Pelaku Bom Bali 2002 Kini Bebas, Australia Berat Hati Terima Keputusan Indonesia, Dunia tak Adil
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison mengatakan ini menjadi kesedihan bagi warga Australia yang keluarga dan temannya tewas
Mereka juga dituduh menjadi dalang dalam serangan Hotel JW Marriot di Jakarta pada 2003 yang menewaskan 12 orang.
Reaksi warga Australia yang jadi korban Bom Bali 2002
Di Australia, beberapa keluarga yang anggotanya meninggal saat peristiwa Bom Bali 2002 menyampaikan kekhawatiran dengan pembebasan Ba'asyir.
alah satunya adalah Sandra Thompson, yang kehilangan putranya Clint yang tewas dalam ledakan bom tersebut.
Baca juga: Gara-gara Tukar Sandal, Seorang Remaja di Palembang Dikeroyok Kenalan, Kakak Lapor Polisi
Sandra mengatakan Ba'asyir adalah salah orang yang harus bertanggung jawab atas ledakan di kawasan Kuta yang terjadi 18 tahun lalu.
"Orang ini membunuh 202 orang dan sejumlah itulah hukuman seumur hidup yang harus dijalaninya," kata Sandra kepada ABC dari rumahnya di New South Wales.
Clint ketika itu sedang berada di Sari Club untuk merayakan masa berakhirnya kompetisi rugby bersama timnya Coogee Dolphins.
Sandra mengatakan meski peristiwa ledakan bom Bali sudah terjadi 18 tahun yang lalu, Ba'asyir masih tetap berbahaya.
"Dia akan kembali mengajarkan apa yang diajarkannya sebelumnya," kata Sandra.
"Dia tidak pernah mengatakan menyesal, dia tidak pernah meminta maaf. Dia masih berpikir dia melakukan hal yang benar."
Warga Australia lainnya adalah Jan Laczynski yang kehilangan lima rekannya dalam peristiwa Bom Bali.
Jan khawatir Ba'asyir akan kembali berdakwah dan menyebarkan kebencian lagi setelah dia dibebaskan.
Baca juga: Bawa 53 Penumpang 5 Anak-Anak dan 1 Bayi, Berikut Daftarnya, Penjelasan Maskapai dan Kemenhub
"Saya khawatir ini akan menjadi awal dari tindak terorisme di masa depan yang akan terjadi lagi, mengingat kekejaman yang dilakukannya di masa lalu," katanya kepada ABC.
Jan mengatakan mayoritas warga Indonesia adalah orang yang baik namun khawatir ada "satu persen" orang yang akan terpengaruh dengan ajaran Ba'asyir.
Ridwan Habib, seorang pengamat masalah keamanan di Indonesia mengatakan walau pengaruh Ba'asyir sudah melemah, namun anggota militan mungkin akan tetap menggunakan nama Ba'asyir.
"Ba'asyir adalah tokoh senior dalam gerakan ekstremis di Indonesia dan tidak mustahil nama besarnya akan digunakan oleh yang lain," katanya.
