Virus Corona di Sumsel

Angka Kematian Covid-19 di Sumsel Tinggi, IDI Sarankan Pilkada Ditunda

Kasus kematian akibat Virus Corona atau Covid-19 di Sumsel masih di atas angka rata-rata nasional yakni 5,7 persen.

Penulis: Odi Aria Saputra | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM / ANTON
Ilustrasi Pilkada di Sumsel 

Laporan wartawan sripoku.com, Odi Aria

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Kasus kematian akibat Virus Corona atau Covid-19 di Sumsel masih di atas angka rata-rata nasional yakni 5,7 persen.

Melihat statistik yang masih bisa tinggi tersebut, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumsel menyarankan agar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Bumi Sriwijaya ditunda sementara.

Ketua IDI Sumsel, dr Rizal Sanif SpOG
mengatakan hingga saat ini kasus sebaran pasien positif pun diyakini masih terus terjadi.

Jika Pilkada masih tetap dipaksakan, dikhawatirkan dapat membuat sebaran Corona semakin masif lantaran akan rawan terjadi perkumpulan massa dalam jumlah banyak.

"Pilkada itu akan ramai massa berkumpul, jika masih dipaksakan tentunya akan berdampak terhadap angka penularan yang lebih tinggi lagi," katanya, Minggu (4/10/2020).

Kasus Baru Covid-19 di Palembang Bertambah 27 Orang, Sembuh 31 Orang, Kecamatan Sukarami Tertinggi

Seperti diketahui di Sumsel, ada tujuh wilayah yang melakukan pilkada serentak yakni Ogan Ilir, Pali, OKU Selatan, OKU, OKU Timur, Musi Rawas dab Musi Rawas Utara.

Dari ketujuh wilayah itu hingga kini belum ada yang berstatus zona hijau.

Rizal menilai, ketujuh daerah yang akan selenggarakan pilkada masih ada sebaran kasus positif terjadi setiap harinya.

Selain itu, wilayah yang melaksanakan pilkada sejauh ini belum memiliki fasilitas kesehatan (faskes) yang memadai mulai dari tenaga spesialis hingga peralatannya.

IDI Sumsel pun sangat mengkhawatirkan apabila terjadi peningkatan kasus virus corona di saat pilkada.

Tentunya tenaga medis di daerah pilkada bakal kewalahan menangani para pasien lantaran fasilitas kesehatan belum memadai.

"Jika ada peningkatan kasus, bagaimana penanganannya. Kalau rumah sakit saja fasilitasnya kurang lengkap.

Nantinya, pasien yang dibawa ke RS kondisinya sudah berat dan sulit ditangani. Dampaknya angka kematian bisa meningkat," jelasnya.

Pakar Epidemiologi Universitas Sriwijaya, Iche Andriany Liberty menambahkan untuk pelaksanaan pilkada seharusnya boleh dilakukan jika positivity rate Sumsel sudah di bawah angka lima persen.

Kondisi ini justru ditakutkan akan menimbulkan sebaran kasus positif baru.

Hingga tanggal 21 September lalu positivity rate Sumsel masih di angka 27,15 persen.

"Di luar negeri positif ratenya sudah turun, baru melakukan pesta demokrasi.

Untuk itu perlu ketegasan untuk paslon yang mengumpulkan massa diberi sanksi di masa pandemi ini," ungkapnya. (Oca)

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved