MANTAN Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo Sakit Hati, Sebut Bahaya Proxy War Jadi Ancaman Bangsa!

Mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo kembali muncul ke publik setelah sekian lama vakum

Editor: Welly Hadinata
Kolase Sripoku.com
Jenderal TNI Purn Gatot Nurmantyo, Panglima TNI 

Selain Din, tokoh lainnya yang ikut dalam koalisi yakni mantanPanglima TNI, Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo dan Ketua Khittah Nahdlatul Ulama (NU) 1926 Rochmad Wahab Mantan Menteri Kehutanan MS Ka'ban, mantan Ketua GNPF Bachtiar Nasir, Ketua Front Pembela Islam (FPI) Sobri Lubis, mantan Sekretaris Kementerian BUMN Muhammad Said Didu, Ahli Hukum Tata Negara Refly Harun, hingga Rocky Gerung juga turut dalam kegiatan itu.

KAMI dipimpin oleh tiga presidium, yakni Din Syamsuddin,Gatot Nurmantyo, dan Rochmad Wahab dan didukung oleh 150 deklarator lainnya.

Capres 2024

Ingin jadi Capres 2024? Gatot Nurmantyo disarankan tiru jejak Wiranto, SBY dan Prabowo Subianto yang berjuang dari nol.

Kemunculan kembali Eks Panglima TNI Gatot Nurmantyo menimbulkan sejumlah spekulasi.

Diketahui, Gatot Nurmatyo langsung memberi kritik tajam ke Pemerintahan Jokowi saat kembali tampil di publik.

Tak sedikit yang menyimpulkan mantan Panglima TNI ini sedang berupaya menjadi Capres 2024 nanti.

Mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo baru saja mendeklarikasikan dirinya sebagai satu di antara Presidium Koalisi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) di Tugu Proklamasi, Jakarta pada Selasa (18/8/2020).

Hal itu membuat Gatot Nurmantyo kembali jadi sorotan.

Bahkan Gatot Nurmantyo disebut tengah bermanuver menuju Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Dikutip dari Kompas TV pada Kamis (20/8/2020), Direktur EksekutifIndo Barometer, M Qodari mengatakan bahwa elektabilitas Gatot sendiri belum kuat.

Jika kuat maka dirinya pasti sudah dipinang oleh partai politik pada Pilpres 2019.

"Belum kuat, karena kalau memang kuat nama beliau maju di Calon Presiden 2019. Karena partai politik itu kan sangat berkepentingan dan berkeinginan untuk menang."

"Kalau ada calon populer mereka pasti akan memberikan dukungan, bahwa realitanya akhirnya tidak ada memberikan dukungan pada Pak Gatot," jelas M Qodari.

M Qodari menilai, kala itu Gatot belum bisa menjadi Capres 2019 lantaran namanya masih kalah dengan Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Sebetulnya juga memberikan pesan eksplisit bahwa Pak Gatot elektabilitasnya tidak cukup tinggi untuk bersaing dengan Pak Jokowi dan Pak Prabowo pada saat itu," katanya.

Lalu, Qodari mengatakan, jika memang Gatot ingin menjadi Capres bisa mencontoh jenderal-jenderal yang lain, yakni mendirikan partai politik.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved