Berita PALI

Babi Hutan Banyak Mati, Dinas Perikanan & Peternakan PALI Sebut Akibat Jika Tak Dibakar atau Dikubur

Dinas Perikanan dan Peternakan PALI meminta warga jika menemukan babi hutan yang mati untuk langsung dikubur sedalam 1,5 meter atau membakarnya

Penulis: Reigan Riangga | Editor: adi kurniawan
dokumentasi PORBI Muratara
Bangkai babi hutan yang ditemukan warga beberapa waktu yang lalu di Muratara. 

SRIPOKU.COM, PALI -- Terkait banyaknya temuan babi hutan mati di kebun milik warga sejak dua bulan terakhir, disikapi Pemerintah Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) melalui Dinas Perikanan dan Peternakan.

Plt. Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten PALI, Maryono menjelaskan bahwa hasil identifikasi petugasnya di lapangan menemukan bahwa penyebab babi hutan mati di kebun warga, karena diserang penyakit Asian Swine Faver (ASF) atau disebut demam babi. 

Kendati demikian, pihaknya juga telah menegaskan dalam surat himbauan ke warga bahwa penyakit demam babi tersebut tidak menular.

Surat edaran tertulis dengan nomor 319/SE/Perikanan/2021 tanggal 16 mei 2021 yang ditandatangani Pj Bupati Penukal Abab Lematang Ilir, Drs  Husman Gumanti, (Assisten II bidang Pembangunan) dengan isi himbauan apabila menemukan babi mati dimana saja agar segera ditanam sedalam 1,5 meter dan ditabur kapur di atas bangkai tersebut.

Baca juga: Setelah Ramai di Muratara, Kini Juga Ditemukan Banyak Babi Hutan Mati di Lahat, Warga Cemas

Baca juga: Banyak Babi Hutan Mati di Muratara, Pemkab Kirim Surat ke Balai Veteriner Lampung: Diduga Virus ASF

"Kita minta kepada warga agar jika menemukan babi hutan yang mati untuk langsung ditanam sedalam 1,5 meter atau membakarnya hingga hangus." Ungkap Maryono, Selasa (1/6/2021).

Ia menegaskan untuk tidak membuang bangkai babi ke Sungai, karena bisa mencemari sungai dan membuat ekosistem sungai terganggu. 

Dijelaskan, apabila selesai penanaman atau pembakaran bangkai babi segera melapor ke Kepala Desa setempat untuk didata. 

"Penyakit deman babi ini tidak menular ke manusia atau hewan lainya, hanya saja apabila bangkai babi tidak ditanam hingga membusuk akan mengeluarkan bau tidak sedap dan bukan tidak mungkin mengundang bentuk virus penyakit lainya," katanya. 

Terkait banyaknya kematian babi diperkuat pernyataan Arivai Kades Tanding Marga Kecamatan penukal Utara.

 Ia menerangkan bahwa sudah banyak warganya yang melapor atas beberapa Babi ditemukan mati mendadak di lahan kebun petani karet.

"Atas surat himbauan Pemda PALI yang disampaikan Camat Penukal utara ke pihak Desa akan disosilisasikan ke masyarakat sehingga kekhawatiran akan penularan penyakit ini akan segera dipahami oleh setiap warga," katanya.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved