Vaksin Covid-19 Ada di Depan Mata, WHO Ingatkan untuk Tidak Berpuas Diri: Jangan Lengah
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan pemerintah negara-negara dunia dan masyarakat untuk tidak lengah meski keberhasilan vaksin Covid-19
SRIPOKU.COM -- Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO memperingatkan pemerintah negara-negara dunia dan masyarakat untuk tidak lengah meski keberhasilan vaksin Covid-19 semakin dekat.
Seperti diketahui, angka kasus Virus Corona pun mengalami peningkatan setiap harinya.
Data dari situs worldometers.info per Sabtu (5/12/2020) pukul 12:18 GMT atau 19:18 WIB mencatat 66.355.916 kasus virus corona.
Sementara, ada 1.527.074 kasus kematian akibat Covid-19 yang tercatat dan 45.938.938 orang dinyatakan sembuh.
Untuk menangani pandemi Covid-19, berbagai negara dan perusahaan telah berupaya mengembangkan vaksin.
Sedikit kabar baik, beberapa vaksin Covid-19 diklaim memiliki efektivitas yang tinggi, yakni di atas 90 persen.
Meski begitu, adanya vaksin Covid-19 bukan berarti Pandemi Virus Corona serta merta akan menghilang begitu saja.
WHO menambahkan bahwa sistem kesehatan masih akan terus mengalami tekanan.
Seperti diketahui, Inggris telah mengizinkan vaksin Covid-19 buatan Pfizer pada Rabu (2/12/2020).
Hal ini meningkatkan harapan untuk mengatasi pandemi yang telah menewaskan lebih dari 1,5 juta orang di seluruh dunia, melumpuhkan perekonomian global, dan memutarbalikkan kehidupan normal miliaran orang.
"Perkembangan vaksin memberikan harapan bagi kita semua dan kita kini dapat mulai melihat setitik cahaya di ujung lorong kegelapan," kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, sebagaimana dikutip TribunPalu.com dari laman Channel News Asia.
"Namun WHO juga khawatir, persepsi bahwa pandemi Covid-19 telah berakhir turut berkembang," lanjutnya.
Tedros mengatakan, pandemi Covid-19 masih harus melalui jalan yang panjang.
Selain itu, ia menekankan bahwa keputusan yang diambil masyarakat dan pemerintah akan menentukan arah wabah Covid-19 dalam jangka pendek dan akhirnya, kapan pandemi virus corona berakhir.
"Kami paham betul, ini adalah tahun yang sulit dan masyarakat sudah lelah, tetapi kemungkinan tersulit yang ada adalah rumah sakit yang penuh dan over kapasitas," lanjutnya.
"Faktanya adalah saat ini, masih banyak tempat yang mengalami penularan virus Covid-19 yang sangat tinggi, ini jelas menekan keras rumah sakit, unit perawatan intensif, dan tenaga kesehatan," terang Tedros.
Virus corona pertama kali muncul di Wuhan, China sekitar satu tahun lalu.
Kini, ada dua vaksin yang menjanjikan dan kemungkinan akan mendapat otorisasi penggunaan darurat (emergency use authorization/EUA) dari Administrasi Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat (FDA).
Pada akhir tahun ini, kemungkinan akan ada sekitar 20 juta warga Amerika Serikat yang mendapatkan vaksin.
Setidaknya, hal tersebut dapat membantu meredakan lonjakan kasus virus corona di negara paling terdampak Covid-19 di dunia itu.
Akan tetapi, pada Jumat (4/12/2020), pakar darurat WHO Mike Ryan juga memberikan peringatan untuk tidak berpuas diri dengan peluang mulai tersedianya vaksin Covid-19.
Mike Ryan mengatakan, meskipun vaksin merupakan bagian utama dari pertempuran melawan Covid-19, vaksin saja tidak akan serta-merta mengakhiri pandemi virus corona.
"Vaksin tidak sama dengan nol Covid-19," kata Mike Ryan.
Selain itu, Mike Ryan juga menyampaikan, beberapa negara tetap harus mempertahankan langkah-langkah pengendalian wabah yang sangat kuat untuk beberapa waktu ke depan.
Sebab kalau tidak, negara-negara itu akan berisiko mengalami ledakan kasus infeksi Covid-19 dan pandemi akan naik-turun dengan drastis seperti mainan yo-yo.
"Kita berada dalam momen penting di beberapa negara. Ada sistem kesehatan di beberapa negara yang berada di titik kolaps," kata Mike Ryan, tanpa mengacu atau menyebut nama negara tertentu.
PELUNCURAN COVAX
WHO telah mendukung program skema vaksin global COVAX yang berupaya untuk memastikan distribusi vaksin Covid-19 yang adil dan merata.
Hingga saat ini, COVAX telah diikuti oleh 189 negara.
Kepala ilmuwan WHO mengatakan, dirinya berharap setengah miliar dosis vaksin akan tersedia untuk didistribusikan oleh skema COVAX pada kuartal pertama 2021.
Rencana awalnya adalah memvaksinasi 20 persen populasi yang berisiko tertinggi, termasuk petugas kesehatan dan orang lanjut usia atau berusia lebih dari 65 tahun.
"Tujuannya adalah untuk mendapatkan setidaknya dua miliar dosis vaksin Covid-19 pada akhir 2021," kata kepala ilmuwan WHO Soumya Swaminathan dalam sebuah konferensi pers.
"Ini jumlah yang akan cukup untuk memvaksinasi 20 persen populasi negara yang menjadi bagian dari COVAX," tambahnya.
Hal ini akan cukup untuk setidaknya "mengakhiri fase akut pandemi" dengan mengurangi kematian dan dampaknya pada sistem kesehatan, lanjutnya.
COVAX dipimpin oleh aliansi vaksin GAVI, WHO, dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (Coalition for Epidemic Preparedness Innovations/CEPI).
Amerika Serikat belum menandatangani skema tersebut, tetapi telah membuat kesepakatan bilateral.
SUMBER: Reuters via Channel News Asia