KISAH Brigjen TNI Tatang Subarna, Demi Pangkat Bintang Jenderalnya Turun, Rela Tinggal di Gunung
Bagaimana kisah Brigadir Jenderal TNI, Tatang Subarna yang bisa menjadi inspirasi kita semua? berikut ulasannya.
Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Welly Hadinata
"Saya tidak menyangka, saya mendapat jabatan di staf personalia di Kodam XVII Cenderawasih, Jayapura, setelah satu tahun dua tahun nih enak ini," katanya.
"Kalau orang dinas ke Papua tidak bawa keluarga, kalau saya tidak karena saya bisa begini karena keluarga, kita semangat karena ada keluarga di samping saya, sehingga kemanapun saya berdinas, istri dan anak saya pikul semua," ujarnya.
"Kami waktu itu pembekalan Danyon, saya tak menyangka penempatan saya di Danyon 751 karena kami masih prajurit junior," katanya.
Sedikit informasi, Sertu Abidin, Personil Batalyon 751 menjelaskan tragedi di Kodam Cenderawasih, Jayapura.
"Tahun 2009, ada keributan dari kekecewaan anggota dari sosok pimpinan, kejadian anarkis dari anggota, ada yang menembak dan melempar batu, sehingga markas di batalyon 751 itu hancur, bisa di bilang 80% hancur, bahkan di ruang komandan pun rusak," ujarnya.
"Wah dak main-main ini, ini yang saya hadapi ini Batlyon yang belum jelas, baru selesai demo, banyak kerusakan yang dilakukan oleh anak buah, itu fisik ya belum non fisik, itu adalah Batlyon terjelek bukan yang adem ayem," kata Tatang Subarna.
"Kalau di peringkatkan Batalyon itu terbawah dari seluruh batalyon di TNI AD," ujarnya.
Setela masuk Tatang Subarna, Batalyon itu menjadi Batalyon terbaik.
Ada latihan tembak, ada outbond untuk para prajuritnya.
"Saya tidak menyangka saat tahun 2011, Batalyon 751 itu menjadi.. aduh merinding sayang bilangnya mas, Ya menjadi Batalyon terbaik saat itu," katanya.
Tidak butuh waktu lama Brigjen Tatang Subarna bergeser menjadi Dandim di Nabire.
"Saya menjadi Komandan Kodim 1705 Nabire, itu dipedalaman, 7 wilayah kabupaten, namun saya menjadi Dandim tidak sama seperti orang lain, saya kira setelah saya sudah Danyon saya bisa santai, sambil ngasih perintah, ternyata tidak saya masih pakai jaket anti peluru, helm, masih bawa senjata, karena saya mesti waspada," katanya.
"Allhamdulillah berjalan satu tahun dari dinamika dinamika, kemudian barulah ke mabes besar," katanya.
"Selesai dari Papua, saya menjabat asisten personil, kemudian saya bersyukur, memberikan karya saya membentuk kodam baru, Kodam Kasuari di Papua," katanya sambil tersenyum.
"Kemudian singkat cerita saya kembali, mabes pusat, itu juga anugerah tuhan yang diberikan kepada saya, kemudian saya ikut lebanas, begitu saya selesai Lebanas, saya menyendiri ke gunung, saya izin terlebih dahulu ke keluarga saya, mulai saat ini ayah akan berdoa, berikhtiar di gunung, 'Sampai kapan ayah' sampai jabatan ayah keluar, wah ini kan tidak tahu saya," ujarnya.