Wawancara Eksklusif
Cerita Wapres KH Ma'ruf Amin Dimasa Pandemi, Bahkan Cucu pun Harus PCR untuk Masuk Istana
Banyak cucu saya, sampai yang masih digendong terpaksa di PCR juga. Aturan yang ada itu saya minta dipatuhi.
DIUSIANYA ke-78, Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin mengaku hampir tak pernah absen berolahraga. Dalam sepekan, beberapa hari dia habiskan menjalani olahraga, mulai dari berjalan kaki, bersepeda statis, hingga berolahraga air. Dalam perbincangan dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra dan News Manager Tribun Network Rachmat Hidayat, Kamis (12/8), Ma'ruf mengungkapkan satu minggu sekali test PCR terhadap dirinya, keluarga, dan pengawal. Bahkan ketika anak dan cucunya ingin berkunjung, test PCR tetap diberlakukan demi kebaikan bersama. Berikut petikan wawancara khusus Tribun Network bersama Wakil Presiden RI KH Ma'ruf Amin:
********
Apa yang Pak Wapres rasakan selama mendampingi Presiden Joko Widodo? Terutama di masa pandemi Covid-19, bahkan ada gelombang kedua setelah Lebaran lalu.
Sejak munculnya wabah Covid-19 ini kita di dalam bekerja mengalami perubahan. Yang biasanya sering rapat-rapat, menghadiri kegiatan-kegiatan, sekarang ini dilakukan dengan virtual semuanya.
Ini perubahan, sehingga tentu ini juga dirasakan oleh semua pihak. Tapi saya melihat adanya kehidupan seperti ini mempercepat kita dalam rangka digitalisasi. Bukan hanya di kegiatan kenegaraan, pendidikan juga, kemudian perekonomian, perbelanjaan juga dilakukan virtual.
Bahkan saya yang biasanya selalu ada hadir di majelis-majelis, di haul-haul pertemuan memperingati, yang biasanya kumpul kiai-kiai, sekarang juga dilakukan dengan virtual. Jadi sekarang dunia pesantren juga acaranya virtual.
Ini bagian yang kita tentu suatu perubahan hidup baru. Kemudian juga kita harus terus menggunakan masker, keluar menggunakan masker, kemudian kita menjaga jarak, 3M lah.
Bahkan cucu saya sendiri kalau datang harus di PCR. Ini cucu saya yang belum mau di PCR, terpaksa nggak bisa bertemu dengan saya. Virtual terpaksa. Misalnya ulang tahun, itu pakai virtual. Inilah situasi yang kita alami saat ini, banyak perubahan-perubahan yang tentu merubah tatanan kehidupan kita. Seperti bapak-bapak dulunya makan di warung, sekarang jadi pinter masak. Jadi ini juga melatih kesabaran kita untuk bisa menahan diri dari keinginan-keinginan kita yang tanpa batas.
Cucu Pak Wapres apakah menolak di PCR?
Dulu tidak mau. Banyak cucu saya, sampai yang masih digendong terpaksa di PCR juga. Aturan yang ada itu saya minta dipatuhi. Karena memang kita menjaga ya disiplin tinggi. Kemarin lebaran haji di rumah saja. Kita bertemu virtual saja mengingat kasus sedang tinggi.
Tips menjaga kebugaran agar tidak tertular virus Covid-19?
Saya bersama keluarga harus olahraga sesuai dengan kemampuan usia saya. Kalau terlalu diforsir juga tidak baik. Hampir tidak ada hari yang tidak olahraga.Hari Senin-Selasa saya biasa sepeda statis, lalu jalan setengah jam. Itu lumayan bisa dapat 350 kalori. Kemudian hari Jumat jalan lebih dari 1 jam.
Kalau Sabtu-Minggu saya melakukan hidro yaitu olahraga di air 1 jam lebih. Jadi selama satu minggu itu penuh tentu menjaga makan supaya kita sehat. Saya makan secukupnya saja bukan apa yang saya mau. Saya tidak makan yang tidak disiapkan.
Kemudian juga menjaga lingkungan jangan keluyuran yang tidak jelas. Kalau ada yang masuk dari luar harus PCR biar anak cucu semua steril. Setiap satu minggu dilakukan test. Setengah bulan sekali PCR semua termasuk pegawai dan pengawal.
Terima tamu boleh tetapi harus PCR test bahkan menteri pun harus seperti itu. Pokoknya protokol kesehatan betul-betul dijaga. Mudah-mudah saya terus aman. Sebetulnya orang selamat kalau patuh saja kok. Kalau bahasa agamanya samikna wa atokna (kami mendengar dan kami taati), kuncinya di situ.
Bagaimana dengan komunikasi Pak Wapres dengan Pak Presiden Jokowi selama pandemi ini?
Dalam hubungan kenegaraan, kita berjalan dengan baik. Semua itu bisa dilakukan dengan virtual, seperti sidang-sidang kabinet terbatas. Kecuali ada hal-hal kenegaraan yang tidak mungkin, seperti tadi pagi ada pemberian penghargaan, saya hadir di Istana dengan orang yang terbatas.
Saya melakukan kegiatan-kegiatan, seperti bertemu dengan gubernur-gubernur untuk mengecek selama PPKM itu kesulitan apa yang dihadapi di daerah, ada kendala-kendala apa. Saya cari solusinya, saya bawa menteri-menteri untuk berdiskusi secara virtual dengan tujuh gubernur di Jawa. Sehingga kita tidak hanya memantau tapi juga melakukan diskusi. Kemudian saya laporkan dalam sidang untuk ditindaklanjuti.
Kemudian tugas-tugas saya yang diberikan oleh Presiden, misalnya masalah Papua, masalah kemiskinan, kemudian masalah yang menyangkut reformasi birokrasi juga saya lakukan koordinasi-koordinasi dengan semua lembaga terkait untuk melakukan upaya-upaya perbaikan.
Ini saya lakukan semua dengan virtual, tapi komunikasi tetap jalan, saya laporkan dengan Presiden hal-hal itu. Sehingga alhamdulillah komunikasi dengan Presiden selalu baik, berjalan dengan bagus. Misalnya Presiden tidak bisa menghadiri meskipun secara virtual, maka minta saya yang menghadiri.
Bagaimana langkah-langkah pemerintah mempercepat pembangunan administrasi Papua di semester pertama 2021?
Masalah Papua ada dua dasar pengaturannya pertama Inpres nomor 9 yang saya ditugasi koordinasi membangun kesejahteraan masyarakat Papua dengan berbagai aspeknya. Kemudian lahirnya otonomi khusus yang baru juga menugaskan saya sebagai ketua badan yang melakukan pengawasan.
Sekarang dinaikkan dana otonomi khususnya. Manfaatnya bisa dirasakan langsung berdasarkan program pemerintah dan dengan pengawasan tata kelola. Arahnya harus betul tidak terjadi kebocoran di mana-mana khsusunya di aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan lainnya juga.
Kita ingin menghilangkan hambatan-hambatan yang ada seperti politis, psikologis maupun yang bersifat teknis. Jangan sampai pemerintah sudah memiliki afirmasi yang kuat tidak bisa terwujud. karena wacana pembangunan ini sudah sejak 2001. Karena itu pemerintah membuat badan khusus untuk memudahkan koordinasi supaya lebih efektif.
Tentang afirmasi skala satu yang menjadi komitmen pemerintah adalah ingin memberi kesempatan kepada putra putri Papua untuk berkiprah menjadi polisi, menjadi tentara, menjadi karyawan BUMN.
Kemarin saya melantik 400 karyawan BUMN dari Papua. Oleh karena itu standar yang dilakukan nasional itu diberikan sedikit afirmasi. Ini semangat bagaimana ingin Papua cepat maju dan tidak tertinggal dari wilayah lainnya.
Apa pandangan Pak Wapres tentang Sumsel yang sedang giat membangun, yang Insyaallah November ini akan dimulai groundbreaking Tanjung Carat?
Mengenai pembangunan di Sumsel kita sebenarnya mendorong ya semua daerah untuk berlomba supaya daerah-daerah itu memiliki kelebihan-kelebihan, apa yang mereka bisa sumbangkan untuk kepentingan nasional dan juga kepentingan daerahnya. Ada yang di pertanian, ada yang di perikanan, ada yang di pertambangan, ada juga yang menjadi pusat buah-buahan.
Apakah Pak Wapres sempat mendengar kasus hibah Akidi Tio? Sempatkah mendiskusikannya dengan Pak Presiden?
Saya kira berita itu menjadi sesuatu yang sangat mengecewakan. Sebenarnya berita itu belum pasti, tapi sudah dilansir. Itu sebenarnya adalah kekeliruan informasi saja kan, karena itu saya harap kalau hal-hal yang belum pasti itu jangan diberitakan dulu. Sempat orang itu merasa gembira berlebihan tahu-tahu beritanya tidak betul.
Saya tidak sempat sih bicara dengan presiden, tapi kan sudah diklarifikasi oleh beberapa pihak ya sudahlah, meski itu satu kesalahan yang menurut saya fatal sekali.
Kalau ada orang yang (mau menyumbang) itu kan sebenarnya ada mekanismenya. Lewat pemda bisa, pemerintah pusat juga bisa, bisa juga lewat berbagai ada dompet-dompet bantuan itu, kelompok-kelompok masyarakat yang terorganisir itu kan juga menerima bantuan, bisa lewat situ, lewat pemda, bisa lewat pemerintah pusat.
Saluran itu sebenarnya banyak yang penting dan benar gitu loh, tapi jangan berbohong. Hanya karena ingin terkenal tapi sebenarnya membohongi masyarakat, itu tak baik. (tribun network/Vincentius Jyestha)