Virus Corona di Sumsel

Curhat Orangtua di Palembang Selama Dampingi Anak Belajar Jarak Jauh, Kesal hingga Terpancing Emosi

Sejak pandemi Covid-19 terjadi, kegiatan belajar mengajar tatap muka dihentikan dan beralih ke sistem pelajaran jarak jauh

Penulis: Rahmaliyah | Editor: Yandi Triansyah
kompas.com
Ilustrasi daring 

Laporan wartawan Sripoku.com, Rahmaliyah

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Sejak pandemi Covid-19 terjadi, kegiatan belajar mengajar tatap muka dihentikan dan beralih ke sistem pelajaran jarak jauh atau dikenal dengan istilah dalam jaringan (daring).

Imbasnya, muncul persoalan baru yang berdampak negatif pada psikologis anak dan juga orangtua.

Untuk anak menjadi tidak begitu maksimal menerima materi selama PJJ, karena keterbatasan interaksi sosial dan lain sebagainya.

Sementara orangtua bukan tak ikut merasakan dampaknya.

Mereka juga mengaku hampir enam bulan ini mulai jenuh dan tak maksimal mendampingi anak dalam pemberian materi dari guru mereka melalui daring.

Noura Harun, salah seorang wali murid SD IGM Palembang menceritakan, meski pendidikan bukan hanya tanggung jawab guru/pihak sekolah, namun orangtua juga memiliki peran untuk mendukung susksesnya pendidikan anak-anak.

Tetapi, kondisi daring yang masih terus dijalankan saat ini mulai menimbulkan rasa khawatir apakah materi pelajaran yang diberikan benar-benar dipahami oleh anak.

Pengamat Pendidikan: Khawatir Semangat dan Mentalitas Belajar Siswa Menurun dengan Belajar Daring

 

Guru dan Siswa di Palembang Belum Terima Kuota Internet dari Kemendikbud untuk Belajar Jarak Jauh

"Kita memang mendampingi mereka , cuma apakah betul anak-anak memahaminya itu yang dipertanyakan.

Beda cerita bila materi itu disampaikan langsung oleh guru yang membidangi. Apalagi tak semua orang tua memiliki basic pendidikan yang mumpuni," jelasnya.

Disisi lain, selama PJJ anak-anak juga diberikan tugas yang cukup banyak untuk diselesaikan.

Mereka pun menjadi lebih sering mengeluh sementara orang tua yang membantu dalam proses belajar juga dibuat kesal karena pola sang anak menjadi lebih manja.

"Sering juga kesal terpancing emosi. Tapi kita tahan amarah karena kan tak baik juga bagi psikologis anak.

Semuanya karena sama-sama sudah jenuh, anak-anak sudah lama tak ketemu kawan sekelasnya.

Belum lagi orang tua juga pasti ada kesibukan pekerjaan jadi tak maksimal untuk selalu mendampingi belajar," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Palembang, Ahmad Zulinto mengimbau kepada orang tua dalam membimbing anak belajar secara virtual untuk lebih bersabar.

"Harus kita akui Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini disebabkan oleh musibah Covid-19 yang melanda.

Sekarang, pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab guru saja tapi juga orang tua, pemerintah, dan masyarakat," ungkapnya.

Menurutnya, walaupun orang tua tidak mampu ataupun sedikit kesal jangan dipaksakan, apalagi sampai memukul dan sebagainya.

"Ya mari kita bersabar jangan seolah-olah dipaksakan, anak-anak diajak bermain di rumah dengan kesenangan, jangan di pukul.

Kami saja cubit siswa dituntut (lapor polisi) oleh orang tua murid. Sekarang banyak orang tua yang dilaporkan anaknya karena memukuli mereka," katanya.

Agar hal serupa tidak terjadi, ia mengajak orang tua sama-sama mendidik anak di masa pandemi dari rumah.

Zulinto menambahkan, ia juga berpesan kepada guru-guru sekolah untuk tidak memberikan beban yang berat kepada siswa.

"Saya sudah menyampaikan kepada guru janganlah diberi beban yang berat, soal 3 sampai 5 cukup.

Kondisi ekonomi sudah sangat sulit jangan membuat beban dengan materi siswa yang banyak dan sulit," tutupnya. (cr26)

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved