Sesepuh di OKI Ini Kenang Betapa Kejinya Tentara Belanda Masa Penjajahan, Salah Dikit Main Tembak

Salah satu sesepuh di desa tersebut, M. Amin dengan gelar Masratu, membenarkan jika kala itu dusunnya sempat dikepung oleh tentara asal Belanda.

Editor: Refly Permana
tribunsumsel.com/nando
Salah satu sesepuh di Desa, M. Amin dengan gelar Masratu sedang memeragakan senapan laras panjang yang dahulu dipakai tentara Belanda tahun 1947, Rabu (19/8/2020). 

SRIPOKU.COM, KAYUAGUNG - Viral ada sepucuk surat perjanjian pinjaman uang H. Jakfar, saudagar Desa Tanjung Baru, Kabupaten Ogan Komering Ilir kepada pemerintah Republik Indonesia sebesar seribu lima ratus rupiah (Rp. 1.500).

Surat tersebut tertera jelas perjanjian dibuat tanggal 10-11-1947 atau tepat di masa penjajah Belanda kembali masuk ke Indonesia walaupun kemerdekaan sudah dideklarasikan.

Lantas, adakah kaitan sejarah Republik Indonesia dengan Desa Tanjung Baru?

Jadwal Bola Malam Ini Liga Champions Lyon vs Bayern Munchen Live TV Online SCTV Akses Disini

Salah satu sesepuh di desa tersebut, M. Amin dengan gelar Masratu, membenarkan jika kala itu dusunnya sempat dikepung oleh tentara asal Belanda.

"Kala itu saya berumur sekitar 10 tahun, sejak awal tahun 1947 hingga akhir 1948 tentara Belanda masuk ke desa ini dengan peralatan yang lengkap," ucapnya, Rabu (19/8/2020) siang.

Dengan menggunakan perlengkapan lengkap, tentara Belanda rutin menyisir jalan utama dusun, dan sungai yang membentang Desa Tanjung Baru hingga Gunung Batu di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur.

"Dulu itu tentara Belanda rutin setiap hari selalu berkeliling menyusuri jalan dengan menggunakan sepeda motor ataupun mobil yang dilengkapi dengan senapan laras panjang nan menempel di badan

Selain itu juga mereka membawa serta anjing pelacak yang gunanya untuk mengecek (mengendus-red) keberadaan warga sekitar," jelasnya.

2 Pria Penyuka Sesama Jenis di Palembang Digerebek Oral Sex di Mobil, Ada yang Punya Istri & Anak

Diterangkannya lebih lanjut, ketika itu masyarakat setempat tidak dapat berbuat banyak, mereka takut apabila sewaktu-waktu tentara Belanda nekat mencelakakan warga.

"Kesalahan sekecil apapun yang dilakukan warga, mereka tidak segan untuk melakukan penembakan, seperti misalnya kami tidak mengikuti kemauan ataupun berani melawan kedatangan seluruh tentara.

Pasti mereka akan menembak warga setempat, bahkan seingat saya juga banyak yang meninggal karena dibunuh tentara Belanda," ungkapnya.

Karena situasi yang semakin genting di sekitar akhir tahun 1948. Tentara Indonesia memaksa warga sekitar untuk mengungsi ke dalam hutan dan melarang warga kembali ke dusun.

Bak Manfaatkan Momen Corona, 2 dari 5 Pria 144 Kilogram Ganja Aceh Hampir Berhasil Kelabui Polisi

"Saya juga masih ingat, kami warga dusun mengungsikan diri jauh dari Desa ini menuju kedalam hutan yang tak bisa dijangkau oleh pantauan tentara Belanda

Disana kami membuat pondok kecil, dan membuka lahan pertanian yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Disanalah kami merasa aman," kata Masratu.

Masih kata Masratu, setelah tentara Indonesia memberitahukan mereka jika situasi aman, barulah penduduk memberanikan diri kembali pulang ke dusun.

Mendikbud Nadiem Ubah Aturan Belajar Jarak Jauh Secara Online, Sekolah Dibebaskan Pilih Kurikulum

"Setelah kurang lebih satu tahun kami mengungsi, akhirnya tentara Belanda mundur dan kembali ke negaranya

Barulah sejak itu kehidupan kami dapat kembali normal, sedikit demi sedikit kami mulai beraktivitas dengan bebas tanpa adanya intimidasi dari penjajah sadis," ungkap pria kelahiran 1938 tersebut.

Sumber: Tribun Sumsel
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved