Berita OKI
Intip Aktivitas Pengrajin Tikar Purun Khas Warga Pedamaran OKI, Bahan Bakunya Sedang Sulit Didapat
Kisah pegnrajin tikar purun khas Kabupaten OKI, tepatnya warga Pedamaran. Menurut mereka, saat ini permintaan banyak tapi bahan baku sulit didapat.
"Ya kita berbagi tugas untuk mendapatkan penghasilan, untuk suami bekerja sebagai nelayan, sementara Istri selain sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) juga membuat tikar sebagai penghasilan tambahan," imbuh Rosmih.
Diutarakan kembali, sejak 5 tahun terakhir ia bersama warga lainnya mencoba meningkatkan daya jual dengan memproduksi tikar bermotif dan membuat tas, topi, dan sajadah berbahan dasar anyaman purun.
"Alhamdulillah setelah adanya ide tersebut, pemesan menjadi semakin ramai dan bahkan dikirim sampai ke Lampung, Jawa, dan Bali," bebernya pendapatan semakin meningkat.
Rosmih menuturkan jika harga beli satu ikat purun yang menjadi bahan utama pembuatan tikar berkisar Rp. 10 ribu, yang nantinya dapat dibuat menjadi 4 lembar tikar
"Harga jualnya yang sudah jadi hanya Rp 7 ribu tikar putih (polos), sedangkan untuk tikar bermotif Rp 50 ribu, sajadah Rp 100 ribu, tas bermotif 50 ribu dan topi sekitar Rp 25 ribu," paparnya.
Sementara itu, dijelaskan proses pembuatan tikar cukup panjang mulai dari mengambil purun dari lahan gambut atau rawa, dengan cara dicabut kemudian dibidas atau diikat.
"Setelah diambil lalu di ikat menjadi ikatan bidas (bulat) dan dikirim melalui sungai kecil ke desa-desa di Pedamaran, dengan menggunakan perahu ketek yang menarik bidas-bidas itu dengan cara dihanyutkan," jelasnya.
Proses selanjutnya, purun dikeringkan selama 2 hari dan kemudian dipipihkan dengan cara ditumbuk sekitar 3 jam dengan kayu antan (alat penumbuk) sampai purun menjadi halus agar mudah dianyam.
Kemudian untuk tikar yang memiliki motif, pembuatan sesuai warna dan teknik anyaman. Terdapat pewarnaan khusus yang diperoleh dari warna tekstil.
"Purun direbus ke dalam panci berisi air yang sudah dicampur dengan pewarna tambahan. Direbus lalu diwarnai dengan variasi warna seperti hijau, merah atau kuning, atau biru kemudian dijemur," katanya.
Belum selesai, terakhir yaitu proses penganyaman yang biasanya dilakukan kelompok ibu-ibu, hal itu selain bisa lebih cepat biasanya dikerjakan sembari menonton televisi.
"Proses menganyam sering dilakukan sejak subuh hingga sore hari. Karena pembuatan tikar dan sajadah bermotif yang cukup rumit maka untuk satu buahnya bisa menghabiskan waktu satu hari.
Makanya harga jual menjadi lebih mahal," tandasnya.