Kekerasan di Perancis
Presiden Emmanuel Macron Mengaku Paham atas Kemarahan Umat Islam
PRESIDEN Emmanuel Macron memahami kemarahan umat Islam atas penerbitan kartun Nabi Muhammad. Tidak mengerti kenapa pemboikotan.
SRIPOKU.COM -- Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan, ia memahami bahwa umat Islam atas penerbitan kartun kontroversial Nabi Muhammad yang dimuat majalah Charlie Hebdo.
Presiden Macron dalam pernyataannya di Stasiun televisi AL-Jazeera seperti dikutip Kompas.com, Minggu (1/11), ia kembali menegaskan bahwa ia tidak bisa menerima aksi kekerasan.
Macron menegaskan, dia tidak pernah bisa menerima pembenaran atas tindakan kekerasan.
Macron mengatakan, posisinya telah disalahpahami: bahwa perannya bukanlah mendukung konten kartun, yang dipandang sebagai penghujatan oleh umat Islam, tetapi untuk membela hak atas kebebasan berekspresi.
"Perancis berada dalam kondisi syok setelah serangan ini, dengan perasaan sedih dan marah. Dan untuk pertama kalinya saat kami mengalami serangan ini, ada reaksi kuat yang menyerang Perancis secara internasional, atas dasar banyak kesalahpahaman dan itulah mengapa saya ingin menjernihkannya," kata Macron kepada Al Jazeera.
Pernyataan itu disampaikan setelah serangan di sebuah gereja di Nice, yang menewaskan tiga orang. Ini adalah insiden serangan ketiga yang diduga dilakukan oleh kelompok radikal dalam satu bulan terakhir.
Ketegangan terus memanas antara Perancis dan sejumlah negara Muslim, terkait penerbitan ulang kartun Nabi Muhammad di majalah Charlie Hebdo, pada September lalu. Kemudian, karikatur dijadikan materi pelajaran di sekolah menengah di luar kota Paris.
Tanggal 16 Oktober, terjadi penyerangan terhadap Samuel Paty (27), guru yang mempertunjukkan karikatur Nabi Muhammad di dalam kelas dalam mata pelajaran kewarga-negaraan tentang kebebasan berekspresi. Samuel diserang pemuda 18 tahun, imigran asal Chechnya, Russia.
Aksi kekerasan yang menewaskan Samuel Paty tersebut, memperoleh perhatian besar masyarakat Perancis. Presiden Macron mengeluar komentar atas insiden itu, dan komentar itu dianggap sebagai penistaan terhadap umat Islam.
Komentar tersebut diikut seruan pemboikotan produk Perancis setelah Macron membela hak untuk menggunakan gambar tersebut, dalam konteks kebebasan berekspresi.
Menteri Dalam Negeri Perancis mengatakan, kemungkinan akan terjadi lebih banyak serangan militan. Pada Sabtu (31/10/2020), ketika seorang pendeta Ortodoks ditembak dan terluka di Lyon, Perancis.
Pelaku ditangkap, namun hingga kini belum diketahui motif serangan tersebut dan pihak berwenang masih melakukan penyelidikan.
Apa yang dikatakan Macron sehingga menyulut kemarahan umat Islam? Macron mengatakan, dia meyakini bahwa reaksi keras dari negara-negara Muslim karena orang-orang telah salah memahami bahwa dia mendukung kartun itu.
"Saya memahami sentimen yang diungkapkan. Tapi Anda harus memahami tugas saya sekarang, yakni melakukan dua hal: untuk menenangkan kondisi dan juga melindungi hak-hak ini," katanya, merujuk pada hak berekspresi bagi mereka yang menciptakan kartun tersebut.
"Saat ini di dunia ada orang yang mendistorsi Islam dan dengan mengatasnamakan membela agama, mereka membunuh, mereka membantai... saat ini ada kekerasan yang dilakukan oleh gerakan dan individu ekstremis yang mengatasnamakan Islam."