Berita Palembang
Modal Instagram, Puput Bantu Persalinan Wanita 18 Tahun di Palembang Lahirkan Anak Ketiga di Becak
Anak ketiga warga Kelurahan 7 Ulu, Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) ini lahir di dalam becak, saat sedang menuju ke klinik.
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -
Dinda baru tiga hari melahirkan anak ketiganya, Senin (25/1/2021).
Anak ketiga warga Kelurahan 7 Ulu, Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) ini lahir di dalam becak, saat sedang menuju ke klinik.
Namun belum tiba di klinik bayi keburu lahir.
Dengan bantuan salah seorang keluarganya bayi itu berhasil diselamatkan.
Dengan kondisi tali pusar belum terpotong, mereka bergegas ke klinik.
Namun keberuntungan masih menyelimuti Dinda, anak ketiganya lahir dalam kondisi sehat.
Dinda melahirkan anak ketiga dalam usia masih 18 tahun.
Dinda diketahui menikah sejak usia 13 tahun.
Perempuan yang tak menamatkan bangku sekolah dasar ini memilih menikah muda.
Dinda pun berbagi pengalaman memutuskan menikah diusia muda.
Usianya baru menginjak 18 tahun, tapi ibu muda ini sudah memiliki tiga orang anak.
Anak ketiga baru saja lahir pada Senin (25/1/2021) lalu.
Dinda, tidak mengetahui bahwa pernikahan diusia mudah tentu banyak risiko yang harus dihadapi.
Selain psikologi yang belum matang, juga disinyalir menjadi pemicu terjadinya anak-anak yang kurang gizi (stunting).
Saat hamil anak ketiga kondisi Dinda yang paling memprihatinkan, bagaiman tidak dengan tubuh mungilnya dan usia kandungan 7 bulan membuatnya harus hati-hati dalam melangkah.
"Saat hamil 7 bulan, anak ketiga, saya merasa sering sakit-sakitan, terutama pada bagian perut," kata Dinda sambil mengelus-elus rambut Lili yang merupakan anak pertamanya, ditemui di kediamannya beberapa waktu lalu.
Dinda menceritakan, bahwa anak pertamanya sudah berusia 3 tahunan dan usia anak keduanya kisaran satu setengah tahun.
Anak pertamanya kata dia, tinggal bersama dirinya dan suaminya.
edangkan anak keduanya diasuh oleh keluarganya.
Dinda tinggal di rumah panggung dengan kondisi yang cukup memprihatinkan.
Bagaimana tidak di rumahnya tersebut tidak ada kompor, maupun gas untuk memasak.
Bahkan kursi tempat dudukpun tidak ada.
Di rumah panggung tersebut hanya ada tempat tidur dan dua lemari.
"Suami saya bekerja sebagai buruh dengan penghasilan tidak menentu. Sedangkan saya tidak bekerja," kata Dinda
Dinda sangat minim pengetahuan, sebab ia tak menyelesaikan sekolah dasarnya.
Bahkan ia tidak bisa membaca.
Untuk itu ketika ditanya apakah tahu risiko menikah diusia muda, ia pun mengatakan tak mengetahui.
Bahkan awalnya sebelum diberikan edukasi dari Puskesmas 7 Ulu, ia tak mengetahui bahwa hamil diusia muda berisiko anaknya stunting.
"Saya tidak suka ke Puskesmas. Untuk itu saat hamil saya tidak ke Puskesmas. Selama hamil anak ketiga ini saya baru sekali ke Puskesmas, kata dokternya sih tidak ada masalah dengan kandungan saya," katanya.
Tak hanya Dinda yang tak suka ke Puskesmas untuk periksa kehamilan.
Lili anaknya Dinda pun tidak ia bawa ke Puskesmas untuk imunisasi maupun pemeriksa rutin tumbuh kembang.
"Anak saya kalau dibawa ke Puskesmas takut, makanya saya tidak bawa ke Puskesmas. Jadi saya tidak tahu diusianya yang sudah tiga tahun ini berapa tinggi dan berat badannya," cetusnya.
Kini ia resmi menyandang status ibu muda dengan tiga anak.
"Saya lahiran anak ke tiga ini diatas becak," kata Dinda saat dibincangi Tribun Sumsel di rumahnya yang ada di 7 Ulu, Rabu (27/1/2021).
Lebih lanjut ia menceritakan, bahwa ketika sedang mencuci perutnya terasa sakit.
Untuk itu ia meminta bantuan keluarganya untuk dibawa ke bidan.
Sebelum membawa Dinda ke bidan Puput salah seorang keluarganya berkoordinasi terlebih dahulu dengan RT setempat.
"Kondisi Dinda ini sudah keluar darah dan terlihat mau segera melahirkan. Maka saya Koordinasi dengan buk RT dan dikordinasikan ke Kader Posyandu yaitu Neliyani," katanya.
Puput menceritakan, setelah didiskusikan bersama akhirnya diputuskan dibawa ke Klinik dr Vita Altamira.
"Untuk menuju ke klinik tersebut saya panggil becak dulu. Setelah dapat becak saya dan Dinda menuju ke Klinik dr Vita. Namun diperjalan ternyata kepala bayinya sudah keluar," ceritanya.
Lebih lanjut ia menceritakan, karena kepala bayi sudah keluar maka ia merasa deg-degan, ada rasa takut apalagi lagi hujan.
"Tapi melihat kepala bayi itu sudah diujung saya beranikan diri saja untuk membantu proses lahiran Dinda di atas becak.
Posisinya Dinda di atas becak saya di bawah. Alhamdulillah anaknya bisa lahir selamat di atas becak," ungkapnya.
Masih kata Puput, setelah anaknya Dinda lahir ia pun mintak bantuan para tetangga sekitar, ia mintak selimut untuk bayi, sebab posisi hujan dan bayinya kedinginan.
"Setelah lahir kami lanjutkan ke klinik. Dalam kondisi tali pusat bayi belum dipotong.
Sesampainya di klinik disambut para bidan yang ada di klinik tersebut," katanya.
Kemudian tali pusat dipotong, darah dan lainnya dibersihkan.
Lalu kondisi kesehatan ibu dan anak diperiksa. Alhamdulillah semua baik-baik saja.
"Hasilnya bagus, anak sehat dan Dindanya pun tak perlu dijahit. Abis laharian diperiksa dan sehat-sehat semua malamnya pulang. Bayinya juga anteng nggak rewel," katanya.
Puput pun menambahkan, bahwa ini pertama kalinya ia membantu proses kelahiran.
Namun meskipun begitu sedikit banyaknya ia tahu karena suka melihat dari instagram.
"Sebelumnya saya juga sempat lihat-lihat diinstagram gimana proses melahirkan. Saya juga sudah punya anak, sedikit banyak ada tahu," katanya.
Sementara itu Neliyani menambahkan, bahwa tadinya disarankan untuk ke RS Bari.
Namun melihat kondisi yang tidak memungkinkan untuk dibawa ke rumah sakit maka lebih baik ke klinik terdekat.
"Memang Dinda ini jatuhnya pasien umum, apalagi kondisi keuangan tidak mencukupi.
Namun kami memikirkan kondisinya dan anaknya, jadi kami berpikir mintak bantuan Rotary Club Palembang. Alhamdulillah dari Rotary sudah memberikan bantuan untuk biaya persalinan," katanya.(Linda/TS)