Kopi Sumsel Banyak Mengalir ke Provinsi Tetangga, Serapan Lokal Masih Rendah
Produksi kopi Sumsel banyak mengalir ke provinsi tetangga. Kurangnya fasilitas distribusi untuk ekspor salah satu faktor penyebab
Penulis: Jati Purwanti | Editor: Azwir Ahmad
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Provinsi Sumatra Selatan tercatat memiliki luas areal kopi 250.354 ha dengan produksi 163.868 ton biji kopi kering. Namun, luasnya areal dan tingginya produksi kopi ini tidak sebanding dengan serapan di pasar lokal yang masih rendah.
Menurut Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (P2HP), Rudi Arpian, rendahnya penyerapan kopi di Sumsel karena kopi produksi lokal banyak dijual ke provinsi tetangga, Lampung.
Hal ini karena distribusi kopi dari enam daerah penghasil kopi di Sumsel yaitu kota Pagaralam, Muara Enim, Lahat, Ogan Komering Ulu Selatan, Empat Lawang dan Musi Rawas terkendala akses distribusi berupa fasilitas pelabuhan untuk ekspor.
"Sebenarnya, sudah ada beberapa pengusaha yang telah mengekspor kopi dari pelabuhan Boom Baru tapi tidak banyak atau hanya sekitar 108 ton jika dibandingkan dengan produksi kopi kita," kata Rudi,dalam acara Coffee Talk dengan tema 'Bela, Beli dan Minum Kopi Sumsel' di Atrium PS Mall, Minggu (18/10/2020).
Rudi menjelaskan, dari sisi kualitas produk kopi petani Sumsel saat ini sudah mulai membaik karena rata-rata petani telah melakukan panen dengan pola petik merah.
"Sekitar 50 persen petani sudah melakukan pola petik merah. Tetapi, kalau pasarnya masih tidak ada, ditakutkan petani akan kembali ke pola awal, petik pelangi," ujarnya.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perdagangan Sumsel, Iwan Gunawan, mengatakan, untuk mendorong penyerapan kopi Sumsel, pemerintah pun mengimbau pengusaha hotel dan restoran untuk menyediakan kopi produksi lokal.
"Seperti di Griya Agung, kopi Sumsel sekarang sudah menjadi minuman wajib. Harapannya lebih banyak lagi promosi supaya kopi kita semakin dikenal," jelas Iwan.
Tak hanya itu, Iwan menyarankan UKM kopi pun dapat mengemas produk kopi dengan kemasan yang menarik dan dapat langsung seduh sehingga memantik minat peminum kopi.
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumsel, Herlan Asfiuddin, menjelaskan, pengusaha hotel dan restoran yang ada di Sumsel telah siap bekerja sama untuk menyerap berbagai produk kopi lokal yang dihasilkan petani.
Bahkan, sejumlah hotel saat ini juga telah menjual berbagai produk khas Sumsel seperti kain tradisional, makanan, hingga berbagai merk kopi lokal.
"Ini memang terus kami galakkan supaya orang lebih mengenal tentang kopi Sumsel bukan kopi Lampung yang sebagian besar produk kopinya berasal dari Sumsel," kata Herlan.
Sementara itu, penggiat kopi Sumsel, M Yazali, mengatakan, saat ini kopi yang mampu diserap oleh kedai kopi di Sumsel pun belum banyak padahal saat ini tercatat ada ribuan kedai kopi yang tersebar di kabupaten dan kota di Sumsel.
Tak hanya itu, menurut Yazali, semestinya ada pemetaan kopi Sumsel agar masyarakat luar Sumsel dapat lebih mengenal kopi Sumsel.
Baca juga: Perhitungkan Risiko Covid-19, Jauhari Johan Absen Dalam Ajang Borobudur Marathon November 2020
Baca juga: Muara Belida Jadi Kawasan Pengelolaan Perikanan Air Tawar Terpadu di Indonesia
Baca juga: 25 Pelajar di Muaraenim dapat Beasiswa Bidiksiba dari PTBA
"Belum ada data penyerapan karena masih belum ada laporan. Pemilik kedai kopi masih acak dalam melakukan pembelian," katanya.(mg3)
