Berita Religi

Benarkah Tahlilan 3, 7, 40, 100 Hari Orang Meninggal Disebut Bid'ah? Begini Hukumnya Kata Buya Yahya

Pada sebagian masyarakat Indonesia ada yang menggelar tahlilan selama 3, 7, 40 hingga 100 hari orang yang meninggal, apa hukumnya?

Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
YouTube Al-Bahjah TV
Buya Yahya 

"Urusan tahlil dalam bahasa fiqih adalah ihdauh sawab artinya menghadiahkan pahala dengan membaca quran, dzikir, kemudian kita hadiahkan pahalanya untuk orang meninggal dunia," terang Buya Yahya.

"Ini perbedaan ulama dalam hal ini, kebanyakan mengatakan nyampe, dinukil dari Imam Syafi'i tidak nyampe, tapi dijelaskan oleh muridnya tidak nyampe kalo tidak dialamatkan," tambahnya.

Buya Yahya pun menerangkan kesimpulannya akan menjadi sepakat bahwasanya menghadiahkan pahala bukan sesuatu yang batil.

Hanya permasalahan sampai atau tidak sampai.

Dan jangan lupa subscribe, like dan share channel Tiktok Sriwijayapost di bawah ini:

Bukan bid'ah atau tidak bid'ah.

"Jadi tahlilan itu yang menghadiahkan pahala, perbedaan ulama bukan bid'ah atau tidak bid'ah, tetapi nyampe atau tidak nyampe," tutur Buya Yahya.

"Tapi di lapangan menjadi bid'ah dan tidak bid'ah.

Ini adalah permasalahan yang bahaya sekali, bukan bid'ah dikatakan bid'ah," imbuhnya.

Maka Buya Yahya pun menerangkan cara menggelar tahlilan dengan bebas.

"Adapun caranya bebas, orang bisa membuat cara masing-masing, selama ini membaca Al-Ikhlas, An-Nas, Al-Fatihah, Al-Baqarah, Ayat Kursi dihadiahkan untuk orang yang meninggal dunia sah, kalau anda ingin satu Quran khatam boleh," jelas Buya Yahya.

"Intinya amal baik, lalu kita hadiahkan kepada orang yang meninggal dunia, harinya pun bebas, tidak ada harinya menyerupai agama lain, hari kita juga," sambungnya.

Baca juga: Bolehkah Mandi Telanjang Alias tidak Memakai Pakaian? Begini Hukum dan Adab Mandi Dalam Islam

Kemudian bagaimana jika ada kesamaan dengan agama lain terkait harinya?

"Tidak semua kesamaan itu meniru kok, dalam hitungan hari-hari kita ada maknanya kok, kalau masalah hari tidak serta merta kita meniru orang hindu, bisa saja itu masalah adat dan kebiasaan," tutur Buya yahya.

Serta Jangan lupa Like fanspage Facebook Sriwijaya Post di bawah ini:

Halaman
123
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved