Wawancara Eksklusif
Siasat Once Mekel di tengah Pandemi, Buka Kedai Namun Tetap di Musik Hingga Tua: Panggilan Hidup
Teman-teman artis pendapatan dari digital berkurang, karena seorang artis itu manggung dampak positifnya terhadap lagu-lagu di digital.
PENYANYI Elfonde Mekel atau akrab disapa Once menyiasati aktivitas di tengah pandemi Covid-19, sebab menurutnya industri musik mengalami kerugian. Menurut Once banyak hal dilakukannya, dari berpartisipasi dalam kegiatan amal hingga menggeluti dunia usaha. Dalam wawancara bersama Manager Pemberitaan Tribun Network Rachmat Hidayat di Studio Once, kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan, Rabu (23/6), Once menceritakan sejumlah musisi yang memiliki tabungan mulai berwiraswasta. Berikut wawancara eksklusif Tribun Network bersama Once Mekel.
******
Bagaimana para musisi menyiasati di tengah pandemi Covid-19?
Sama seperti industri yang lain, industri musik Indonesia sangat terdampak oleh covid. Banyak teman-teman yang tiba-tiba kehilangan sumber pendapatan. Apalagi kita tidak pernah siap dengan keadaan pandemi.
Awal-awal pandemi orang berpikir ini hanya tiga bulan, empat bulan. Tapi kenyataannya sudah satu setengah tahun.
Dan bahkan akan lebih panjang. Banyak teman-teman saya jadi sulit. Terutama mereka yang main reguler di kafe-kafe. Itu banyak sekali yang terdampak. Karena tidak ada lagi kesempatan untuk mereka tampil. Namun teman-teman artis yang di panggung-panggung besar itu pun terdampak.
Paling tidak begini terdampaknya.
Teman-teman artis pendapatan dari digital berkurang. Karena seorang artis itu manggung dampak positifnya terhadap lagu-lagu di platform digital. Tapi tidak ada panggung, tidak ada reaction atau transaksi digital. Bedanya artis-artis yang punya tabungan masih bisa invest bikin usaha apa. Banyak artis yang buka usaha.
Saya sendiri akhirnya punya usaha. Saya sudah mulai dari sebelum covid, punya penghasilan di luar dari saya musisi atau penyanyi. Saya bersyukur memiliki sumber lain.Mungkin jadi pelajaran juga buat kita. Di Indonesia ini perlu kreativitas lebih untuk menjamin kehidupan pribadi maupun keluarga. Harus punya kemampuan berwiraswasta walaupun dimulai dari kecil.
Siapa tahu bisa berkembang. Ini jadi pelajaran untuk kita semua, bukan hanya artis, tapi sebagian besar masyarakat Indonesia. Harus lebih kreatif. Lebih baik mulai daripada tidak sama sekali.
Seperti apa masa depan dunia musik dari kacamata Anda?
Sulit diprediksi. Beberapa teman yang musisi reguler, masih ada kesempatan manggung di tempat tertentu. Padahal banyak peraturan protokol kesehatan yang diterapkan Pemda. Di satu pihak kok ini agak kontroversial, beberapa tempat masih saja membuat event yang cukup heboh.
Di lain pihak kita sebagai musisi, bersyukur teman-teman masih bisa kerja, bisa berpenghasilan. Kita masih belum tahu ke depan seperti apa. Sering berdiskusi sama teman-teman juga, ini bagaimana.
Apa yang harus kita lakukan, bagaimana kita menyiasati ini. Sudah banyak diskusi yang dilakukan oleh teman-teman musisi, artis, organisasi pemusik, pengarang lagu, kadang-kadang kita mengundang pejabat yang berkepentingan.
Yang punya kebijakan menyangkut harkat hidupnya musisi. Pernah mengundang Pak Dirjen Hak Cipta, Menteri Pariwisata Pak Sandi Uno. Banyak seperti itu dilakukan. Tapi yang masih kita tunggu langkah yang tegas dan koordinatif antara lembaga-lembaga pemerintah yang terkait soal profesi musik.
Ada banyak peraturan di masing-masing lembaga ini. Kadang-kadang itu tidak bisa dipegang. Kita pikir ada aturan dari Pariwisata sudah oke, wah kita bisa panggung, tapi dari sisi kepolisian, Pemda bagaimana. Wah panjang urusannya.
Kita masih tunggu koordinasi yang lebih baik dan tegas. Akhirnya kan show-show digital online berharap dapat sumbangan dari penonton. Tapi itu kadang-kadang menurun juga animo orang.
Karena energi orang yang menonton online kan beda. Dengan nonton langsung. Saya masih berharap dalam batas-batas tertentu, protokol ketat, kita masih bisa lihat penampilan itu dilakukan. Ya mungkin bisa dimulai jenis musik tertentu. Misalnya musik klasik, jazz, pop. Teman-teman yang di ranah musik, rock, metal, punk, mesti menunggu. Karena jenis penontonnya lebih agresif. Kecuali bisa dibuat kalem.
Apa yang bisa dimanfaatkan para musisi di tengah pandemi Covid-19?
Sekarang ini ya dalam masa pandemi ini, musisi yang masih baru mulai sebaiknya manfaatkan periode ini untuk memantapkan kemampuan. Misal dipakai latihan sebanyak mungkin, kreasi, untuk menghasilkan album bagus.
Begitu periode selesai, teman-teman musisi sudah lebih hebat. Jangan sama dong. Kita sebenarnya semua tiarap. Saya rasa masa periode Covid ini kita bisa lihat siapa yang akan menjadi musisi berdedikasi, survive, dan mana yang duluan menyerah.
Bagaimana Anda bisa terjun ke dunia kuliner?
Saya kan sebenarnya bukan pengusaha yang sudah hebat atau gimana. Beberapa waktu lalu saya coba buka usaha di bidang kuliner. Yang pertama saya buka bersama Ridho Slank di M Bloc Space.
Namanya Kedai Katong. Kami menjual makanan Manado dan menjual Kopi Ambon. Lalu saya buat lagi di BSD namanya Mayosi.
Mayosi itu konsepnya terbuka, pemandangan enak, karena di depan danau besar. Udaranya nyaman, sebetulnya itu dibuat setelah sudah periode Covid. Mengantisipasi orang-orang yang datang khawatir di dalam ruangan. Syukur-syukur dapat tanggapan positif.
Satu hal yang saya belajar di bisnis kuliner, sekalipun kita bisa bikin suasana enak dan desain, makanan tetap harus enak. Sebenarnya Mayosi Kafe itu segmentasinya keluarga. Family Restaurant. Harganya juga tidak terlalu mahal.
Jualnya makanan Indonesia, makanan Barat, tapi kita punya specialty makanan Manado. Mayosi itu dari nama ibu saya Mama Yosi. Dan Almarhumah Ibu saya itu jago banget masak waktu masih hidup. Menu itu dapat dari dia.
Memilih mana, eksis di dunia musik atau pengusaha kuliner?
Oh saya sih kalau masih bisa bertahan di dunia musik pasti saya tekuni. Sampai saya tua. Sampai saya tidak bisa manggung lagi. Karena saya pikir panggilan hidup saya di situ. Orang harus percaya dengan panggilan hidupnya.
Saya percaya panggilan hidup saya adalah menjadi penyanyi dan harus menekuni dunia musik. Dunia usaha lain, itu sekunder atau nomor dua buat saya. Meskipun saya percaya manusia itu diberi bakat itu katanya ya lima kemampuan utama.
Yang sebetulnya kita miliki. Tapi kadang-kadang kita hanya mengenal dua atau tiga saja. Sebenarnya kita punya sesuatu yang ajaib dalam diri kita lima. Ya kita kan harus tetap berusaha supaya selain yang kita kenal apa yang bisa dimanfaatkan dari kemampuan kita.
Kemampuan yang benar-benar natural, yang sudah diciptakan untuk kita. Dan kita manfaatkan. Mungkin saya sebagai penyanyi punya bakat, tapi mungkin saja saya punya kemampuan di bidang lain. Saya mencoba untuk mengenalnya. Itu karunia dari Maha Kuasa. Kalau kita manfaatkan kita sedang mengagungkan pencipta kita. (tribun network/denis destryawan)