Mengenal Tradisi Niduke Tujuh Jando di Rumah Baru yang Dulu Sering Dilakukan Masyarakat Palembang
"Kenapa harus janda? Janda-janda ini tentunya banyak pengalaman hidup. Kalau bilang janda kebanyakan berpikir lain. Padahal itukan takdir,"
Nantinya janda tersebut akan bercerita, misal rumahnya dingin, dan nyaman. Atau bahkan kalau memang dirasa ada penunggunya, juga akan disampaikan.
Sehingga yang punya rumah bisa mengambil tindakan, misal diadakan yasinan dan lain-lain.
Lalu pada hari ke tujuh diadakan hajatan dari tuan rumah seperti yasinan, sedekah, doa dan lain-lain. Setelah itu besoknya baru ditunggu tuan rumah.
"Kalau uda selesai sebagai ucapan terimakasih atau penghargaan, para janda diberi pakaian atau yang lainnya sesuai kemampuan tuan rumahnya," kata Vebri.
• Siswi SMP Pemeran Video Syur Akui Ketagihan Seks, Sepekan Berhubungan dengan 5 Pria, KPAID: Miris
Menurut Vebri, tradisi Niduke Tujuh Jando di Rumah Baru ini masih ada yang melakukan tradisi ini, seperti di daerah Tangga Buntung, atau Seberang Ulu. Namun memang sudah tidak terdengar lagi.
Seperti Kemas Haji Masud Khan yang merupakan tokoh adat di Palembang. Dia masih menggunakan tradisi Niduke Tujuh Jando di Rumah Baru pada tahun 1970 an.
Rumah yang ia tunggunya ini dilakukan tradisi itu. Alhamdulillah rumah itu rezekinya cukup, tidak ada bentrokan. Proses itu mendatangkan kebaikan, tentunya atas ijin Allah.
Adat istiadat itu diyakini proses supaya berkah.
"Selama ini juga belum diangkat tentang tradisi Niduke Tujuh Jando di Rumah Baru, sehingga orang juga banyak nggak tahu. Maka kami ingin menginformasikan bahwa ini tradisi yang unik dan langkah," katanya.
• Boyong Alumni PSIS Semarang & Persija, Muba Babel United Hampir Rampungkan Bursa Transfer
Menurut Vebri, memang masih butuh kajian, kalau masih relevan ya bagus dilakukan sebagai bentuh identitas warga Palembang.
Penulis: Linda