Dari Budi Utomo sampai Sumpah Pemuda
Jadi Budi Utomo yang dimaksud oleh pendirinya, ialah perkumpulan yang akan mencapai sesuatu berdasarkan atas keluhuran Budi, kebaikan perangai/tabiat.
Kolonial mengambil sikap tegas terhadap para serikat pekerja yang melakukan pemo-gokan.
Hal ini menimbulkan kegoncangan di tubuh Budi Utomo untuk menjalankan politik tidak bekerja sama dengan pihak penjajah.
Baru pada Kongres Pemuda tahun 1928, Budi Utomo ikut berubah untuk melaksa-nakan cita-cita persatuan Indonesia.
Jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:

Karena keanggotaan Budi Utomo tidak lagi terbatas untuk pemuda Di Jawa, Madura dan Bali tapi sudah terbuka untuk penduduk yang tinggal di daerah Hindia Belanda.
Pada tahun 1928 menjadi dasar persatuan kebangsaan kita ialah SATU NUSA, SATU BANGSA, SATU BAHASA, dan juga menyatakan lagu Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan.
Maka sesudah kongres pemuda itu setiap rapat rapat perkumpulan politik biasanya lantas dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia raya.
Pihak penjajah tidak senang mendengar lagu Indonesia raya, sehingga Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan larangan kepada pegawai negeri yang hadir rapat-rapat politik untuk berdiri tegak memberi penghormatan pada lagu Indonesia raya.
Karena saat menyanyikan lagu Indonesia raya, para hadirin diminta berdiri.
Namun larangan itu dapat disiasati.
Karena yang dilarang oleh Pemerintah Hindia Belanda itu juga disebabkan bukan maksudnya menghina, jadi yang sudah berdiri tidak diharuskan duduk kembali.
Maka disiasati sebelum diminta berdiri oleh pemimpin rapat mereka sudah berdiri lebih dahulu, lalu rapat dimulai dan waktu lagu Indonesia Raya dinyanyikan, jadi tetap berdiri.
Jangan lupa subscribe, like dan share channel TikTok Sriwijayapost di bawah ini:

Maka maksud larangan pemerintah pada waktu itu yaitu melarang pegawainya menghormati lagu kebangsaan ternyata gagal.
Inilah kira-kira sebagai iseng-iseng mengenai cara berjuang pada waktu itu.