Wawancara Eksklusif

Wawancara dengan Rivat Ekaputra yang Bunuh Selingkuhan Istri, GPS untuk Evaluasi Janji Dia

Jadi diceritakannya semua kalau istri saya sering ngobrol dengan dia di rumah dia dan hal-hal lain.

Editor: Soegeng Haryadi
SRIPOKU.COM / EDISON
Rivat pelaku pembunuhan pria selingkuhan istrinya saat berada di Mapolres Prabumulih, Rabu (2/12/2020) 

KASUS pembunuhan ditempat karaoke di Prabumulih yang dilakukan seorang suami terhadap selingkuhan istri, Rabu 25 November 2020 lalu, menyita perhatian publik. Rivat Ekaputra, ayah dari tiga orang anak ini kini sudah mendekam di balik jeruji besi setelah membunuh. Namun kasus tersebut punya latar belakang yang cukup panjang yang menyebabkan Rivat gelap mata. Dalam wawancara khusus dengan Kepala Newsroom Sripo - Tribun Sumsel Weny Ramdiastuti, Rivat blak-blakan menceritakan latar belakang sebelum kejadian.

Namanya Rivat Ekaputra ya, kita ketemu dalam suasana tidak enak. Kasusnya sudah tidak enak, apalagi buat perempuan. Anda seorang suami kepala rumah tangga tapi kemudian Anda melakukan hal yang paling dibenci oleh Tuhan. Kami ingin mencari tahu bagaimana duduk perkara masalah itu sehingga gelap mata pada Rabu 25 November 2020 sekitar pukul 14.00 Anda membunuh seorang pria yang diduga, mohon maaf, adalah selingkuhan istri Anda. Silakan ceritakan kepada saya.

Bismilahirohmanhirohim, sebenarnya hubungan mereka ini, istri saya dan korban saya ketahui kira-kira 2 bulan setengah yang lalu. Karena ada permasalahan sedikit dengan istri, jadi saya cari tahu. Teman akrab dia (istri) ada dua orang saya tanyai dan mereka jujur karena mereka kasihan sama saya bahwasanya istri saya ini ada hubungan dengan korban ini.

Terus temannya satu lagi saya tanya mengatakan, memang ada hubungan mereka dan gimana-gimanalah gitu ya. Lalu pertama saya cari dulu korban. Eh, saya tanya dulu teman ini seberapa lama mereka berhubungan yang kamu ketahui, waktu itu dua bulan lalu katanya enam bulan hubungan mereka jadi kalau digabung sampai sekarang delapan bulan.

Jadi setelah saya ketahui saya cari korban ini saya. Waktu itu istri saya minggat.

Istri Anda minggat?
Iya saat itu ada perselisihan, saya cari-cari lalu saya tanya kepada korban. Kamu bilang jujur saja kasih tahu saja posisi istri saya dimana. Aku tahu bahwasanya kawan-kawan istri sudah ngomong kamu ini ada hubungan dengan istri saya.

Lalu di pertemuan yang malam itu pas saya cari, balikanlah kata aku karena kamu mungkin juga gak enak kalau kamu punya istri ada selingkuh sama orang lain. Kan kamu sakit hati. Saya juga sakit, saya bilang kan seperti itu. Jadi korban ini ndak ngaku kalau mereka ada hubungan, cuman kenal saja begitu kan katanya saat malam pertama bertemu itu. Dia gak ngaku bahwasanya dia bilang nanti kalau ada info saya kasih tahu katanya ke saya keberadaan istri saya ini.

Besok pagi saya cari lagi istri saya keliling Prabumulih ini semua tempat saya cariin karena istri saya ini bawa anak juga yang paling kecil nomor 3. Besok paginya saya temui lagi korban ini di rumahnya kira-kira pukul 07.00. Saya bilang jujur kasih tahu, aku dak kan ngapa-ngapa kato aku. Kasih tahu saja istri aku, sudah itu jauhin tidak usah berhubungan lagi. Kalau pun kamu ndak ngaku kawan-kawan ini jujur sudah ngasih tahu kalau kamu ada hubungan dengan istri saya. Saya masih bersabar karena saya berpikir kalau terjadi tindak kekerasan pasti saya juga yang disalahin kalau bawa emosi pada saat malam dan pagi itu, saya memang masih berpikir logis kalau mengutamakan perasaan ya sakit hati. Kita diselingkuhin kan jadi saya masih berpikir istri saya baik-baik pulang ke rumah dia menjauhlah dari istri saya, begitu.

Nanti saya nasehati istri saya juga kalau sudah ketemu. Iya-iya saja dia tidak mengaku ada hubungan. Terus pagi itu saya keliling lagi mencari di Prabumulih ini arah bagian Timur ini. Sekitar jam 10 korban ini pergi ke bengkel tempatnya bekerja, lalu saya ke rumahnya karena dia tingal sama orangtuanya. Setelah saya cari-cari statusnya duda. Jadi saya temui ibunya baik-baik, Weri namanya. Saya bilang tolong nasehati anak ibu Nanda ini tolong kasih tahu saya dimana istri saya, terus nasehati tolong jauhi istri saya. Kalau memang istri saya sering ke sini tolong nasehati jangan kesini, baliklah sama suaminya, saya. Disitu ibu itu welcome dengan saya karena saya ngomong baik-baik saya, nggak marah-marah bukan bentak-bentak, gak pakai emosi. Kita pakai mediasi.

Kita sama-sama baik, ibu itu baik anak itu baik istri saya baik kan gitu. Jadi Bu Weri welcome kalau dia jujur dia pasti ngerti saya, cuman memang saya tidak tahu ada menantu atau siapa di belakang jelasnya saya berdua dengan beliau di ruang tamu. Jadi diceritakannya semua kalau istri saya sering ngobrol dengan dia di rumah dia dan hal-hal lain. Jadi janji ibu itu akan di WA-nya istri saya, karena saya tak bisa WA istri karena diblokir.

Jadi saya minta pesankan ke istri saya kembalilah pulang ke rumah saya, anak-anak ada di rumah satu lagi.

Anak umur berapa saja?
Satu 14, satu 11 dan satu 3,5 tahun yang masih kecil laki-laki, yang 14 sama 11 ini perempuan. Jadi ibu itu janji bahwa nanti dia kasih tahu. Dia berusaha supaya istri saya dipesankan balik kembali ke rumah.

Jadi saya pulang sambil cari terus. Cari-cari nggak ketemu juga. Malam itu saya WA ke ibu itu tanya bagaimana bu ada perkembangan ada jawaban gak kata ibu itu. Ini pesan sudah nyampe dibaca di WA cuman gak dibalas. Minimal kan pesan ibu itu supaya, ibu itu mengetahui bahwasanya suruh pulang istri saya ini, dinasehati sama ibunya korban ini secara baik-baik kembalilah pulang temui suami dan anak-anak, jadi di screenshoot dikirim ke WA saya bahwasanya pesan sudah disampaikan cuman dibaca dan tidak dibalas.

Dari situ hari ke enam saya ketemu secara tidak sengaja tempat istri saya minggat, di kost belakang kantor BCA. Sama anak perempuan saya nomor 2 kami cari-cari ketemu, jadi gimana-gimana kita ajak pulang baik-baik bagaimana. Jadi sudah pulang apapun keluhannya terhadap saya akan saya perbaiki.

Apa keluhannya?
Katanya kurang perhatian, kurang... karena ekonomi sekarang agak kurang bagus jadi maunya gimana.

Apakah Anda tidak menafkahi istri anda, artinya gaji diserahkan atau tidak? apakah yang membuat kemudian dia berpaling ke orang lain?
Sebenarnya secara ekonomi cukup sih, cuma karena ekonomi biasanya kasih gini karena kami ada pinjaman dan lain-lain maklum saja segini adanya. Tidak seperti biasanya, cuma kalau dinominalkan itu cukup, Rp 17 juta perbulan itu saya rasa cukup utuk makan segala macam. Terus katanya kurang perhatian, saya perhatian, saya tidak kemana-mana lagi cukup di rumah saja untuk dia apa yang dia mau saya penuhi semua.

Anda kerja di luar kota atau bagaimana?
Di luar kota, cuma pulang tiap hari. Jadi semua sampai dia sakit saya obati ke Siloam. Operasi dua atau tiga minggu yang lalu sudah sembuh dan pulang. Sejak kejadian itu saya pasang GPS tracker di motor itu. Dia berjanji nggak lagi berhubungan, cuma ponsel istri saya ini tak bisa saya buka.

Jadi sejak istri minggat, Anda pasang GPS tracker. Dia tahu nggak kalau anda pasang GPS?
Dia berjanji tidak akan berhubungan, dia tidak tahu (dipasang). Ini untuk mengevaluasi janji dia ini benar tidak janji setia kita bina hubungan lagi walau pun hati saya ini sudah sakit. Karena saya pikiran saya masih sayang dia, saya pikirkan anak juga. Jadi kita tidak usah lagi lihat ke belakang, kita tatap ke depan hubungan ini.

Apakah Anda pernah KDRT?
Tidak, tidak pernah. Secara ini iya (kata kasar) agak teriak cuman mungkin bukan KDRT, karena menasehati agar ya berubah. Sifat-sifat yang gak bagus saya nasehati benar-benar.

Kenal dimana dan bagaimana sih kisah cinta anda dengan istri?
Saya kenal 2004, kenal dari kawan juga dan 2005 kami menikah sampai sekarang sudah 15 tahun.

Lalu saya lanjut lagi, dari kejadian itu saya pasang GPS untuk mengevaluasi janji dia benar setia. Alhamdulillah sebagian besar sudah bagus tidak pernah pergi-pergi lagi di rumah. Dia kemarin jualan online gak lagi, stop, karena saya minta kita di rumah saja. Kita urus anak-anak saja, mantap-mantap di rumah, saya yang kerja.

Jadi saya pasang GPS terus saya cek tracker itu masih normal beli sayur, jadi tiap saya pergi kerja saya evaluasi terus selama dua bulan itu. Jadi pas kemarin, pas kejadian itu sudah bulan kedua dari saya pasang GPS tracker. Pas kejadian tanggal 25 itu saya kerja siang hari saya cek tracker saya lihat mengarah ke lokasi, saya pikir beli susu karena memang susu anak yang kecil sudah habis dan di arah sana ada toko mitra sehat jual susu segala macam.

Jam 1 saya berangkat kerja saya lihat GPS kok ini gak berangkat-berangkat kan. Dia dari rumah terus aja langsung ke kantor BRI mutar lagi jadi diantara BRI dan simpang nasional, di tengah-tengah. Kalau di GPS itu tidak ada titik pasti hanya garis-garis aja gak tahu tempatnya dimana.

Hati saya berdetak, ada yang gak beres ini. Kok setengah jam, 20 menit beli susu kok gak berangkat-berangkat jadi saya susul pinjam motor kawan saya. Lalu ngebut dan di tengah jalan itu habis minyak. Hampir habis sedikit lagi saya pikir ini gak nyampai lalu pas di Lubuk Raman itu saya isi minyak dua liter dan itupun masih ngutang karena saya kenal dengan yang jual minyak.

Terus saya lihat ada pisau disitu di bawah jok disarung kertas kayaknya pisau dapur apalah itu. Saya abaikan dulu, lalu berangkat lagi, saya berpikir positif mungkin dia beli susu dan motornya mogok lalu saya ngebut.

Sampai di Prabumulih saya cek GPS belum bergerak sudah hampir jam 2 masih mentok disitu di itik parkir jam 1 tadi. Saya putar ke tempat beli susu rupanya sudah lewat, saya lihat ke kiri, oo... Diva karaoke kan. Saya seumur-umur kan bilang gak boleh ke situ, itu bukan tempat yang bagus.

Jadi saya masuk ke situ hati saya berdetak kayaknya masih ada hubungan ini udah gimana ya amarah itu mulai ada, saya parkir motor mungkin 5 meter, motor istri saya di dekatnya. Lalu saya buka ini jok motor saya selipkan pisau dapur yang terbungkus kertas tadi ke pinggang saya.

Jadi itu pisau milik siapa?
Kayaknya milik kawan yang punya motor itu karena saya ambil saja di jok motor. Saya jaga-jaga diri karena saya selidiki begitu ada hubungan. Korban ini resedivis baru keluar enam bulan yang lalu kasusnya saya kurang tahu, kayaknya hampir mirip apalah gitu ya. Terus kami kan gak jauh dari rumah korban ini banyak teman saya disitu cerita bahwa korban ini sering bawa senpi, saya takut terjadi apa-apa lalu saya selipkan pisau untuk jaga diri. Walaupun saat itu ada besi pasti saya simpan, misalnya ada kayu pasti kayu itu juga saya taruh di pinggang untuk jaga-jaga daripada saya ditembak mati duluan.

Lalu masuk (karaoke) saya periksa ruang satu, dua, tiga dan pas di tiga saya lihat kaca bulat di pintu istri saya sedang ngobrol. Saya langsung gimana ya, hati ini udah, ini sudah dibilangin, sudah dinasehati, harga diri ini rasa diinjak-injak tidak ada lagi, udah kayak semut. Istri saya sah saya diselingkuhin.

Jadi ketika Anda masuk mendobrak atau seperti apa ?
Saya buka pintu langsung dobrak saya tarik pisau ini takut.

Langsung Anda narik pisau?
Iya saya langsung tarik pisau, saya bilang ini kelakuan kami disini, kan saya sudah bilang kata ku jangan berhubungan lagi, jangan berhubungan lagi. Tidak kata korban ini, kami mau menyelesaikan masalah, kalau mau menyelesaikan masalah panggil saya, saya bilang. Bukan ditempat ini berdua, disitu saya nggak, saya sudah gak bisa lagi berpikir jernih.

Situasi lagi ngobrol, jaraknya berapa jauh?
Mereka lagi ngobrol, jaraknya sini ke sini (dekat berhadapan) dekat karena tempat kecil dan cuman berdua. Mereka bilang juga masih gak itu (selingkuh), bukannya minta maaf tapi masih ngeles seperti biasa korban ini, masih nggak ngakui sudah tertangkap basah ini. Gak minta maaf apa sujud sama saya karena saya masih suami sahnya istri saya kan gitu bukannya pisah atau apa tapi masih normal.

Bukannya minta maaf tapi masih membela diri. Disitu saya tusuk dadanya, sampai begumul dan dia mau mengambil pisau di tangan saya, saya juga takut lepas dan akan terbunuh. Jadi saya ambil pegang pisau sambil bergumul saja tusuk lagi dadanya dan tersabet lehernya. Disitu istri saya sudah lari ke luar, disitu saya udah tidak tahu lagi. Astaghfirullah Hal Azim, saya sudah bunuh orang disitu saya baru tersadar.

Hampir satu menit bergumul, saya pegang pisau mau direbut mau lepas. Saya pikir kalau gak dia mati saya yang mati. Saya sudah tidak tahu posisinya bagaimana. Jadi disitu pas saya kena lehernya saya berpikir saya sudah bunuh orang saya masukkan pisau, saya duduk di kursi sini. Terus apa ya saya lupa ada yang saya ambil dilantai, saya tidak lari dan polisi datang.

Istri saya saat penusukan sudah di luar sudah lari. Saya gak lari, saya tetap disitu polisi datang. Saya disitu karena saya tidak ada niat lari karena bahwasanya saya baru tersadar saya sudah bunuh orang. Ini dosa dan kesalahan besar, jadi polisi datang menyerah pisau sudah jauh saya diborgol dan dibawa ke sini. (eds)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved