Berita Lubuklinggau

PENAMPAKAN Pohon Kerdil yang Harganya Capai Rp 250 Juta, Dulunya Cuma Pohon Biasa yang tak Berharga

Event yang digelar ini dalam rangka HUT ke 20 Kota Lubuklinggau ini di hadiri 648 pencinta bonsai dengan empat kategori lomba yakni prospek, regional,

Editor: Welly Hadinata
Tribunsumsel/Eko
Panitia saat meninjau lomba bonsai di halaman Kominfo Lubuklinggau, Kamis (21/10/2021). 

SRIPOKU.COM, LUBUKLINGGAU - Ratusan jenis tanaman kerdil dalam pot atau biasa disebut tanaman bonsai berjejer rapi dipajang di depan Kantor Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo), Kamis (21/10/2021).

Bonsai-bonsai itu sudah dibedakan sesuai dengan kelasnya masing-masing yang prakarsai oleh Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Cabang Kota Lubuklinggau.

Event yang digelar ini dalam rangka HUT ke 20 Kota Lubuklinggau ini di hadiri 648 pencinta bonsai dengan empat kategori lomba yakni prospek, regional, madya dan utama.

Bonsai yang dipamerkan dalam lomba tersebut harganya bervariasi mulai dari jutaan, puluhan juta, bahkan ratusan juta, tergantung dengan kualitas dan sudah berapa kali menyabet juara.

Ketua Pelaksanaan Kegiatan Pameran Bonsai, Anwar Sadat mengatakan untuk peserta yang hadir ada yang dari provinsi Lampung, Jambi, Bengkulu, Pekanbaru terutama dari Rengat dan Bengkinang.

"Bahkan dari Bengkinang Bonsai pak Bupati langsung, ikut lomba disini," ungkap Anwar pada Tribunsumsel.com.

Kemudian untuk kisaran harga tidak ada informasi jelas dari pemilik, tapi gambaran di lapangan informasi dari peserta bahwa bonsai yang dipamerkan kali ini ada yang berkisar Rp. 200 - Rp.250 juta.

"Untuk penilaian domennya juri namun penilaian berdasarkan klas, tapi biasanya dari prospek akar gerak dasar batang dan posisi puncak," ujarnya.

Menurutnya lomba bonsai tidak selalu menitik beratkan pada hadiah, sebab yang dicari para penghobi ini lebih kepada nilai juara, misalkan ikut lomba madya bila dapat bendera bisa naik kelas ke utama.

"Dari madya ikut tadi lomba dapat merah naik utama, bahkan bisa ke bintang," ungkapnya.

Prospek bonsai sendiri di Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Musi Rawas (Mura) cukup banyak, karena semenjak pandemi aktifitas masyarakat lebih banyak di rumah.

Untuk lokal Lubuklinggau sendiri jenis yang dikembangkan jenis serut atau bila di nasional disebut kaliage, bonsai jenis ini endemik Lubuklinggau dan sekarang mulai banyak dikembangkan.

"Di Lubuklinggau dan Mura hampir 700 orang, kecintaan dengan pohon mereka membuat pohon yang semula dari tidak berharga menjadi berharga, kalau dibuat cantik, kalau pohon biasa harganya 100 ribu naik menjadi jutaan," tambahnya. (Joy/TS)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved