Wapres: 'Vaksinasi Covid-19 Baru akan Dilakukan Setelah Ada Rekomendasi BPOM dan MUI'
Kata Wakil Presiden Ma'ruf Amin, rekomendasi dari BPOM terkait dengan masalah keamanan dan khasiat vaksin, sedangkan dari MUI terkait kehalalannya
SRIPOKU.COM, JAKARTA - Vaksinasi baru akan dilakukan setelah ada rekomendasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Hal ini ditegaskan oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin.
Dikatakan Wakil Presiden Ma'ruf Amin, rekomendasi dari BPOM terkait dengan masalah keamanan dan khasiat vaksin, sedangkan dari MUI terkait kehalalannya.
"Pemerintah baru melakukan vaksinasi setelah ada rekomendasi dari BPOM dan MUI," kata Juru Bicara Wapres Masduki Baidlowi, sebagaimana dilansir kompas.com, Rabu (6/1/2021).
Masduki Baidlowi mengatakan, keputusan tersebut merupakan kesepakatan antara pemerintah dan ulama, terutama terkait dengan pendistribusian dan penggunaan vaksin Sinovac yang akan dilakukan dalam waktu dekat.
Dikatakan Masduki, “Masalah izin dan fatwa halal ini sudah ada kesepakatannya”.
Menurut Masduki, walaupun saat ini vaksin sudah didistribusikan, tetapi tetap harus menunggu izin BPOM dan MUI dalam penggunaannya.
Pendistribusian dilakukan sejak awal untuk memastikan agar vaksinasi bisa dilakukan secara serentak.
"Wilayah kita kan kepulauan, jadi (pendistribusian vaksin) harus dilakukan sejak awal," kata dia.
Selain itu, kata dia, Wapres Ma'ruf Amin juga menargetkan sertifikasi vaksin Covid-19 dari MUI bisa tuntas sebelum 13 Januari 2021.
Terlebih saat ini uji lapangan vaksin Sinovac yang dilakukan BPOM sudah rampung digelar.
"Saat ini MUI tinggal menunggu pelaksanaan sidang fatwa terkait (kehalalan) vaksin Sinovac tersebut," ucap dia.
Adapun sebanyak 3 juta dosis vaksin Covid-19 dari Sinovac, China telah tiba di Tanah Air.
Vaksin tersebut saat ini mulai didistribusikan ke beberapa daerah selagi menunggu izin penggunaan darurat dari BPOM dan sertifikasi halal dari MUI.
Uji Klinis
Fakta tentang status vaksin Sinovac diungkapkan oleh Ahli Mikrobiologi Sumsel.
Sebab, Ahli Mikrobilogi Sumsel Ungkap Status Sinovac, dan ia Sarankan Vaksinasi Setelah Uji Klinis.
Sebab menurut Ahli Mikrobiologi Sumsel yakni Prof Yuwono bahwa status vaksin Sinovac beda vaksin Pfizer-BioNTech yang sudah melewati uji klinis.
Sementara vaksin Sinovac belum melewati tahapan uji klinis di Bandung, bahkan uji klinis saat ini tengah berlangsung.
"Menurut saya, dengan vaksin yang sudah ada, lebih baik tunggu diumumkan hasil uji klinis di Bandung baru divaksin," kata Yuwono melalui sambungan telepon, Rabu (6/1/2020).
Berikut ini beberapa fakta yang diungkap Ahli Mikrobiologi Sumsel, di mana dia Ungkap Status Sinovac Sarankan Vaksinasi Setelah Uji Klinis karena Beda dengan Pfizer-BioNTsh seperti dilansir dari kompas.com berikut ini:
Minta Pemerintah di Sumsel Tunggu Uji Klinis di Bandung
Ahli Mikrobiologi Sumsel Ungkap Status Vaksin Sinovac , Vaksinasi Harus Tunggul Hasil Uji Klinis, Beda dengan Pfizer
Seperti diketahui, Dinas Kesehatan Sumatera Selatan membutuhkan sebanyak 58.000 dosis vaksin Covid-19 produksi Sinovac yang berasal dari China.
Namun, dari 58.000 vaksin tersebut, baru 30.000 yang dikirimkan oleh Kementerian Kesehatan.
Sementara sisanya direncanakan kembali dikirim pada Kamis (7/1/2021).
Setelah seluruh vaksin selesai diterima, Dinas Kesehatan Sumatera Selatan merencanakan untuk melakukan vaksinasi tahap awal pada 14 Januari 2021.
Menanggapi hal itu, ahli mikrobiologi dari Universitas Sriwijaya Profesor Yuwono menyarankan agar vaksinasi dilakukan setelah adanya pengumuman hasil uji klinis dari laboratorium yang melakukan penelitian di Bandung, Jawa Barat.
Yuwono menjelaskan, secara ilmiah vaksin Sinovac yang dibeli oleh pemerintah pusat sampai sekarang belum mengeluarkan hasil efektivitas atau kemanjuran serta keamanan.
Ia membandingkan dengan vaksin Covid-19 buatan Pfizer yang diproduksi oleh perusahaan Jerman. Vaksin Pfizer tingkat kemanjurannya telah diumumkan dan mencapai 95 persen.
"Menurut saya, dengan vaksin yang sudah ada, lebih baik tunggu diumumkan hasil uji klinis di Bandung baru divaksin," kata Yuwono melalui sambungan telepon, Rabu (6/1/2020).
Siap Disuntik Jika sudah Uji Klinis
Selain itu, Yuwono juga menyoroti soal status halal vaksin Covid-19 yang belum diumumkan oleh Lembaga Pengkajian Pengan Obat-obatan dan Kosmetik (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI).
"Saya siap sedia disuntik vaksin kalau ada dasar bukti ilmiah. Contoh vaksin Pfizer, saya terus terang mau karena sudah dimumumkan hasilnya. Pfizer itu suntikan pertama cuma 59 persen, suntikan kedua 95 persen. Tapi kalau Sinovac sampai hari ini belum," kata dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Seorang Ahli Mikrobiologi Sarankan Vaksinasi Tunggu Hasil Uji Klinis Diumumkan", Klik untuk baca: https://regional.kompas.com/read/2021/01/06/09142801/seorang-ahli-mikrobiologi-sarankan-vaksinasi-tunggu-hasil-uji-klinis dan dengan judul "Wapres Tegaskan Vaksinasi Covid-19 Digelar Setelah Ada Rekomendasi BPOM dan MUI".