Virus Corona

Prof Yuwono Ahli Mikrobiologi, Ingatkan Indonesia soal Vaksin Sinovac, 'Wajar Tolak Disuntik Duluan'

Para ahli bidang kesehatan sudah seringkali mengingatkan mengenai vaksin Covid-19 yang belum dapat dipastikan keamanannya.

Penulis: maya citra rosa | Editor: Yandi Triansyah
Tribun Ambon/biro media_setpres
VAKSIN COVID-19 - Petugas cargo Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng, mengangkut vaksin Sinovac, Corona, Selasa (8/12/2020) 

Laporan wartawan Sripoku.com, Maya Citra Rosa

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Para ahli bidang kesehatan sudah seringkali mengingatkan mengenai vaksin Covid-19 yang belum dapat dipastikan keamanannya.

Ahli Mikrobiologi Sumsel, Prof Dr dr Yuwono M Biomed juga mengungkapkan kekesalannya dengan menuliskan pandangannya tentang vaksin Covid-19 melalui akun fanpage facebook pribadinya.

Setelah dikonfirmasi, benar bahwa tulisan tersebut adalah hasil dari pemikiran dan analisa selama ini, hingga hari ini, Senin (21/12/2020) sudah menyebar banyak di media sosial whatsapp dan sudah dibagikan di facebook hingga 458 kali.

"Iya benar itu ditulis di fanpage saya," ujarnya.

Dalam tulisan tersebut Prof Yuwono menegaskan bahwa sejatinya belum ada vaksin covid-19, yang ada baru kandidat vaksin.

Hal ini karena syarat untuk di sebagai vaksin harus lolos dalam uji klinis fase tiga, dengan keamanan (safety) & kemanjuran (efficacy) mendekati 100 persen.

"Kandidat Pfizer punya angka 95% dan Sinovac katanya 90%. Artinya ada 5 - 10 % potensi bahaya dan tak manjurnya vaksin tersebut," ujarnya.

Vaksin Pfizer yang sudah disuntikan di Eropa menggunakan skema izin darurat atau EUA.

EUA bisa dikeluarkan setelah hasil uji klinis fase 3 berhasil dan dipublikasi serta kajian otoritas badan POM setempat menyatakan aman untuk diedarkan.

Namun Indonesia harus hati-hati dengan kandidat vaksin Sinovac karena uji klinis fase 3 di Bandung maupun di China belum selesai dan tidak tahu hasilnya bagaimana, bahkan di Brasil menyebabkan kematian.

"Itulah mengapa Brazil tidak jadi beli Sinovac. Ajaibnya Indonesia malah beli dan sudah mau disuntikan ke tenaga kesehatan. Wajar IDI nolak disuntik duluan," ujarnya.

Ungkapan seperti itu menuai banyak komentar dari warganet, mereka banyak yang sependapat dengan pemikiran Prof Yuwono.

"Krisis kepercayaan, jika nanti presiden di suntik duluan pun, rakyat banyak yang meragukan, benarkah yang disuntik itu vaksin sinovac," komentar salah satu warganet.

Berikut ini postingan lengkap Prof Yuwono mengenai kandidat vaksin yang ada di Indonesia.

SEKALI LAGI VAKSIN COVID!!!
Sejatinya belum ada vaksin Covid, yg ada baru kandidat vaksin krn syarat disebut vaksin adl lolos uji klinis fase 3 dgn keamanan (safety) & kemanjuran (efficacy) mendekati 100%. Pfizer punya angka 95%, Sinovac katanya 90%. Artinya ada 5 - 10 % potensi bahaya & tak manjurnya vaksin tsb. Vaksin Pfizer yg sdh disuntikan di Eropa menggunakan skema ijin darurat atau EUA. EUA bisa dikeluarkan setelah hasil uji klinis fase 3 berhasil & dipublikasi serta kajian otoritas badan POM setempat menyatakan aman untuk diedarkan. Indonesia harus hati2 dgn Sinovac krn uji klinis fase 3 di Bandung maupun di China blm selesai & tak tahu hasilnya macam mana, bahkan di Brasil menyebabkan kematian. Itulah mengapa Brazil gak jadi beli Sinovac. Ajaibnya Indonesia malah beli & sdh mau disuntikan ke nakes. Wajar IDI nolak disuntik duluan. Presiden bilang akan disuntik duluan, mungkin kemudian para menterinya. Kita rakyat tunggu saja sekitar 1 bulan setelah itu, krn jika vaksin itu bahaya maka bahaya akan muncul dalam rentang sekitar 2 pekan setelah disuntik & jika manjur, maka kemanjurannya bisa dilihat paling cepat 1 bulan setelah disuntik. Dengan demikian kita bisa tahu apakah vaksin tsb aman & manjur atau tidak.

Saran saya, jika presiden & para menterinya juga masih belum sreg, sebaiknya tunda dulu vaksinasi. Toh data & fakta menunjukan Covid tidak lebih serem dibanding HIV, TBC & Hepatitis B. Juga yg sembuh dari Covid sdh 80% lebih, yg sdh pasti menjadi kontributor Herd Immunity minimal di lingkungannya.

Ayolah lihat negeri & bangsa ini secara sehat (lihat pengertian sehat di bawah ini).

Selama 2020, kita sdh tertimpa mushibah Covid & lebih dari 2500 kali mushibah bencana alam. Belum lagi mushibah politik, korupsi, teror, pilkada dll.

Mari melangkah dgn "terkendali, jelas, tegas & terukur" (meminjam istilah dari para pemimpin kita). Jgn sebaliknya. Kasihan kami2 rakyat ini.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved