Virus Corona di Sumsel
Penderita HIV AIDS di Palembang Capai 192 Orang, Berisiko Tinggi Terpapar Covid-19, Ini Kata Dinkes
Penderita HIV-AIDS termasuk dalam kelompok berisiko penularan Covid-19 di Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).
Penulis: maya citra rosa | Editor: Yandi Triansyah
Laporan wartawan Sripoku.com, Maya Citra Rosa
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Penderita HIV-AIDS termasuk dalam kelompok berisiko penularan Covid-19 di Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel).
Meski dalam data Dinkes Kota Palembang belum ada penderita Covid-19 di Palembang yang juga memiliki riwayat HIV-AIDS tertular.
Jubir Dinas Kesehatan Kota Palembang, Yudhi Setiawan, mengatakan, orang terkena HIV-AIDS termasuk kelompok yang berisiko terpapar Virus Corona.
Karena daya tahan tubuh atau imunitas orang tersebut sangat lemah dibandingkan orang yang sehat.
Sehingga harus menjalankan protokol kesehatan secara ketat selama masa pandemi saat ini.
Data Dinkes Palembang, kasus HIV-AIDS di Palembang pada Januari hingga Juni 2020 berjumlah sebanyak 192 orang.
Dimana 124 orang diantaranya terkena HIV, dan sebanyak 68 orang lainnya masuk dalam fase AIDS.
Jumlah tersebut masih sedikit dibandingkan dengan total kasus HIV-AIDS pada Tahun 2019 di Kota Palembang sebanyak 268 orang.
Menurut Yudhi, jumlah antara tahun 2020 dengan tahun 2019 nampak seperti mengalami penurunan.
Namun nyatanya, pendeteksian terhadap penderita HIV AIDS di Palembang pada tahun 2020 tidak maksimal karena adanya wabah Covid-19.
• Belum Tau Terpapar dari Mana, Seorang Warga Pagaralam Positif Covid-19, Total 2 Orang Pasien Corona
• Peduli Penangan Pasien Covid-19, Astra Group Kembali Donasikan 50 Ventilator
Pandemi Covid-19 juga menyebabkan terhentinya proses Voluntary Counselling and Testing (VCT) pada tahun 2020 ini sejak Maret hingga Juli lalu.
Barulah sejak Agustus 2020 tim yang berasal dari lembaga sosial yang bergerak dalam bidang HIV-AIDS kembali melakukan screening.
“Pada tahun 2020 jumlah penderita HIV-AIDS seolah-olah berkurang, padahal belum dapat dipastikan apakah kasusnya turun atau tidak,” ujarnya, Minggu (27/9/2020).
Penurunan kasus HIV-AIDS dapat terjadi jika orang yang berisiko terkena dapat merubah perilakunya.
Seperti berhenti bergonta-ganti pasangan seks atau seks bebas, seks menyimpang atau LGBT, konsumsi narkoba dengan jarum suntik dan lain sebagainya.
Hal ini karena 80 persen penularan HIV-AIDS berasal dari hubungan seks yang tidak sehat, 20 persen lainnya penularan melalui jarum suntik yang tercemar, ibu hamil ke anaknya, cairan darah dan sebagainya.
“Orang HIV yang tidak merubah perilaku, maka orang tersebut akan mudah masuk ke fase AIDS, yang dimana di HIV tidak ada gejala tapi timbul gejala saat masuk ke fase AIDS,” ujarnya.
Banyak gejala yang ditimbulkan saat orang memasuki fase AIDS, gejala tersebut dapat membuat imunitas tubuh menurun, sehingga berbagai penyakit infeksi, virus dan bakteri mudah masuk ke tubuh.
“Bagi orang HIV-AIDS yang kemudian berada dekat dengan orang TBC dan hepatitis, maka dia akan mudah tertular, karena imunitasnya sangat lemah untuk menangkal virus dan bakteri yang berada di sekitar diriya,” ujarnya.
Bahkan, penderita HIV-AIDS juga rentan terhadap penularan Covid-19, yang seperti diketahui, bahwa Virus Corona sangat mudah masuk hanya melalui droplet, sehingga memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan penting untuk dilakukan secara ketat.
“Orang HIV-AIDS sebenarnya harus benar-benar dijaga dari risiko penularan Covid-19, menjalankan protokol kesehatan,” ujarnya.
Pada Agustus 2020, tim kembali melakukan penelusuran ke beberapa titik risiko HIV-AIDS yang menghasilkan sejumlah orang terdeteksi, antara lain jumlah kasus HIV menurut jenis kelamin dan kelompok umur bulan Januari-Juni 2020, pada usia 15-19 tahun ada dua olaki-laki dan satu perempuan.
Usia 20-24 tahun sebanyak 28 laki-laki dan 17 perempuan, usaia 25-49 tahun sebanyak 51 laki-laki dan 21 perempuan, dan diatas 50 tahun sebanyak 4 laki-laki.
Sedangkan penderita AIDS berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur bulan Januari-Juni 2020 yaitu pada usia 15-19 tahun ada satu orang perempuan, usia 20-29 tahun sebanyak 18 laki-laki dan 1 perempuan, usia 30-39 tahun sebanyak 22 laki-laki dan 8 perempuan, usia 40-49 tahun sebanyak 10 laki-laki, dan 50-59 tahun sebanyak 8 orang laki-laki.
Sehingga totalnya sebanyak 68 orang terjangkit AIDS di tahun 2020.
Bahkan angka kematian akibat AIDS juga bertambah sebanyak 8 orang.
Setelah pendeteksian, orang-orang yang dinyatakan positif HIV-AIDS harus bersedia menjalani proses pengobatan dan konseling mengenai HIV-AIDS.
"Kita akan terus melakukan Mobil VCT menjangkau lokasi-lokasi berisiko, diharapkan mereka melakukan tes dan ketika dinyatakan positif mau menjalani pengobatan," ujarnya.