Meski Harga Merangkak Naik, Masih Ada yang Dikeluhkan Petani KAret di PALI, Percuma Harga Naik

Harga getah karet kualitas mingguan di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) merangkak naik nyaris mencapai harga Rp 8.000 per kilogram.

Penulis: Reigan Riangga | Editor: Refly Permana
sripoku.com/reigan
Para petani karet di Desa Persiapan Jerambah Besi Kecamatan Talang Ubi Kabupaten PALI saat berada di pasar getah 

Laporan wartawan Sripoku.com, Reigan Riangga

SRIPOKU.COM, PALI - Harga getah karet kualitas mingguan di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) merangkak naik nyaris mencapai harga Rp 8.000 per kilogram.

Namun begitu, petani karet di Bumi Serepat Serasan nampaknya masih harus mengencangkan ikat pinggang untuk menghemat pengeluarannya dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Sebab, meski harga ketah karet mulai merangkak naik, namun produksi getah petani kian hari semakin merosot akibat saat ini berada di puncak musim kemarau yang berimbas pohon karet alami gugur daun.

Warga Positif Covid-19 di Muratara Bertambah 3 Orang, Total Sudah 32 Orang, Sembuh 26 Orang

"Harga getah minggu lalu hanya Rp 6.500/kg dan saat ini mencapai Rp 6.900/kg.

Tapi sekarang pohon karet sedang gugur daun, akibatnya getah yang keluar sangat sedikit," ujar Kaslani, salah satu petani asal Desa Jerambah Besi Kecamatan Talang Ubi, Selasa (8/9/2020).

Senada, diutarakan Gunawan, bahwa meski harga naik tapi produksi getah menurun lebih 50 persen.

"Saat normal, getah kami mencapai 100 kg/hektar, tapi saat ini hanya 48 kg/hektar. Jadi percuma harga naik karena pendapatan kami masih tetap belum mampu menutupi kebutuhan hidup," jelasnya.

Kunci Jawaban Tema 2 Kelas 5 Halaman 94, 95 dan 96, Sembilan Bahaya Kabut Asap dan Cara Mengatasinya

Sementara, Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) PALI, Edi Eka Puryadi, berkata bahwa pihaknya kerap menyarankan petani karet di Kabupaten PALI untuk memanfaatkan pekarangan rumah atau menanam palawija secara tumpang sari.

"Supaya tidak terpaku dengan hasil karet, coba manfaatkan pekarangan atau menanam tanaman jenis sayur-sayuran.

Minimal kita tidak membeli sayuran untuk menopang perekonomian keluarga," ujarnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved