Cerita Mahasiswa S3 Ditangkap dan Berdarah-darah saat Bentrok Lawan Polisi di Kerusuhan Pilres AS
Massa yang berkumpul di tepi sungai Portland bersumpah untuk "mengawal hasil" pilpres AS, dengan membentangkan spanduk bertuliskan
SRIPOKU.COM, PALEMBANG-Tanda-tanda kerusuhan pilres AS mulai pecah, massa yang anti Joe Biden maupun Donald Trump nampak protes dan menyampaikan aspirasinya.
Meski pada intinya mereka melakukan aksi untuk pilpres AS atau Amerika Serikat yang dituding mereka tak ada harapan, sekalipun Joe Biden atau Donald Trum memangkan, nasib mereka tetap tak ada harapan.
Apalagi mereka protes atas terjadinya pembunuhan terhadap orang-orang Afro-Amerika oleh aparat keamanan.
Protes mereka memang berakhir rusuh, bagaimana kisah seorang mahasiswa S3 atau doktoral yang berdarah-darah karena arogansi pihak kepolisian dalam pengamanan kerusuhan Pilpres AS.
Serangan-serangan dilakukan oleh para demonstran, sehingga terjadi kerukan.
Polisi kemudian bertindak keras agar kejadian serupa tak terulang.
Sementara itu, penghitungan suara Pilres AS masih terus berlangsung, Per Kamis siang, 5 November 2020 ini Joe Biden memiliki perolehan suara mencapai 264, mengungguli Trump yang memiliki suara sebanyak 214.
Dikutip dari New York Post, Joe Biden hanya membutuhkan 6 suara lagi, untuk memastikan dirinya sebagai Presiden AS yang baru.
Polisi negara bagian Oregon bersama Garda Nasional dengan truk kamuflasenya, bentrok dengan massa di sekitar Portland.
Setidaknya 10 orang ditangkap dalam kerusuhan saat pilpres AS (pemilihan presiden Amerika Serikat) ini. Portland sebelumnya telah ditempatkan dalam siaga tinggi oleh Gubernur Kate Brown, menyusul maraknya demo di sana sejak musim panas.
Kemudian di kerusuhan terbaru ini, sekelompok pengunjuk rasa memecahkan kaca jendela toko-toko, lalu seorang pria yang diyakini melempar bom Molotov telah ditahan.
Kantor Sheriff Multnomah County melaporkan, kerusuhan meluas dan polisi dilempari botol kaca saat mendekat ke arah demonstran.
Jurnalis AFP di lokasi kejadian menyaksikan dua penangkapan di sudut jalan, dan salah satu yang ditangkap bernama Michael Ream dengan wajah berlumuran darah.
"Ini sama seperti biasanya, perlakuan kasar dari polisi dan warisan mengerikan yang mereka bawa setiap hari," ucap mahasiswa S3 itu kepada AFP saat polisi memborgolnya.
Kemudian saat ditanya apakah dia turun ke jalan karena pilpres Amerika dia menjawab,