Syair Doa Abu Nawas – Al I'tiraf (Sebuah Pengakuan), Lengkap dengan Terjemahannya

Abu Nawas adalah salah satu dari beberapa orang yang kepadanya penemuan bentuk sastra mu'ammā.

Penulis: Rizka Pratiwi Utami | Editor: Sudarwan
id.pinterest.com
Syair Abu Nawas I'tiraf (sebuah pengakuan) 

SRIPOKU.COM - Sosok besar Abu Nawas pasti sudah tidak asing lagi di telinga sebagian masyarakat.

Abu Nawas atau dikenal sebagai Abu-Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami (756-814), atau Abū-Nuwās (Bahasa Arab:ابونواس), adalah seorang pujangga Arab.

Dia dilahirkan di kota Ahvaz di negeri Persia, dengan darah Arab dan Persia mengalir di tubuhnya.

Abu Nawas dianggap sebagai salah satu penyair terbesar sastra Arab klasik ia digambarkan sosok yang bijaksana sekaligus kocak.

Abu Nawas juga muncul beberapa kali dalam kisah Seribu Satu Malam.

Dalam salah satu cerita ia pernah berpura pura gila karena tidak ingin menjadi kadi setelah mendengar wasiat ayahnya dengan menaiki batang pisang seperti kuda kudaan.

Ia juga sering ditantang oleh raja Harun Ar-Rasyid maupun oleh teman temannya dengan hal yang aneh, berisiko dan bahkan tidak mungkin terjadi seperti memindahkan istana raja ke bukit, memantati raja dan lain lain.

Abu Nawas dianggap sebagai salah satu sastrawan yang terbesar dalam literatur Arab klasik.

Di antara puisi-puisinya yang paling terkenal adalah beberapa yang mengejek tema konvensional, yaitu nostalgia untuk kehidupan orang-orang Badui, dan dengan antusias memuji kehidupan yang diperbarui di Baghdad sebagai perbedaan yang kontras.

Abu Nawas adalah salah satu dari beberapa orang yang kepadanya penemuan bentuk sastra mu'ammā.

Puisi-puisinya sempurna secara tata bahasa, dan didasarkan pada tradisi Arab.

Sosok Abu Nawas terkenal dengan kepengarangan tardiyyah (puisi mengambil adegan berburu sebagai subjeknya), yang dengan itu, dia mencapai peringkat genre dalam dirinya sendiri.

Tema perburuan sudah ditemukan di puisi pra-Islam dan di Mu'allaqa Imrou'l Qays, yang mengabdikan tujuh ayat untuk deskripsi perburuan rusa.

Tema dari puisi tersebut umumnya adalah tentang kehidupan kota.

Tema utamanya adalah cinta, anggur, anak laki-laki dan perburuan, kebebasan, tetapi juga kecemasan akan kematian dan penuaan.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved