Cerita Serial Mawar Mewangi (12) : Bertatap Pandang

Tiba-tiba Taisek menghentikan sepeda motornya.. "Kenapa berhenti Bro?" Tanya Tauco keheranan"Coba kamu lihat di depan!" Santi berdiri di samping mobil

Editor: aminuddin
Istimewa
ilustrasi 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - CEPAT Bro ...!" Teriak Tauco.

Keduanya melompat dari sela meja belakang warung, kemudian berlari sangat cepat ke depan sebuah lorong.

Mereka memaksa berhenti sebuah sepeda motor.

Taisek mendorong pengemudi hingga jatuh tersungkur ke aspal jalan.

"Lompat Bro!"

Reeeen ...

Sepeda motor pun melaju sangat kencang.

Tampak Taisek lega.

Dia sangat senang.

Karena merasa tidak akan bisa terkejar lagi oleh Rahman dan Santi.

"Biar mereka pusing sendiri," ucap Taisek.

Men zig-zug laju motor sambil tertawa lebar.

"Hebat kamu Bro," kata Tauco.

Ikut juga tertawa.

Syuuuittt ...

Tiba-tiba Taisek menghentikan sepeda motornya ...

"Kenapa berhenti Bro?" Tanya Tauco keheranan.

"Coba kamu lihat di depan!"

Santi berdiri di samping mobil sambil memegang sebuah pistol.

Taisek gugup ...

"Belok kanan Bro."

Karena gugup, saat sepeda motor belok kanan, terbaliklah motor.

Taisek dan Tauco terjatuh.

Berusaha bangun dan mencoba kabur.

"Jangan bergerak!" Santi membidikkan pistolnya.

Sementara Rahman mendekat ke posisi Tauco yang kesakitan di kakinya.

Dooor ...

Santi terpaksa melepaskan tembakan ke kaki sebelah kiri setelah Taisek hendak berlari.

Karena tak juga mau menyerah, masih nekat kabur dengan kaki terpincang, Santi menembak kali kedua ke kaki kanan pelaku.

Taisek jatuh tersungkur.

"Ampun Mbak. Ampun ...!" Kata Tauco.

Dia membungkukkan badannya memohon tidak ditembak lagi.

"Cepat ikut saya ke mobil," bentak Rahman.

Santi jengkel bercampur marah.

Dia menendang beberapa kali tangan dan kaki Tauco.

Dia borgol dan tarik paksa masuk ke dalam mobil.

Keduanya mengaku disuruh Bos Siao Lung untuk menghabisi Santi.

Sebelumnya mereka mengaku telah membunuh Letnan Komar.

Pengakuan Taisek dan Tauco ini mengagetkan Santi.

Belum sampai selesai dua tawanannya ini bicara, dia pukul meja rapat sekeras-kerasnya.

Dia tendang juga kursi sampai membentur dinding ruangan.

Bruuug ...

Praaak ...

Tangan kanan Santi sempat mengenai punggung Taisek dan Tauco.

Rahman berhasil menenangkannya.

Interogasi akhirnya diambil alih Letnan Sayuti.

Sedangkan Rahman mengajak Santi ke sebuah ruangan khusus yang sering mereka gunakan untuk membahas kasus-kasus tertentu.

Santi masih belum puas dan lega sebelum menghajar sampai babak belur Taisek dan Tauco.

Dia berulangkali memukul dinding ruangan berhawa sejuk itu.

Sebelum kemudian menangis di pelukan Rahman.

"Sabar ya San.

Saya janji sama kamu akan mengungkap kasus ini sampai ke akar-akarnya," kata Rahman.

Santi mendengarnya, tapi tidak berkata sepatah katapun sampai pintu dibuka, Letnan Sayuti tertawa lebar.

"Santi ... Rahman.

Ini saya bawakan untuk kalian berdua.

Roti bakar besar.

Ayo ambil.

Sikat dan habiskan."

Santi menyeka air matanya.

"Sudah.

Jangan cengeng ah.

Makan roti ini.

Airnya ambil sendiri ya di depan sana."

"Siap Letnan .."

Pintu dututup, lalu dibuka lagi.

"Ayo keluar ..."

"Siap Letnan."

Letnan Sayuti mengatakan dengan tertangkapnya Taici dan Tauco, misi mengungkap penyebab tewasnya Letnan Komar dan Aulia sudah separo jalan.

"Kita harus bergerak cepat.

Saya akan turun langsung menemani kalian berdua.

Itu kalau kalian tidak berkeberatan."

Rahman dan Santi saling menoleh, bertatap pandang ..

Cerita Serial Mawar Mewangi (12)

Bertatap Pandang ..

Oleh WAK AMIN

Sumber:
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved