Pencegahan Covid 19

PCR Test Tetap Dapat Deteksi Meski Virus Corona Bermutasi, Janga Sepele dan Khawatir Berlebihan

Hasil penelitian ditemukan indikasi penurunan sensitivitas tes PCR (polymerase chain reaction) terhadap virus mutasi Covid-19.

Editor: Sutrisman Dinah
KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO
Ilustrasi: Vaksin Covid-19 tahap kedua digelar untuk lanjut usia. 

SRIPOKKU.COM --- Hasil penelitian ditemukan indikasi penurunan sensitivitas tes PCR atai polymerase chain reaction) terhadap virus mutasi Covid-19. Namun,  tes swab PCR dianggap tetap mampu mendeteksi Covid-19 yang bemrutasi.

Kemunculan mutasi virus covid-19 N439K dan B117 -UK menimbulkan kekhawatiran pada pelaksanaan tes PCR, menyusul laporan penelitian global bahwa mutasi virus corona baru ini.

PCR ditetapkan sebagai gold standard pendeteksi Covid-19, karena memiliki sensitivitas yang tinggi.

"Karena perubahan di dalam gennya, maka dikhawatirkan diagnosis molekulernya atau PCR itu juga terganggu. Jadi akan menurun sensitivitasnya ini yang kita khawatirkan," kata Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Amin Subandrio, di Jakarta, Jumat (12/03/2021).

Baca juga: Partai Demokrat Terancam Sanksi Laranan Kerumunan, Kata Satgas Covid-19

Baca juga: Jangan Sepele! Corona N439K Kebal Vaksin, Mutasi Baru Covid-19 Sudah Masuk Indonesia

Hal itu disampaikan dalam diskusi virtual bertajuk "Pemantauan Genomik Varian Baru SARS-Cov2 di Indonesia".

Amin menilai, Indonesia belum perlu mengubah PCR. Alat deteksi PCR itu, masih efektif mengidentifikasi virus corona.

"Saat ini belum (perlu). Dikhawatirkan ada penurunan (sensitivitas iya), tapi penurunanya belum signifikan sehingga belum dianggap perlu untuk mengganti PCR," kata Amin Subandrio.

Amin mengatakan, mutasi virus merupakan hal alamiah dari virus.

Virus akan mengalami mutasi secara acak. Dari sekian banyak mutasi, hanya 4 persen yang menyebabkan virus itu menjadi lebih berbahaya.

Baca juga: Dampak Positif Vaksinasi Covid-19 Belum Terlihat, Berjalan Dua Bulan, Positif Rate Masih Tinggi

Seperti mutasi Covid-19 B117K yang ditemukan di Inggris, memiliki penularan 70 persen lebih cepat atau mutasi virus corona dari Afrika yang yang dilaporkan kebal dengan antibodi.

Amin Soebandrio mendorong pemerintah untuk mempercepat proses vaksinasi Covid-19 di masyarakat.

Agar terjadi kekebalan massal di masyarakat terhadap virus tersebut. Prof Amin mengatakan, percepatan vaksinasi itu, bukan tanpa alasan.

Sebab ada kekhawatir akan mulai bermunculan varian baru Corona seperti B117.

"Nah, terkait munculnya mutasi-mutasi ini, maka di seluruh dunia juga ada rekomendasi sedapat mungkin vaksinasi diselesaikan lebih cepat sebelum virusnya banyak bermutasi," kata Prof  Amin.

Prof Amin meminta masyarakat untuk tak lagi menolak vaksinasi. Terlebih, vaksin yang digunakan telah melewati uji klinik, izin BPOM keamanan dan khasiat sudah memenuhi standar.

"Sekaligus kita mendorong encourage mereka-mereka yang sudah punya kesempatan untuk divaksinasi jangan ditunda lagi, enggak usah nolak lagi," tegasnya.

Vaksin AstraZeneca

Di bagian lain, sejumlah negara di Eropa menunda penggunaan vaksin AstraZeneca.

Penundaan ini dilakukan, setelah adanya laporan kasus pembekuan darah setelah penyuntikan vaksin asal perusahaan farmasi Inggris ini.

Sementara Indonesia, Kementerian Kesehatan belum berencana melakukan penangguhan tersebut.

Juru bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi menegaskan, BPOM merupakan badan yang berkompeten dan independen, yang dipercayai sepenuhnya untuk izin darurat penggunaan vaksin.

Sampai saat ini, Badan POM belum memberikan perubahan atas penggunaan darurat dari vaksin AstraZeneca. "Jadi kita tentunya akan tetap menggunakan vaksin ini," ungkap Nadia dalam diskusi virtual bertaju "Pemantauan Genomik Varian Baru SARS-Cov2 di Indonesia".

Jika ada perubahan dari peruntukan atau indikasi, menurut Nadia, pelaksanaan vaksinasi akan diubah. Sehingga masyarakat diharapkan menunggu kebijakan BPOM terkait penggunaan vaksin AstraZeneca ini.

"Kita melihat bahwa kita ingin menyampaikan bahwa kalau sudah ada penggunaan izin darurat, ini artinya aspek keamanan penggunaan vaksin sudah dikaji dan sudah mendapatkan masukan baik itu dari ITAGI, juga para ahli dokter spesialis yang memang merupakan di bekerja atau berkecimpung di bidang tersebut," katanya.

Sebanyak 1.113.600 dosis vaksin yang didapat Indonesia melalui jalur multilateral Global Alliance for Vaccine and Immunization (GAVI)/COVAX, akan digunakan untuk vaksinasi tahap kedua yakni untuk kategori lanjut usia dan petugas pelayanan publik. ****

Penulis: Tribun Network/rin/wly)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved