ah, penyalahgunaan wewenang dan lain sebagainya.

Sebagian besar itu dilakukan oleh para oknum yang beridentitas sebagai “MUSLIM”. Umat Islam sebagian tidak lagi menjadi contoh dan figur keteladanan sebagai “khairu ummah”, sebagai umat yang terbaik.

Oleh karena itulah, sedikti demi sedikitkepercayaan orang lain terhadap umat Islam yang “rahmatan li al-‘alamin” semakin berkurang, bahkan hilang sama sekali.

Selanjutnya, persoalan penyimpangan ideologi jihad yang banyak disalah persepsikan oleh sekelompok kecil umat Islam, lalu melahirkan kelompok-kelompok Islam ekstrim-radikal, terorisme yang terjadi hampir di seluruh negara di dunia.

Islam yang dulu dikenalkan oleh Rasulullah SAW sebagai agama yang santun, ramah, penuh kasih sayang, kini tampil seakan menjadi agama yang sangar, keras, brutal dan tak kenal belas kasihan.

Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Sedikit-sedikit membunuh, dan sedikit-sedikit menghancurkan.

Hal ini pula yang kemudian melahirkan gerakan-gerakan Islam phobi, gerakan anti Islam, khususnya di dunia Barat dan Eropa.

Selain itu, saat ini umat Islam hampir kehilangan nilai-nilai persaudaraan dan kesatuannya.

Sesama umat Islam saling memfitnah, saling membusukkan karakter dengan menciptakan berita-berita bohong (hoaks), saling serang dan saling menghujat hanya untuk kepentingan-kepentingan sesaat.

Kondisi yang sangat miris, ironis dan menyedihkan lebih tampak ketika umat Islam bangsa ini segera memasuki tahun politik.

Secara global, eksistensi umat muslim saat ini juga mengalami banyak persoalan.

Bagaimana bangsa-bangsa Barat dan Eropa begitu bencinya terhadap umat Islam di berbagai belahan dunia.

Mereka terus berupaya membangun konspirasi, rekayasa dengan berbagai tuduhan untuk semakin memojokkan.

Belum lagi dengan serangan yang berbentuk proxy war, peperangan tanpa senjata, tapi mampu melumpuhkan lawannya melebihi keampuhan senjata.

Proxy war adalah salah-satuupaya penghancuran suatu bangsa, tidak menyerangnya dengan senjata.

ilustrasi
Update 6 Januari 2022. (https://covid19.go.id/)

Dulu proxy war dilakukan oleh negeri tiongkok atas lawan-lawannya, untuk menghancurkan SDM suatu kelompok dalam rangka menguasai kekayaan dan SDA-nya.

Proxy war dalam konteks masyarakat Indonesia adalah perang candu (ghazw al-afiyun), peredaran narkoba.

Saat ini peredaran narkoba di negeri ini sudah sangat kronis dan luar biasa.

Hampir setiap minggu terdengar berita aparat yang berhasil menangkap bandar dan pengedar narkoba, namun ternyata semakin banyak pula ditemukan pertumbuhan sel dan jaringan baru dalam skala yang sangat besar.

Pada setiap penghujung tahun idealnya menjadi momentum re-evaluasi diri tentang masa lalu dan masa kini untuk menjadi pribadi yang lebih baik di segala bidang di masa yang akan dating.

Perubahan ke arah yang lebih baik juga tidak masalah hubungan Umat dan Allah SWT .

Bila ada istilah “masa lalu adalah kenangan, masa kini adalah kenyataan dan masa depan adalah ketidak pastian”, maka mari luruskan bahwa “masa lalu adalah kenyataan, masa kini adalah kesempatan dan masa yang akan datang adalah harapan.

Manfaatkan kesempatan secaca maksimal selagi masih ada dan besarkanlah harapan menjadi lebih baik di mata Tuhan. Wallahu a’lam !

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved