Berita Muaraenim
Melihat Tambang Batu Bara di Muaraenim yang Tewaskan 11 Penambang, Jalan Kaki Lintasi Tanah Merah
Lokasi penambangan batu bara di Desa Penyandingan, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan
Penulis: Bayazir Al Rayhan | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM, MUARAENIM - Lokasi penambangan batu bara di Desa Penyandingan, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan sudah dipasang garis kepolisian oleh petugas.
Namun, sebelum sampai ke lokasi pertambangan, medan jalan yang dilalui pun tidaklah mudah, kami harus menempuh jarak sekitar tiga kilometer.
Tak hanya jarak yang jauh, medan jalan pun sulit dilalui.
Masyarakat harus berjalan kaki untuk bisa sampai ke lokasi penambangan ilegal tersebut.
Tumpukan batu bara dan perkebunan menjadi pemandangan tim untuk menuju lokasi.
Kemudian masyarakat harus melewati perkebunan karet warga.
Mulai dari perkebunan ini, jarak tempuh yang dilalui pun tidak mudah dikarenakan tekstur tanah merah, membuat akses jalan ketika musim hujan sulit dilalui.
Tak cukup sampai disitu, jalan tidak rata dan ada tanjakan.
Kondisi ini diperparah dengan tekstur tanahnya pada saat musim hujan seperti ini licin.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 15 menit lamanya, barulah rombongan sampai di pertambangan batu bara yang menewaskan 11 orang penambang tersebut.
Lokasi tambang pun dikelilingi hutan belantara dengan pohon-pohon tinggi berada di sekitarnya.
Setibanya di lokasi pertambangan, terlihat posisi tambang batu bara tersebut seperti jurang yang kedalamannya diperkirakan lebih dari 10 meter.
Tepatnya di lokasi ini 11 orang penambang tertimbun longsor pada Rabu (21/10/2020).
Lokasi kejadian yang memiliki kedalaman sekira lebih dari 10 meter ini saat ini digenangi oleh air.
Dikarenakan hujan semalaman yang terjadi di Muaraenim.
Tak hanya tampak seperti jurang, disekitaran lokasi yang luasnya kurang lebih satu hektar ini pun tampak tumpukan tanah yang diketahui merupakan tanah hasil kerukan tambang tersebut.
Aktivitas pertambangan di lokasi ini pun semakin terlihat nyata dengan adanya pondok-pondok yang berdiri disekitaran lokasi pertambangan.
Bukan hanya di lokasi kejadian yang menewaskan 11 orang penambang, disebelahnya pun juga tampak adanya bekas galian pertambangan batu bara yang cukup dalam dan bekas pertambangan seperti terpal hitam dan kayu-kayu yang terpasang di lokasi.
Tumpukan batu bara yang sudah berbungkus karung pun terlihat sudah berjajaran dan siap diangkat.
Namun saat ini belum terlihat adanya aktivitas penambang yang melakukan penambang batubara di area ini.
Kronologi Kejadian
Sedikitnya 11 orang pekerja tambang batu bara rakyat di Desa Tanjung Lalang Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muaraenim, tewas tertimbun longsor, Rabu (21/10) siang.
Mereka tertimbun dinding tanah sedalam 8 meter.
"Iya ada yang tertimbun tanah longsor dan meninggal dunia, sudah dievakuasi semua dan dibawa keluarga ke rumah masing-masing untuk disemayamkan," kata Kapolres Muaraenim AKBP Donni Eka Saputra dihubungi dari Palembang, Rabu.
Dari informasi, sebelum kejadian ada sekitar 14 pekerja sedang membuat jalan masuk untuk tambang batubara.
Ada yang di bawah dan sebagian lainnya berada di atas.
Ketika sedang bekerja, tiba-tiba tanah di tebing sebelah kanan jalan tersebut longsor dan menimbun para pekerja yang selamat.
Melihat hal tersebut beberapa pekerja yang selamat memberitahu rekan-rekannya dan bersama-sama memberikan pertolongan.
Sementara itu proses evakuasi berlangsung selama tiga jam menggunakan alat berat dan semua korban dapat dievakuasi pada Rabu sore ke puskesmas terdekat.
Tim kepolisian mengidentifikasi masing-masing korban sebelum diserahkan ke keluarga.
Kapolres Muaraenim AKBP Donni Eka Syaputra menyatakan, pihaknya telah memeriksa tiga saksi yang melihat saat kejadian.
Kemudian di lokasi kejadian telah memberikan garis police line untuk menutup sementara lokasi tambang dan melarang warga untuk melakukan aktifitas penambangan terutama pihaknya sedang melakukan penyelidikan.
Saat ini, lanjut AKBP Donni, semua korban sudah dilakukan tindakan medis oleh Pihak Puskesmas Tanjung Agung dan telah diserahkan kepada keluarga korban untuk dibawa ke rumah duka.
Untuk korban yang berdomisi di luar daerah, telah dijemput oleh pihak keluarga dan dibawa menuju rumah kediamannya.
Sementara Kapolsek Tanjung Agung AKP Faisal Pangihutan Manulu menyatakan bahwa disekitar lokasi memang banyak aktivias penambangan batu bara yang dikelola warga.
Namun tambang tersebut tergolong ilegal dan sudah sering diingatkan pihak kepolisian agar tak dilakukan pembangan.
"Kalau selama saya jadi kapolsek baru ini ada kejadian tertimbun. Tapi dari keterangan warga dulu sudah pernah ada kejadian serupa," kata AKP Faisal menambahkan.
Tambang Ditutup
TERKAIT peristiwa longsornya tambang batu bara rakyat, Rabu (21/10) siang, Plt Bupati Muaraenim Juarsah, menegaskan terhitung hari ini (Kamis, 22/10) menghentikan seluruh aktivitas tambang ilegal yang ada.
Ia meminta pemilik lahan untuk menyetop melakukan penambangan.
"Dengan adanya kejadian ini saya tegaskan, bagi pemilik lahan tambang ilegal untuk menghentikan aktivitas di tambang ilegal sampai ada proses lebih lanjut dari penegak hukum, mengingat kejadian hari ini, korbannya tidak sedikit, dan kepada pihak berwajib saya harap bisa mengusut tuntas peristiwa ini," katanya, Rabu (21/10).
Pihak Pemkab Muaraenim juga menghimbau masyarakat, untuk lebih waspada mengingat saat ini rawan terjadinya bencana longsor dan banjir dikarenakan musim penghujan ini.
"Jadi masyarakat harus lebih hati-hati dimana saja berada, mengingat kondisi cuaca yang terkadang ekstrem ditengah musim penghujan," pungkasnya.
