Merajut Asa Tulang Punggung Keluarga, Melihat Pelaku UMKM yang kembali Bangkit di Masa Pendemi
Senyum ramah menyambut kami ketika menyambangi rumah Eka Yunalia di Jalan AKBP H Umar, Nomor 598, Ario Kemuning, Palembang.
Penulis: Rahmaliyah | Editor: Welly Hadinata
Jadi, dia yang bantu cari uang sembari suaminya cari pekerjaan lain. Mereka semua menggantungkan harapan besar agar usaha ini tetap bertahan. Kalau usaha saya tutup nasib mereka bagaimana," ujar ibu dua anak itu
Meskipun omset jualan menurun drastis namun soal kewajibannya membayar upah para pegawai tetap dirinya penuhi.
Tapi bukan dengan cara menyekolahkan aset agar dapat tambahan modal, Eka justru putar otak dengan berinovasi layanan, produk dan cara pemasaran sehingga ia berhasil bertahan hingga sekarang dan tetap bisa mendapatkan pemasukan.
Bahkan, Eka juga kerap memposting proses produksi pempeknya ke akun media sosial, dimana para pegawainya menerapkan standar kebersihan dan protokol kesehatan seperti pakai masker, cuci tangan, dll agar konsumen semakin yakin terhadap produk yang ia jual
"Alhamdulillah walau sedang sepi, upah mereka masih saya bayarkan. Saya juga karena tidak ada pinjaman jadi tidak pusing untuk bayar angsuran. Pegawai yang bantu di dapur produksi upahnya Rp 300 ribu perorang/Minggu. Sementara di OPI Mall Rp 1 Juta perbulan. Semua tertutupi dari pesanan online dan pengiriman pempek frozen ke luar kota,"tuturnya.
Itu baru sebatas upah pegawai, dalam kondisi usaha yang belum stabil ia juga tetap harus menyiapkan biaya operasional sewa tempat, bahan baku jualan, listrik dan hingga tagihan air bersih miliknya yang membengkak dua kali lipat dari biasanya.
Namun, ia bersyukur keikutsertaannya dalam Asosiasi Pengusaha Pempek (ASPPEK) Sumatera Selatan ternyata mempertemukannya dengan PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Bank Sumsel Babel.
Pendampingan yang diberikan BSB diakuinya sangat komprehensif dalam membantu UMKM untuk bangkit dari keterpurukan dampak pandemi Covid-19.
"BSB punya banyak cara untuk bantu UMKM seperti kami bangkit. Mereka mau akomodir apa yang kita butuhkan. Contoh kecil saja, mereka bantu kami lewat kerjasama promosi dan diskon, QRIS, bantu Vakum, pengurusan halal dll. Sejauh ini yang benar-benar bantu saya adalah BSB, usaha kami pernah diikutsertakan saat ada event seperti percontohan untuk pengenalan transaksi QRIS di Palembang," katanya.
Diakuinya, dulu brand usahanya tak begitu dikenal masyarakat. Tetapi setelah kenal dengan produk layanan QRIS BSB, banyak konsumen yang justru memilih melakukan pembayaran menggunakan QRIS karena bisa mendapatkan banyak promo menarik.
"Selain itu, kami juga sering kerjasama untuk paket promo BSB misal Harga merdeka bayar Rp 75 pakai QRIS BSB Mobile," katanya.
Hanya saja, menurutnya edukasi dan sosialisasi terhadap penggunaan QRIS harus lebih masif. Pasalnya, dirinya masih mendapati konsumen yang ia tawarkan untuk bayar pakai QRIS BSB Mobile mengaku belum mempunyai aplikasi berbasis kode QR melalui aplikasi mobile banking BSB itu.
"Inilah yang harus ditingkatkan, pemahaman masyarakat pakai QRIS sejauh ini masih rendah. memang perlu lebih gencar lagi edukasi masyarakat.
Mereka yang tak punya QRIS masih pakai uang cash. Padahal, pakai QRIS ini lebih mudah tanpa bersentuhan cukup scan kode QR. Penggunaan uang cash juga berkurang pasti," jelasnya.
Menariknya, menurut Eka BSB punya trik jitu agar semua transaksi menggunakan QRIS. Dimana, semua pelaku UMKM yang difasilitasi proses pengurusan Halal juga turut dibukakan tabungan.