Street Food Palembang
Street Food Palembang, Warung Mama Tempat Makan Favorit Wong Kito Sehari Habiskan 30 Kilogram Beras
Disajikan secara prasmanan, warung nasi masakan rumahan selalu jadi tempat favorit masayarkat dari berbagai elemen. Mulai dari mahasiswa, pekerja hing
Penulis: jihan alfarizi | Editor: Odi Aria
Laporan wartawan Sripoku.com, Jihan Alfarizi
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Menu masakan rumahan menjadi salah satu kudapan favorit warga Palembang, selain nasi padang.
Disajikan secara prasmanan, warung nasi masakan rumahan selalu jadi tempat favorit masayarkat dari berbagai elemen. Mulai dari mahasiswa, pekerja hingga masyarakat pada umumnya.
Salah satu masakan prasmanan atau masakan rumahan di Palembang yang paling banyak digemari wong Palembang adalah Rumah Makan Mama yang terletak di Jalan Tombak, 20 Ilir D II, Kec. Kemuning, Kota Palembang.
Di Rumah Makan Mama, pengunjung dapat menikmati berbagai macam jenis makan seperti Ayam crispy, Sambal Lele, Pindang, dan masih banyak lagi.
"Alhamdulillah diposisi yang sekarang kami sekeluarga bersyukur, saya sekeluarga awal usaha ini sudah dari sepuluh tahun yang lalu, tapi sekitar empat tahun belakang yang sudah banyak yang tau sudah banyak pelanggan dan ramai yang datang kesini," kata Nurlaila, pemilik Rumah Makan Mama Palembang, Selasa (23/11/2021).
Nurlaila menceritakan, proses jatuh bangunnya saat berjualan prasmanan.
Dulu untuk menghabiskan nasi 2 kilogram ia mengaku sangat susah.
Namun sekarang, ia bisa memasak nasi sampai 30 kilogram per hari.
"Kalau belanja bahan pokok kami beli di pasar, uang yang dikeluarkan sekitar 2-3 jutaan. Sehabis subuh belanja, jam enam pagi mulai masak dan jam tujuh sudah persiapan untuk dihidangkan didepan," jelas Nurlaila.
Ia mengungkapkan, bahwa sehari bisa menghabiskan beras sebanyak 25-30 kg.
Sementara untuk lauk-pauk ia bisa memasak sampai 17 kilogram.
"Kami disini beras bisa habis sebanyak 30kg kadang lebih kadang kurang dari itu, dan untuk lauknya ayam sama ikan bisa sekitar 17kg. Kalau minyak goreng sekitar 10 liter,"ungkapnya.
Ia menjelaskan, alasan membuka prasmanan atau ambil sendiri karena porsi orang berbeda-beda.
"Kami disini membuka prasmanan karena porsi orang kan beda-beda, apalagi banyak mahasiswa UIN yang datang kesini kadang kurang banyak porsi nasinya, ada juga beberapa yang nasi tidak habis karena kebanyakan.