Virus Corona di Sumsel

Soal Omicron Prof Yuwono Minta Pemerintah Tegas Soal Pintu Masuk, Status B.1.1.529 Masih VOC

Masyarakat tak perlu panik dengan varian baru tersebut karena hingga kini varian itu belum dilaporkan teridentifikasi di Indonesia.

Penulis: Jati Purwanti | Editor: Refly Permana
DOKUMEN SRIPOKU.COM
Proses suntik vaksin Ahli Mikrobiologi Sumsel, sekaligus Direktur RS Pusri, Prof. Dr. dr. Yuwono, M. Biomed, Senin (25/1/2021). 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Kemunculan varian baru Covid-19, yakni varian Omicron atau B.1.1.529 yang disebut lima kali lebih ganas dari varian sebelumnya, membuat berbagai kalangan merasa resah.

Menurut ahli Mikrobiologi Sumsel, Yuwono, masyarakat tak perlu panik dengan varian baru tersebut karena hingga kini varian itu belum dilaporkan teridentifikasi di Indonesia.

"Pertama, jangan panik karena ini masih masuk variant of concern (VOC) seperti varian Delta," ujarnya, Sabtu (28/11/2021).

Masyarakat juga diminta untuk tetap patuh pada penerapan protokol kesehatan saat melakukan aktivitas keseharian.

Penggunaan masker, jaga jarak, dan juga menghindari kerumunan merupakan kebiasaan yang harus dilakukan selama pandemi belum berakhir.

"Masyarakat terus jalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan mengikuti vaksinasi," kata Yuwono.

Sebagai upaya pencegahan dalam skala besar, pemerintah juga diminta untuk melakukan penutupan akses bagi warga negara asing (WNA), terutama dari negara asal varian baru tersebut.

Pembatasan akses ini dinilai efektif karena dapat menghalau penyebaran virus dengan lebih tepat.

"Pemerintah tutup pintu dari asing yang bawa ini dan giatkan vaksin," kata Yuwono.

Hingga kini secara keseluruhan kasus Covid-19 di Indonesia jumlah kasus positif Covid-19 di Tanah Air bertambah 264 kasus. 

Dengan adanya penambahan tersebut secara keseluruhan kasus Covid-19 sebanyak 4.225.936.

Selanjutnya, kasus aktif Covid-19 di Indonesia saat ini berjumlah 8.214 orang.

Kasus aktif adalah pasien yang dinyatakan positif Covid-19 dan sedang menjalani perawatan.

Secara total kini terdapat 3.983 kasus supek terkait Covid-19 di Tanah Air.

Sementara itu, untuk di Sumsel kasus Covid-19 keseluruhan 50.662 dengan kasus aktif 26 dan kasus dalam proses pengawasan 71.

Varian Virus Corona baru muncul di Afrika Selatan Omicron.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO telah memberikan nama varian baru virus Corona B.1.1.529 .

Varian ini dianggap cukup mengkhawatirkan karena langsung ditetapkan sebagai varian of concern (VOC).

Selain itu, kabarnya varian ini bersifat cepat menular.

Hal ini pun dibenarkan oleh Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi.

Menurutnya varian ini cukup menyita perhatian karena sudah memenuhi kriteria VOC.

"Maka WHO mengkategorikan varian ini, dimana varian ini lebih cepat menular, meningkatkan tingkat keparahan penyakit dan menurunkan efikasi vaksin," ungkapnya pada Tribunnews, Sabtu (27/11/2021).

Nadia pun mengatakan telah mempunyai beberapa strategi seperti mempercepat vaksinasi Covid-19.

Kemudian membatasi mobilitas serta memperketat penerapan protokol kesehatan.

"Karena cara itu dapat mengurangi potensi penyebaran virus. Selain itu tetap waspada di pintu masuk negara," katanya lagi.

Sampai saat ini pihak prioritas yang masih menerima vaksin Covid-19 adalah orang lanjut usia dan mereka yang berusia produktif.

Usia produktif memengaruhi laju mobilitas yang tinggi.

Lalu lansia menjadi orang yang memiliki risiko paling besar.

Di sisi lain untuk vaksin anak-anak, pemerintah masih mengupayakan untuk mendapatkan tambahan vaksin dan pihak produsennya.

Tidak hanya itu, pemerintah pun mengatakan jika akan ada kemungkinan penerapan PPKM level 3 sebagai strategi menghadapi varian baru.

Dan ini harus dipatuhi oleh masyarakat.

"Penerapan ppklm level 3 agar dipatuhi, kurangi mobilitas dan tahan diri tetap prokes serta yang belum di vaksin jangan pilih pilih vaksin," pungkasnya.

Cukup dengan Vaksin?

Menurut Ahli Epidemiologi Indonesia dan Peneliti Pandemi dari Griffith University, Dicky Budiman, ada beberapa hal penting yang harus dilakukan untuk menghadapi varian ini.

Pertama adalah melakukan mitigasi yang tepat.

Sejauh ini, Dicky berpendapat jika pemerintah sudah benar melakukan PPKM bertingkat.

Begitu pula pada Natal dan Tahun Baru mendatang yang telah menetapkan regulasi soal pembatasan.

Namun ada yang harus dilakukan lagi yaitu percepatan program vaksinasi Covid-19.

"Penting sekali, karena kasus Omicron ini dominan pada orang yang belum divaksinasi di Afrika Selatan," ungkapnya saat ditanyai Tribunnews, Sabtu (27/11/2021).

Dicky menambahkan jika Vaksin Covid-19 masih cukup efektif menghadapi varian ini.

Hanya saja, ia menekankan lagi.

Bahwa Efikasi yang dimaksud adalah mencegah keparahan dan angka kematian.

Efikasi vaksin Covid-19 tidak sampai untuk mencegah terinfeksi atau menularkan pada orang lain.

Dicky pun menyarankan pemerintah untuk mengupayakan program vaksinasi.

"Cakupannya harus lebih dari 90 persen menurut saya. Kedua adalah penerapan 3T, 5M dan survelen genomic dan survelen lainnya di bawah payung PPKM bertingkat harus ditingkatkan di akhir tahun sampai 2022," katanya lagi.

Di sisi lain, ia pun menekankan untuk tidak panik secara berlebihan.

Karena vaksinasi terhitung masih efektif dalam melindungi keparahan dan kematian.

"Kabar baiknya saat ini Pzier dan Moderna bekerja membuat booster untuk varian baru ini. Tapi butuh 100 hari, hingga 100 hari ke depan adalah rawan," pungkasnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved