Angkutan Batubara Resahkan Warga Darmo, Bikin Macet, Kotor dan Bahayakan Pengguna Jalan

Angkutan batubara yang mengotori jalan negara Tanjung Enim - Simpang Meo terlihat setiap hari

Penulis: Ardani Zuhri | Editor: Azwir Ahmad
sripoku.com/ardani
Ceceran Batubara : Warga Desa Darmo, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, keluhkan aktivitas operasional angkutan batubara karena sering membuat macet jalan, debu dan mengotori jalan sehingga sangat berbahaya terutama bagi kendaraan roda dua di Jalan Lintas Sumatera, Desa Darmo, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Minggu (21/2/2021). 

SRIPOKU.COM, MUARA ENIM - Warga Desa Darmo, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, keluhkan aktivitas operasional angkutan batubara.

Pasalnya selain sering membuat macet jalan, juga berdampak debu dan sering mengotori jalan sehingga sangat berbahaya terutama bagi kendaraan roda dua di Jalan Lintas Sumatera, Desa Darmo, Kecamatan Lawang Kidul, Kabupaten Muara Enim, Minggu (21/2/2021).

Dari informasi yang dihimpun, bahwa angkutan batubara yang mengotori jalan negara Tanjung Enim - Simpang Meo terlihat setiap hari. Ceceran batubara membuat jalan kotor menjadi hitam dan becek jika terkena hujan sehingga cukup membahayakan bagi pengguna jalan terutama roda dua.

Menurut Sulbahri warga Desa Darmo, bahwa pihaknya sudah berkali-kali mengingatkan kepada perusahaan tambang batubara terutama PT MME, sebab akibat aktifitas operasionalnya telah menyebabkan jalan kotor dan becek karena batubara bercampur tanah.

Bahkan kadang-kadang sering membuat kemacetan akibat bertumpuknya angkutan batubara di pintu masuk PT MME. Bahkan banyak kendaraan sudah celaka akibat ceceran kotoran batubara tersebut.
"Keberadaan batubara di Darmo, kami hanya kebagian hisap debu, jalan kotor dan macet. Banyak negatifnya daripada positifnya," tegasnya.

Masih dikatakan Sulbahri, bahwa dirinya secara pribadi telah tiga kali menyurati PT MME, namun kata manajemennya bahwa aspirasi dan keluhan warga akan disampikan ke pimpinan mereka sebab mereka di Darmo hanya sebagai pekerja.

Namun sampai sekarang belum ada tindaklanjutnya, kalau alasan jauh, Covid 19 atau sebagainya rasanya tidak masuk diakal karena zaman sekarang berkomunikasi bisa menggunakan telepon atau virtual zoom. Karena semakin lama ditindaklanjutinnya maka semakin lama masyarakat kami menderita.

Pihaknya sudah melaporkannya ke DPRD Sumsel dan Muara Enim mudah-mudahan cepat ditindaklanjuti.
"Saya akan tanyakan kembali perihal permintaan kami, jika masih tidak ada tindaklanjutnya mungkin kami akan menggelar demo," tegasnya.

Sementara itu ketika dikonfirmasi ke Humas PT MME Bayu Artaji, membenarkan jika ada surat dari warga yang intinya mengeluhkan dampak aktifitas angkutan batubara tersebut. Dan pihaknya sangat bertermakasih atas koreksinya dan akan tindaklanjuti ke manajemen.

Dan pihaknya tidak memungkiri adanya efek positif maupun negatif dari suatu kegiatan ekonomi terutama tambang batubara seperti adanya debu yang disebabkan kendaraan batubara yang melewati jalanan.

Pihaknya telah melakukan upaya pembersihan dengan memberdayakan putra-putra Darmo sendiri menyiram dengan air sampai sejauh batas desa Keban Agung dan Karang Asem. Begitupun untuk penerpalan dilakukan oleh putra2-putra Desa Darmo.

Selain itu, melakukan pengaturan traffic di jalan serta pengaturan parkir juga sudah dikerjakan oleh mereka supaya tidak menimbulkan kemacetan.
"Ban mobil kalau disiram didalam tambang malah menyebabkan debu batubara makin lengket," jelasnya.

Selain itu, sambung Bayu, awalnya pihaknya melakukan pembersihan ban dan bak, namun karena masih mengotori jalan pihaknya merubah polanya dengan melakukan pembersihan jalan saja.(ari)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved