Berita Palembang
Mengenal Sejarah Tanjak Khas Palembang, Sudah Ada Sejak Abad Ke-8 Kerajaan Sriwijaya
Tanjak merupakan sebuah ikat kepala yang biasa digunakan masyarakat Melayu sebagai tanda dan ciri khas dari masyarakat yang berdiam di sana.
Penulis: Shafira Rianiesti Noor | Editor: Welly Hadinata
SRIPOKU.COM - Bila mendengar tentang Kota Palembang, tentu banyak budaya yang menjadi saksi sejarah Ibukota Sumatera Selatan ini.
Misalnya saja pakaian yang menjadi warisan budaya Kota Palembang.
Salah satu bagian dari pakaian tersebut ialah tanjak.
Tanjak merupakan sebuah ikat kepala yang biasa digunakan masyarakat Melayu sebagai tanda dan ciri khas dari masyarakat yang berdiam di sana.
Di Palembang sendiri, tanjak biasanya kerap dikenakan di dalam acara-acara penting, misalnya saja pernikahan, acara pemerintahan ataupun acara adat.
Biasanya tanjak yang dikenakan berbahan dasar songket dan berbentuk segitiga.
Namun ternyata tanjak sendiri memiliki banyak jenis dan motif bahkan tanjak juga ada yang berbahan dasar batik.
Menurut Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin tanjak sudah mulai dipakai sejak abad ke-8 Kerjaan Sriwijaya.
"Menurut sebuah prespektif, konon katanya orang - orang Melayu Sriwijayalah yang pertama kali menggunakan tanjak dalam keseharian mereka," Ujar Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin saat menjadi narasumber di Sumsel Virtual Fest 2020 di Sripoku TV dan Tribun Sumsel, Jumat (2/10/2020).
Lebih lanjut Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin juga menjelaskan bila adanya lipatan kain di tanjak memiliki filosofi sendiri.
"Biasanya lipatan di tanjak berjumlah ganjil," ujarnya.
Selain itu Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin juga menyebut banyak jenis dan motif tanjak yang biasa dikenakan.
Salah satu contohnya, tanjak yang dikenakan saat berperang tak ada lipatan khusus.
"Tanjak yang digunakan pemuda untuk berperang tak ada lipatan khusus, jadi tanjak yang dikenakan bermodel simpel (hanya berbentuk segitiga saja," ujarnya.
Mengingat tanjak merupakan salah satu warisan sejarah Palembang, Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin pun menghimbau agar warisan sejarah tersebut tak dilupakan.
"Karena sejarah sudah ada sebelum kita lahir, jadi jangan pernah malu untuk tetap mengingat budaya," ujarnya.
• Tak Banyak Yang Tahu, Ternyata Begini Asal Usul Sungai Tawar di Palembang Menurut Para Tokoh
• Mengenal Ketan Kunyit Panggang Ayam, Makanan Tradisional Khas Palembang Saat Nikahan & 7 Bulanan

Sementara itu ditemui di kesempatan yang sama, Muhammad Heri Sutanto selaku peminat tanjak khas Palembang, juga menjelaskan beberapa filosofi tentang tanjak.
Salah satunya, tanjak sendiri merupakan singkatan dari Tanah Injak.
"Jadi tanjak sendiri memiliki banyak filosofi dan arti, salah satunya dari namanya sendiri," ujar Muhammad Heri Sutanto.
"Tanjak merupakan singkatan dari tanah injak yang dijunjung di kepala, yang berati dimana tanah diinjak disitulah kita menyanjung tempat tersebut,"lanjutnya.
Lebih lanjut, Heri menyebut tanjak sendiri merupakan simbol bila ia terus menjunjung kota Palembang.
"Saya mengenakan tanjak, untuk menjunjung sejarah Kota Palembang, dimana ini merupakan salah satu warisan budaya," ujarnya.
Sama dengan Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin, Heri juga mengingatkan agar kaum milenial tak malu untuk terus menyukai warisan budaya.
"Bila perlu anak-anak muda bisa mengenakan tanjak kapan saja, misalnya saja saat sedang berkumpul bersama," tutupnya.
• Raperda Cagar Budaya Dinilai Terlambat, Warisan Sejarah dan Budaya Terbengkalai Bahkan Hilang
• Tanjidor, Musik Khas Kesenian Betawi, Masih Eksis dan Acap Mangung di Acara Tertentu Sampai Hari Ini