Bayi 2 Tahun di Tanjung Pinang OI Sudah 6 Kali Kemoterapi, Anak Pandai Besi Divonis Kanker Tulang
Balita bernama Muhammad Iqmal Fariz ini mengalami pembengkakan tulang kering di bagian bahu kanan belakang.
SRIPOKU.COM, INDRALAYA - Seorang bayi berusia 2 tahun asal Desa Tanjung Pinang, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, divonis mengalami tumor scapula suspek sarkoma ewing atau kanker tulang.
Balita bernama Muhammad Iqmal Fariz ini mengalami pembengkakan tulang kering di bagian bahu kanan belakang.
Menurut orangtua, Iqmal pertama kali mengalami gejala tersebut pada Desember tahun lalu.
"Waktu itu anak saya demam panas, suhu badannya tinggi dan ada benjolan kecil di bahu kanan belakang," kata Nurbaiti, ibunda Iqmal, saat ditemui di kediamannya di Desa Tanjung Pinang, Kamis (27/8/2020).
• Kunci Jawaban Tema 2 Kelas 5 Hal 94-95 Pembelajaran 1 Subtema Memelihara Kesehatan Organ Pernapasan
Nurbaiti lalu membawa putranya berobat ke puskesmas setempat untuk mendapatkan perawatan.
"Namanya anak panas, kami dapat obat seperti Paracetamol, Amoxicillin. Sembuh, tapi besok-besoknya anak saya demam panas lagi dan kami berobat ke Puskesmas lagi sampai beberapa kali," kata Nurbaiti.
Sementara benjolan di bahu yang perlahan membesar, awalnya belum disadari orangtua Iqmal.
Setelah satu bulan kerap mondar-mandir Puskesmas, orang tua membawa Iqmal berobat ke Rumah Sakit Arroyyan di Indralaya, ibukota Ogan Ilir.
Berdasarkan hasil rontgen, Iqmal mengalami Lipoma atau tumor jinak berupa benjolan lemak yang tumbuh secara lambat di antara kulit dan lapisan otot.
• Ramalan Cuaca BMKG Besok, Jumat 28 Agustus 2020: Waspada Cuaca Ekstrem Ada Wilayah Hujan Seharian
"Ternyata itu dia benjolan di bahu anak saya. Tumor jinak kata dokter," ujar Nurbaiti didampingi suaminya bernama Syahril.
Nurbaiti dan suaminya lalu memutuskan membawa buah hati mereka ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ogan Ilir untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
Namun RSUD Ogan Ilir, kata Nurbaiti, tak mampu melakukan tindakan medis terhadap Iqmal sehingga bocah 2 tahun tersebut harus dirujuk ke Rumah Sakit Muhammad Hoesin (RSMH) Palembang.
Di sisi lain, pagu BPJS Kesehatan milik Nurbaiti telah habis dan harus segera dilunasi jika ingin putranya segera dirujuk.
"Sementara kalau mau pakai rujukan umum, jujur saya tidak punya uang. Untuk makan saja pas-pasan," ucap Nurbaiti.
Namun persoalan ini akhirnya teratasi setelah Pemerintah Kabupaten OI melalui Dinas Kesehatan mengeluarkan surat rekomendasi sehingga Iqmal dapat dirujuk menggunakan BPJS Kesehatan.
• KAPOLDA Sumsel Minta Peserta PKN Tingkat II Mampu Menunjukkan Kinerjanya dalam Memimpin Perubahan
Sehingga pada Maret lalu, serangakaian pemeriksaan terhadap Iqmal dilakukan di RSMH Palembang mulai dari rontgen hingga periksa darah.
Putra ketiga pasangan Syahril dan Nurbaiti ini lalu diperiksa oleh dokter bedah Ortopedi setelah sebelumnya dilakukan pemeriksaan citra resonansi magnetik atau MRI, Biopsi atau pemeriksaan jaringan tubuh hingga pengambilan sampel daging di bagian bahu kanan belakang Iqmal.
"Hasilnya, Iqmal divonis mengalami Tumor Scapula suspek Sarkoma Ewing atau kanker tulang," terang Nurbaiti.
Setalah divonis kanker tulang, Iqmal telah enam kali menjalani kemoterapi tahap pertama sejak April hingga Juni lalu.
• Berani Sematkan Cincin, Lesty Kejora Mendadak Tepis Momen Romantis, Rizky Billar Berseloroh: Aduuuh
Kini kedua orangtua Iqmal harap-harap cemas karena mereka harus menyetujui atau menentukan keputusan apakah putra mereka harus dioperasi atau lanjut kemoterapi.
"Paling lambat tanggal 1 September nanti kami harus putuskan apakah setuju Iqmal operasi pengangkatan tulang bahu atau lanjut kemoterapi," kata Nurbaiti dengan mata berkaca-kaca.
Kalaupun setuju operasi, lanjut wanita 34 tahun ini, dia tak tahu harus mendapatkan biaya dari mana karena Nurbaiti hanya seorang penenun kain kerajinan desa.
Sementara sang suami, Syahril, seorang pandai besi yang upahnya hanya untuk mencukupi makan sehari-hari.
"Dan juga kalau kemoterapi, tentunya perlu biaya banyak karena kami harus mondar-mandir ke Palembang. Belum lagi konsumsi Iqmal yang tidak bisa makan sembarangan," ujar Nurbaiti.
• Tahun Depan Pemkot Palembang Anggarkan Pembebasan Lahan Fly Over Simpang Sekip Angkatan 66
Konsumsi atau makanan yang dimaksud Nurbaiti ialah susu nutrisi yang hanya bisa didapatkan di apotek di Palembang.
"Untuk beli susu itu kami nyicil, cuma beli dua kotak dan harganya Rp 110 ribu. Kami tidak punya uang," kata Nurbaiti.
Di tengah dilema yang melanda jelang memutuskan tindakan medis terhadap Iqmal, Nurbaiti berharap ada uluran tangan dari siapapun yang peduli pada keluarga tersebut.
"Lidah saya sebenarnya kelu kalau bicara soal ini. Kami berharap ada bantuan baik dari pemerintah maupun dermawan demi kesembuhan anak kami," ucap Nurbaiti.