Wawancara Eksklusif

Wawancara dengan Rivat Ekaputra yang Bunuh Selingkuhan Istri, GPS untuk Evaluasi Janji Dia

Jadi diceritakannya semua kalau istri saya sering ngobrol dengan dia di rumah dia dan hal-hal lain.

Editor: Soegeng Haryadi
SRIPOKU.COM / EDISON
Rivat pelaku pembunuhan pria selingkuhan istrinya saat berada di Mapolres Prabumulih, Rabu (2/12/2020) 

Apakah Anda tidak menafkahi istri anda, artinya gaji diserahkan atau tidak? apakah yang membuat kemudian dia berpaling ke orang lain?
Sebenarnya secara ekonomi cukup sih, cuma karena ekonomi biasanya kasih gini karena kami ada pinjaman dan lain-lain maklum saja segini adanya. Tidak seperti biasanya, cuma kalau dinominalkan itu cukup, Rp 17 juta perbulan itu saya rasa cukup utuk makan segala macam. Terus katanya kurang perhatian, saya perhatian, saya tidak kemana-mana lagi cukup di rumah saja untuk dia apa yang dia mau saya penuhi semua.

Anda kerja di luar kota atau bagaimana?
Di luar kota, cuma pulang tiap hari. Jadi semua sampai dia sakit saya obati ke Siloam. Operasi dua atau tiga minggu yang lalu sudah sembuh dan pulang. Sejak kejadian itu saya pasang GPS tracker di motor itu. Dia berjanji nggak lagi berhubungan, cuma ponsel istri saya ini tak bisa saya buka.

Jadi sejak istri minggat, Anda pasang GPS tracker. Dia tahu nggak kalau anda pasang GPS?
Dia berjanji tidak akan berhubungan, dia tidak tahu (dipasang). Ini untuk mengevaluasi janji dia ini benar tidak janji setia kita bina hubungan lagi walau pun hati saya ini sudah sakit. Karena saya pikiran saya masih sayang dia, saya pikirkan anak juga. Jadi kita tidak usah lagi lihat ke belakang, kita tatap ke depan hubungan ini.

Apakah Anda pernah KDRT?
Tidak, tidak pernah. Secara ini iya (kata kasar) agak teriak cuman mungkin bukan KDRT, karena menasehati agar ya berubah. Sifat-sifat yang gak bagus saya nasehati benar-benar.

Kenal dimana dan bagaimana sih kisah cinta anda dengan istri?
Saya kenal 2004, kenal dari kawan juga dan 2005 kami menikah sampai sekarang sudah 15 tahun.

Lalu saya lanjut lagi, dari kejadian itu saya pasang GPS untuk mengevaluasi janji dia benar setia. Alhamdulillah sebagian besar sudah bagus tidak pernah pergi-pergi lagi di rumah. Dia kemarin jualan online gak lagi, stop, karena saya minta kita di rumah saja. Kita urus anak-anak saja, mantap-mantap di rumah, saya yang kerja.

Jadi saya pasang GPS terus saya cek tracker itu masih normal beli sayur, jadi tiap saya pergi kerja saya evaluasi terus selama dua bulan itu. Jadi pas kemarin, pas kejadian itu sudah bulan kedua dari saya pasang GPS tracker. Pas kejadian tanggal 25 itu saya kerja siang hari saya cek tracker saya lihat mengarah ke lokasi, saya pikir beli susu karena memang susu anak yang kecil sudah habis dan di arah sana ada toko mitra sehat jual susu segala macam.

Jam 1 saya berangkat kerja saya lihat GPS kok ini gak berangkat-berangkat kan. Dia dari rumah terus aja langsung ke kantor BRI mutar lagi jadi diantara BRI dan simpang nasional, di tengah-tengah. Kalau di GPS itu tidak ada titik pasti hanya garis-garis aja gak tahu tempatnya dimana.

Hati saya berdetak, ada yang gak beres ini. Kok setengah jam, 20 menit beli susu kok gak berangkat-berangkat jadi saya susul pinjam motor kawan saya. Lalu ngebut dan di tengah jalan itu habis minyak. Hampir habis sedikit lagi saya pikir ini gak nyampai lalu pas di Lubuk Raman itu saya isi minyak dua liter dan itupun masih ngutang karena saya kenal dengan yang jual minyak.

Terus saya lihat ada pisau disitu di bawah jok disarung kertas kayaknya pisau dapur apalah itu. Saya abaikan dulu, lalu berangkat lagi, saya berpikir positif mungkin dia beli susu dan motornya mogok lalu saya ngebut.

Sampai di Prabumulih saya cek GPS belum bergerak sudah hampir jam 2 masih mentok disitu di itik parkir jam 1 tadi. Saya putar ke tempat beli susu rupanya sudah lewat, saya lihat ke kiri, oo... Diva karaoke kan. Saya seumur-umur kan bilang gak boleh ke situ, itu bukan tempat yang bagus.

Jadi saya masuk ke situ hati saya berdetak kayaknya masih ada hubungan ini udah gimana ya amarah itu mulai ada, saya parkir motor mungkin 5 meter, motor istri saya di dekatnya. Lalu saya buka ini jok motor saya selipkan pisau dapur yang terbungkus kertas tadi ke pinggang saya.

Jadi itu pisau milik siapa?
Kayaknya milik kawan yang punya motor itu karena saya ambil saja di jok motor. Saya jaga-jaga diri karena saya selidiki begitu ada hubungan. Korban ini resedivis baru keluar enam bulan yang lalu kasusnya saya kurang tahu, kayaknya hampir mirip apalah gitu ya. Terus kami kan gak jauh dari rumah korban ini banyak teman saya disitu cerita bahwa korban ini sering bawa senpi, saya takut terjadi apa-apa lalu saya selipkan pisau untuk jaga diri. Walaupun saat itu ada besi pasti saya simpan, misalnya ada kayu pasti kayu itu juga saya taruh di pinggang untuk jaga-jaga daripada saya ditembak mati duluan.

Lalu masuk (karaoke) saya periksa ruang satu, dua, tiga dan pas di tiga saya lihat kaca bulat di pintu istri saya sedang ngobrol. Saya langsung gimana ya, hati ini udah, ini sudah dibilangin, sudah dinasehati, harga diri ini rasa diinjak-injak tidak ada lagi, udah kayak semut. Istri saya sah saya diselingkuhin.

Jadi ketika Anda masuk mendobrak atau seperti apa ?
Saya buka pintu langsung dobrak saya tarik pisau ini takut.

Halaman
123
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved