Meskipun Langka, Miokarditis Jadi Efek Samping Vaksin Covid-19, Penelitian Justru Temukan Fakta Lain

Meskipun terbilang langka, vaksin Covid-19 memiliki efek samping berupa peradangan. Disebut miokarditis

Editor: adi kurniawan
JOEL SAGET / AFP
Ilustrasi vaksin Moderna - Gambar kreatif ini diambil di sebuah studio di Paris pada 16 November 2020, menunjukkan jarum suntik dan botol vaksin dengan logo Moderna, menggambarkan pengumuman vaksin eksperimental terhadap Covid-19 dari Moderna yang 95% efektif 

SRIPOKU.COM -- Meskipun terbilang langka, vaksin Covid-19 memiliki efek samping berupa peradangan.

Disebut miokarditis, merupakan efek samping pada jaringan otot jantung diketahui menjadi efek samping langka yang dikaitkan dengan vaksin berbasis mRNA yaitu Pfizer dan Moderna.

Namun sebuah studi mengungkap jika miokarditis lebih mungkin terjadi jika terinfeksi Covid-19.

Dalam studi tersebut bahkan tercatat miokarditis enam kali lebih mungkin terjadi setelah infeksi Virus Corona daripada setelah vaksinasi.

“450 kasus miokarditis per 1 juta kasus Covid-19 terjadi pada pria muda,” kata Mendel Singer dari Case Western Reserve University di Ohio, Amerika Serikat, yang membantu melakukan penelitian, dikutip dari newscientist.

“Jika Anda fokus pada peradangan jantung, taruhan yang lebih aman adalah dengan mengambil vaksin.”

Dalam beberapa bulan terakhir kondisi miokarditis dilaporkan terjadi setelah penggunaan vaksin Pfizer/BioNTech dan Moderna.

Terutama pada orang yang lebih muda.

Hal ini telah menimbulkan kekhawatiran khususnya di Amerika Serikat (AS) dan Israel, karena kedua negara ini telah memimpin dalam memvaksinasi anak-anak muda.

Reaksi paling sering terjadi pada pria dan anak laki-laki berusia di bawah 30 tahun setelah dosis kedua mereka, dan biasanya terlihat dalam 10 hari.

Tetapi banyak badan kesehatan di seluruh dunia mengatakan manfaat vaksinasi masih lebih besar daripada risikonya, terutama pada mereka yang memenuhi syarat vaksin.

Sekarang sebuah penelitian di AS telah mengonfirmasi dugaan tersebut.

Para peneliti menganalisis catatan organisasi kesehatan yang mencakup seperlima dari populasi AS.

Mereka menemukan bahwa, selama 12 bulan pertama pandemi, laki-laki berusia 12 hingga 17 tahun merupakan kelompok yang paling mungkin mengalami miokarditis dalam waktu tiga bulan setelah tertular Covid-19.

Telah dijelaskan jika laju terjadinya sekitar 450 kasus 1 per juta infeksi.

Itu jauh lebih tinggi dibandingkan miokarditis yang terjadi pada penerima vaksin.

Di mana terdapat 67 kasus miokarditis per satu juta pria pada usia yang sama setelah dosis kedua vaksin Pfizer/BioNTech atau Moderna.

Angka tersebut didapat dari Komite Penasihat AS untuk Praktik Imunisasi.

Para peneliti menambahkan bersama kasus setelah dosis pertama dan kedua untuk mencapai tingkat total 77 kasus per juta pada kelompok usia laki-laki ini dipicu oleh vaksinasi.

Gejala yang dilaporkan terjadi pada miokarditis diantaranya adalah nyeri dada, sesak napas dan palpitasi.

Gejalanya berkisar dari yang sangat ringan sehingga tidak diketahui hingga parah.

Dalam kondisi parah miokarditis dapat melibatkan kerusakan jantung permanen atau kematian.

Namun, bentuk ekstrim jarang terjadi dan tidak ada kematian yang dilaporkan setelah vaksinasi di AS.

Hingga kini masih belum diketahui dengan pasti apa yang menyebabkan miokarditis bisa terjadi pada penerima vaksin.

Ada dugaan bahwa itu terjadi ketika sistem kekebalan menyerang jantung, tetapi ini belum terbukti.

Juga tidak diketahui mengapa hal itu paling sering terjadi pada pria yang lebih muda.

Kasus ringan biasanya diobati dengan obat antiinflamasi yang dijual bebas seperti ibuprofen dan kebanyakan orang sembuh dalam beberapa bulan.

Pemicu lain dari kondisi ini termasuk flu dan vaksin flu, beberapa obat-obatan dan beberapa obat-obatan terlarang.

Risiko kecil miokarditis setelah vaksin juga menjadi landasan mengapa Komite Bersama untuk Vaksinasi dan Imunisasi Inggris (JCVI) belum merekomendasikan vaksin ini.

Tetapi sejumlah negara seperti Irlandia dan AS masih mengizinkan remaja untuk divaksinasi.

JCVI mengatakan pada bulan Juli bahwa hanya orang muda yang sangat rentan atau hidup dengan seseorang dengan sistem kekebalan yang lemah yang dapat divaksinasi.

Selanjutnya, komite tersebut menganjurkan kepada orang yang pernah divaksinasi atau terinfeksi Covid-19 harus waspada terhadap kemungkinan gejala miokarditis.

Terutama nyeri dada yang terasa seperti terbakar atau tajam dan bertambah parah saat berganti posisi.

Artikel ini telah tayang di TribunWow.com dengan judul Jadi Efek Samping Langka Vaksin, Miokarditis Disebut Lebih Sering Terjadi setelah Infeksi Covid-19, https://wow.tribunnews.com/2021/09/01/jadi-efek-samping-langka-vaksin-miokarditis-disebut-lebih-sering-terjadi-setelah-infeksi-covid-19

Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved