Kisah Idris Juru Pemelihara Candi di OKU Selatan, Pria 60 Tahun Ini Sudah 27 Tahun tidak Dapat Honor
lelaki berusia 60 tahun itu sudah secara turun temurun menjaga area Candi Batu Lesung sejak tahun 1992 hingga saat ini.
Penulis: maya citra rosa | Editor: Refly Permana
Laporan wartawan Sripoku.com, Maya Citra Rosa
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Rombongan dari Museum Negeri Susel Balaputra Dewa melihat langsung koleksi Candi Jepara dan Batu Kursi yang ada di Desa Jepara, Kecamatan Buay Pematang Ribu Ranau Tengah, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatra Selatan.
Dalam kesempatan ini, rombongan disambut oleh seorang pria tua yang merupakan Juru Pelihara Candi, Idris Ibrahim.
Kepala Museum Negeri Sumsel Balaputera Dewa, Chandra Ampriyadi, mengatakan bahwa tidak seperti juru pelihara daerah lainnya, Idris selama ini kurang diperhatikan oleh balai yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan cagar budaya.
Baca juga: Rizky Billar Beberkan Penyebab Ambruk di Atas Panggung, Raffi Ahmad Disalahkan, Ternyata Gegara ini!
"Nanti akan kita sampaikan bahwa bapak Idris juga harus mendapatkan honor kesejahteraan," ujarnya.
Saat diwawancarai, lelaki berusia 60 tahun itu sudah secara turun temurun menjaga area Candi Batu Lesung sejak tahun 1992 hingga saat ini.
Namun mirisnya, sudah hampir 27 tahun sejak tahun 1993 dia tidak nendapatkan gaji honor dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi.
Padahal, Idris mempunyai SK pengangkatan sebagai juru pelihara terakhir pada Tahub 2012 lalu.
Baca juga: Ratu Dewa Lantik Ratusan Kepala Sekolah di Palembang, Tidak Punya NUKS tak Bisa jadi Kepsek
"Tapi saya sejak tahun 1993 tidak dapat honor kesejahteraan," ujarnya Idris.
Menurut sejarah, Candi Batu Kursi terletak di pinggir Desa Jepara, tidak jauh dari tempat beradanya situs Batu Kebayan.
Batu tersebut berbentuk sebuah kursi yabg terkenal di daerah ini, menurut cerita orang tua, batu ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu, siapa dan untuk apa batu itu tidak ada yang tahu persis penyebabnya.
Menurut cerita, pada zaman dulu ada raja, permaisuri, dan putra raja setiap hari mandi di Danau Ranau.
Baca juga: Anak Buah Ditangkapi, Gatot Nurmantyo Tuding Polri Bangun Opini Tendensius Terhadap KAMI
Kemudian setelah berganti dan menuju pulang mereka beristirahat pada sebuah kursi yang saat ini menjadi batu.
Menurut Idris, Candi batu lesung, seringkali dikunjungi wisatawan baik lokal dan mancanegara.
"Sudah ada sejak nenek moyang, turun temurun ke cucu, hingga ke saya," ujarnya.