Kekerasan Dalam Beragama Menjadi Gumpalan Rigid

Keanekaragaman ummat beragama termasuk didalamnya umat Islam da­lam memahami dan menginterpretasi sumber-sumber ajarannya dari kitab sucinya

Editor: Salman Rasyidin
ist
Dr. A. Rifai Abun M.Hum.MH 

Padahal tidak demikian, Qur’an mengajarkan dan mengajak kepada manusia dengan sikap bi al-hikmah dan al-mauizati al-hasanah (nasehat yang arif, bak dan bijak).

Dalam melakukan aksinya, komunitas sebagian umat Islam tersebut selalu menggunakan simbol sebagai perjuangan jihad di jalan Allah.

Semangat inilah yang kemudian menguatkan mereka untuk melakukan tindakan ke­kerasan. Arogansi tidak mau mengikuti aturan pemerintah seperti terjadi baru-baru ini.

Dan mereka berkeinginan untuk meninggal dalam keadaan demikian (jihad).

Sementara mereka lupa untuk memperhatikan kehi­dup­an/nafkah keluarga.

Padahal perhatian mereka terhadap keluarga juga me­ru­pakan jihad.

Wajah agama akhir-akhir ini seperti bergerak turun drastis, dari yang a­wal­nya se­bagai “perekat bangsa”, turun ke arah “pemecah bangsa”.

Ke-aga­ma­an yang di awal-awal kemerdekaan menjadi lem (perekat) berubah men­jadi pe­dang.

Agama, sebagai kumpulan doktrin yang mendamaikan ber­ubah menjadi ajaran kekerasan.

Agama, sebuah kupulan teks yang me­m­­be­bas­kan bermetamorfosis menjadi gumpalan yang rigid.

Lebih jauh pa­da tataran praksis mereka yang berbeda agama selalu dianggap kafir, se­sat, dan harus diperangi.

Mengapa  sebagaian dari kaum agamawan selalu terjebak dalam peraşaan be­nar, terutama dalam perilaku bergama.

Salah satu jawabannya karena me­reka merasa agama berasal dari Tuhan.

Satu wilayah yang sakral.

Wi­la­yah yang tidak berdosa yang tidak terjangkau oleh pikiran manusia.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved