Telusuri Objek Wisata Kompleks Pemakaman Sabokingking Saksi Bisu Berkuasanya 3 Kerajaan di Palembang
Kompleks pemakaman Sabokingking ini banyak dikunjungi peziarah baik dari Sumsel, Jawa maupun negara tetangga seperti Malaysia.
Penulis: maya citra rosa | Editor: Refly Permana
Pada teras pertama, terdapat makam panglima bernama Ki Mas Agus Bodrowongso atau Ki Aburrahman, terletak di bagian paling bawah sebelah barat bangunan.
Lokasi makam nampak lebih rendah dibandingkan dengan makam pada teras kedua dan ketiga.
• Gempa 5,2 Magnitudo Guncang Toli-Toli Sulawesi Tengah, Ini Imbauan Dari BMKG
Masuk ke teras kedua, terdapat empat makam yang juga bagian dari tokoh Kerajaan Palembang. Posisi makam nampak lebih tinggi sedikit dari teras pertama.
Sedangkan di teras ketiga, merupakan teras tertinggi yang didalamnya terdapt makam tokoh-tokoh penting, berjumlah 21 susunan dengan penempatan barat ke timur, menghadap arah utara selatan.
Tokoh tersebut ialah Pangeran Sido Ing Kenayan, yang posisinya terletak diapit oleh makam Ratu Sinuhun dan Habib Muhammad Nuh atau Moh Omar Al Bashir.
Makam ketiga tokoh tersebut terdapat cungkup dengan jirat dan nisan yang bermotif, dilengkapi hiasan ukiran. Juga terdapat sejumlah makam kerabat tokoh lainnya, seperti anak, saudara, dayang ratu dan lain sebagainya.
Penjaga makam akan mengarahkan peziarah untuk membacakan surah al-fatihah dan berdoa, namun dengan niat mendoakan orang yang telah meninggal, bukan meminta hal-hal yang bertentangan dalam Islam.
• Sedang Berlangsung Sinetron Ikatan Cinta, Berikut Bocoran Ceritanya, Bisa Ditonton di Link Ini
Menurut Kemas, sebenarnya komplek makam ini sangat luar biasa untuk dapat dikembangkan menjadi objek wisata religi.
Dulunya pernah akan dikembangkan, dengan adanya wisata air, namun tidak berkembang karena struktur sungai yang mulai dangkal.
“Dulunya telaga atau sungai Rengas mengalir hingga ke Sungai Musi, berdampingan dengan Keraton Kuto Gawang,” ujarnya.
Penggagas Komunitas SCB, Robby Sunata mengatakan wisata religi ini bertujuan untuk mengenalkan dan belajar sejarah Kota Palembang baik bagi kalangan muda atau orang dewasa.
"Kita SCB ini ada dua kelas yaitu kelas jalan dan kelas duduk. Kelas jalan seperti ini memperkenalkan bagunan cagar budaya yang ada di Palembang, jadi benar-benar diajak datang ke tempat bukan hanya ngebayangin aja,” ujarnya.
Sehingga tidak hanya jalan-jalan saja, diharapkan generasi milenial dapat belajar langsung bersama sejarawan yang mengerti mengenai sejarahnya.
“Kita harapkan kegiatan wisata dan belajar sejarah seperti ini dapat terus dilakukan, nantinya akan banyak anggota yang ikut dalam kegiatan wisata lainnya,” ujarnya.